Alma tak bisa memaksa Naomi untuk bercerita. Dia menenangkan Naomi agar dia tak mudah emosi.
Firman pulang, dia memarahi Alma karena Naomi membentak Ibra."Gimana sih kamu ngajarin Naomi selama ini? Kenapa dia sampai bentak Ibra?" tanya Firman."Maaf, Mas. Tapi emang mereka keterlaluan. Mereka memanfaatkan kebaikan Mas Firman," jawab Alma."Tidak, bagiku mereka tidak memanfaatkan aku. Pikiran kamu saja yang terlalu negatif," ucap Firman.Lagi-lagi Alma yang di salahkan. Hingga beberapa hari Firman mendiami Naomi dan Alma hanya karena hal itu.Siang itu, Alma melihat status Sania. Dia memosting sebuah tas branded. Harganya saja mencapai lima juta. Alma juga pernah menginginkan tas itu, hanya saja dia enggan untuk meminta pada Firman. Apalagi saat ini hubungan mereka tengah renggang."Terimakasih sayang, kamu emang kekasih terbaik," begitulah caption yang di tulis Sania.Alma mengambil baju kotor di ranjang untuk di cuci. Pagi tadi dia tidak sempat mencuci karena ada urusan.Seperti biasa Alma mengecek saku baju Firman. Dia menemukan sebuah Nita kecil di saku celana Firman."Nota apa ini?" tanya Alma. Alma melihat Nita tersebut. Ternyata Nota pembelian sebuah tas, dan itu di beli dari mall yang biasa Firman membelikan Alma tas. "Ini kan nota tas merek yang tadi Sania posting. Jadi Mas Firman membelikan tas mahal ini untuk Sania," ucap Alma.Alma menyimpan nota tersebut di saku dasternya. Dia akan meminta penjelasan pada Firman. Uang lima juta bukan jumlah yang sedikit.Sorenya saat Firman pulang, Alma memperlihatkan nota pembelian tas tersebut."Apa ini nota kamu membelikan tas Sania?" tanya Alma. "Aku melihat Sania memosting tas merek ini," sambungnya.Firman merebut nota tersebut dari tangan Alma. Dia merasa kesal karena aksinya di ketahui oleh sang istri."Bukan urusan kamu, mau aku belikan siapapun itu uangku," ucap Firman sinis."Mas, uang lima juta itu banyak loh. Aku aja pengen tas itu belum berani minta sama kamu. Tapi kamu malah membelikan wanita lain," bantah Alma. "Aku jadi semakin yakin kalau kalian menjalin hubungan," ucap Alma."Sudah diam saja. Kamu jangan ikut campur. Yang penting kebutuhan kamu udah aku cukupi," ucap Firman."Oh jadi gitu ya, oke kalau gitu. Fix kalian ada hubungan," ucap Alma lalu ke dapur.Alma geram sekali dengan begitu mudahnya Firman mengakui tanpa mau meminta maaf. Jika Alma sudah tak boleh ikut campur berarti dia sudah tak menginginkan Alma lagi.**Sejak kejadian itu, Firman dan Sania makin terang-terangan pada Alma jika mereka menjalin hubungan."Mas, mau ke mana?" tanya Alma ketika melihat Firman sudah rapi."Aku mau jalan-jalan dengan Sania dan Ibra," jawab Firman santai."Kok kita gak diajak, Pa," protes Naomi."Lain kali saja kalian, sekarang waktunya papa sama mereka," ucap Firman lalu pergi."Ma, sebenarnya yang keluarga papa itu tanya Sania apa kita sih?" tanya Naomi."Udah nanti kita jalan berdua saja," jawab Alma.Firman jadi tak pernah perhatian pada Naomi lagi. Dia lebih mementingkan Sania dan Ibra. Bahkan kebutuhan Naomi pun sering dia lupakan."Mas, hubungan kalian itu sebaiknya dihentikan saja. Apa kamu tidak kasihan dengan Naomi?" tanya Alma mencoba berbicara dari hati ke hati dengan Firman."Aku tidak bisa, aku mencintai Sania. Kamu harus mengerti kami," jawab Firman."Mas, apa kamu sudah tak mencintai aku lagi?" tanya Alma."Entahlah...," ucap Firman lalu memunggungi Alma. "Saat ini yang aku rasakan nyaman dengan Sania, maka dari itu aku harap kamu ngertiin aku," sambung Firman."Apa kata orang nanti, Mas? Kalian pasti akan jadi bahan pembicaraan semua orang. Hubungan terlarang kalian harus dihentikan," ucap Alma mencoba menasehati Firman."Aku tak peduli dengan ucapan orang. Yang penting aku senang dan nyaman. Kalau kamu tak suka diam saja, jangan ikut campur," ucap Firman.Alma sedih mendengar jawaban Firman. Padahal dia hanya berusaha menasehati sebelum semua terlanjur. Namun, tampaknya Firman tak bisa dinasehati lagi. Sehingga Alma hanya membantu dengan doa agar suaminya di sadarkan dari kesalahannya.**Alma sedang menyiapkan sarapan, Sania datang bersama dengan Ibra. Dia dengan santainya duduk di meja makan."Sania...pulang!" bentak Kurnia ditariknya tangan Sania."Bu, biarkan saja Sania dan Ibra ikut sarapan di sini. Kalau ibu mau, ibu juga boleh ikut sarapan di sini," kata Firman."Nak Firman, ibu minta tolong. Jangan teruskan hubungan ini!" pinta Kurnia. "Kasihan anak dan istrimu," kata Kurnia menoleh ke arah Alma yang mengambil piring."Bu Kurnia santai saja, Alma mengizinkan hubungan kami, kok," kata Firman.Alma membelalakkan matanya, sejak kapan dia menyetujui hubungan terlarang suaminya? Bahkan dia meminta mereka pisah tapi Firman tak pernah mau."Mana mungkin ada istri yang mendukung suaminya selingkuh," bantah Kurnia. "Kalian saja yang tak punya perasaan. Ayo pulang!" ajak Kurnia menarik tangan Sania lagi.Sania mengikuti Kurnia untuk pulang, Firman tak dapat mencegah. Dia tak punya kuasa atasa Sania karena dia hanya kekasih gelapnya sementara Kurnia adalah ibu kandungnya."Mas, sejak kapan aku menyetujui hubungan kalian?" tanya Alma. "Kamu kira aku sudah gila menyetujui hubungan terlarang kalian," sambung Alma."Jangan protes! Ikuti saja apa mauku. Kamu tuh hanya seorang istri tugasnya nurut sama kata suami," bantah Firman."Nurut jika yang kamu lakukan benar tapi kamu sudah salah kaprah, Mas. Apa aku masih harus nurut sama kamu?" tanya Alma. "Aku akan nurut sama kamu kalau kamu emang dalam jalan yang benar, Mas," sambung Alma."Berisik, bikin gak nafsu makan. Mending aku makan di luar saja," ucap Firman lalu pergi keluar rumah tanpa peduli dengan Alma.Alma mendengus kesal karena Firman sudah tak bisa diajak bicara dari hati ke hati. Dia seakan sudah tak dianggap lagi apa lagi dihargai.**Siang itu Alma mendatangi rumah Sania, dia meminta agar Sania menjauhi Firman. Namun, jawaban Sania justru membuat Alma sakit hati."Aku gak mau jauhi Mas Firman, dia aja sayang sama aku. Lagi pula aku dan dia sudah saling cinta dan nyaman," kata Sania. "Kamu yang harusnya menjauh dari Mas Firman, karena kamu sudah tak dibutuhkan lagi," ucap Sania."Tidak, aku tak akan menyerah. Aku akan mendapatkan Mas Firman kembali. Aku tak semudah itu menyerahkan Mas Firman padamu," tantang Alma."Oh yakin bisa, kalau aku jadi kamu udah ajukan cerai saja. Hanya wanita bodoh yang bertahan dengan suami yang sudah tak mencintainya," kata Sania.PlakAlma melayangkan sebuah tamparan di pipi mulus Sania."Rasa sakit tamparan itu belum seberapa dibandingkan rasa sakit hatiku atas perbuatan kalian. Ingat aku gak akan nyerah, Sania," ucap Alma lalu segera pergi.Setelah kepergian Alma, Sania menggerang kesal. Dia merasa ditantang oleh Alma."Aku janji gak akan biarkan dia menang, pelakor seperti aku juga berhak bahagia," ucap Sania."Astaghfirullah, ternyata anakku sudah gila," ucap Kurnia."Ibu diam saja, ibu tahu apa soal kebahagiaan Sania. Dulu ibu menjodohkan aku dengan papanya Ibra, nyatanya apa. Dia bukan orang baik yang bisa menjadi papa untuk Ibra. Apa salah kalau aku sekarang ingin merasakan kebahagiaan?" tanya Sania."Tidak salah, tapi jangan suami orang. Kayak gak laku aja sama yang bujang sampai harus jadi pelakor," jawab Kurnia."Kalau ibu tak suka diam saja. Jangan ganggu kesenangan Sania!" banyak Sania.Kurnia menggeleng melihat kelakuan putrinya. Bagaimana bisa dia menjadi anak yang sudah diatur.**Ketika Firman pulang kerja, Sania membawakan makanan untuk Firman."Mas, ini makanan buat kamu," kata Sania menyodorkan plastik berwarna hitam.
"Ti--tidak, Ma," jawab Firman gugup. "Mama pasti salah dengar," ucap Firman mendekati Dewita dan mengajaknya untuk sarapan bersama."Eh kamu, pulang sana. Kamu bukan siapa-siapa di sini," usir Dewita pada Sania.Firman memberikan isyarat agar Sania segera pergi. Dengan muka masam Sania pergi dari rumah Firman."Mama, kenapa tidak memberi kabar kalau mau ke sini?" tanya Firman."Aku mau bikin surprise buat kalian. Mama akan menginap beberapa hari di sini. Aku takut kalau kamu beneran selingkuh," jawab Dewita."Wah Alma senang sekali kalau Mama mau menginap. Alma jadi punya teman curhat," sahut Alma.Mereka lalu makan bersama. Kali ini Firman yang mengantar Naomi ke sekolah karena tak mau meninggalkan Dewita seorang diri."Alma, kamu tak perlu membohongi mama. Mama sudah tahu semua," kata Dewita. "Firman dan selingkuhannya itu harus diberi pelajaran. Mama tidak rela menantu kesayangan mama ini digantikan oleh siapapun," sa
"Mama...siapa yang bilang? Jangan asal percaya dengan orang lain," kata Firman. "mama harusnya percaya dengan anak mama sendiri," sambung Firman."Mama tadi mendengarkan pembicaraan kalian," ucap Dewita seketika membuat Firman terdiam.Dewita lalu mengajak Alma untuk segera tidur karena sudah malam. Sementara Firman memikirkan nasibnya yang berada diujung tanduk. Namun, untuk meninggalkan Sania dia tak akan sanggup.Pesona Sania sudah membuat Firman cinta mati. Bahkan sehari tak melihat Sania bisa membuat Firman gelisah. Ah dasar cinta gila!.**Pagi itu Alma dan Dewita mengajak Firman jalan-jalan ke taman sambil lari pagi. Firman tentu saja mau namun, dia taman mereka bertemu dengan Sania."Alma, kalian di sini juga. Tahu gitu tadi bareng sekalian," kata Sania. "Naomi, ajak main Ibra ya," ucap Sania."Gak mau, mending aku main sendiri," tolak Naomi."Ya ampun Sania! Masih aja ya sok baik sama kami. Padahal aku
Ternyata Sania sudah berada di rumah Firman. Dia meminta bantuan agar Firman menolongnya."Mas, ibu mengurungku tadi. Aku ini tadi lari lewat jendela," kata Sania. Wajah Sania terlihat sangat menyedihkan hal itu membuat Firman tak tega dengan Sania."Sania, aku akan bicara dengan Alma untuk menikahi kamu," kata Firman memberikan harapan pada Sania. Mata Sania berbinar mendengar Firman akan menikahinya.Malam itu, Firman mengatakan pada Alma bahwa dia akan menikahi Sania. Namun, Alma menolak keras keinginan suaminya itu. Bahkan Dewita sampai menampar Firman."Aku mencintai Sania, kalau kalian tak ingin kamu menjalin hubungan terlarang, izinkan kamu menikah," ucap Firman."Sampai aku matipun tak akan aku izinkan kamu untuk menikah dengan dia," tuding Dewita pada Sania.Alma kecewa dengan Firman, maka mungkin dia mau dimadu dengan Sania. Dia tak akan kuat dengan semuanya.**Saat akan tidur, Firman masih berusaha u
Sejak saat itu, Alma berusaha untuk terus membuat Firman bersikap baik dengan Naomi. Namun, semakin Alma mengalah justru Firman semakin semena-mena."Mas, kalau kamu memang tak bisa meninggalkan Sania. Tolong jaga perasaan Naomi, berilah dia perhatian seperti dulu lagi. Sekarang kamu banyak berubah," ucap Alma."Apa kurang selama ini perhatianku? Apa dengan aku kembali perhatian dengan dia kalian akan terima hubungan aku dan Sania," kata Firman."Ya, aku akan mencoba untuk bersabar dan diam," ucap Alma. "Asal kamu menjadi sosok papa yang baik buat Naomi," sambung Alma.Alma tak peduli walaupun dia harus merasakan sakit hati. Baginya yang terpenting Naomi tidak kehilangan sosok Firman. Berkorban demi kebahagiaan sang putri, itulah yang saat ini Alma lakukan.Sejak saat itu, Firman kembali dekat dengan Naomi. Bahkan apa yang Naomi minta Firman turuti. Hanya satu yang dia tak akan turuti jika Naomi meminta dia untuk meninggalkan Sania.
Sania yang sadar bahwa Firman tak berkedip langsung mencubit Firman hingga Firman tersadar."Ajeng, kenalkan ini suamiku Mas Firman. Dan yang di sebelahnya itu Sania tetangga aku sekaligus selingkuhan suamiku," ucap Alma tanpa malu memperkenalkan Sania."Alma, kita cari meja lain ya. Banyak hal yang ingin aku bicarakan," kata Ajeng.Alma dan Ajeng mencari tempat yang jauh dari Firman dan Sania. Dia hanya ingin bicara berdua dengan Alma apalagi mereka sudah lama tak bertemu."Kamu bisa mudah aja ya terima mereka," kata Ajeng sembari duduk. "Kalau jadi aku udah ku bunuh tuh pelakor," sambung Ajeng."Aku tak bisa sesadis itu, Jeng. Dia punya anak kecil, aku gak mau kalau melukai hati anaknya," ucap Alma. "Dan kamu rela mengorbankan perasaan kamu?" tanya Ajeng. "Bagaimana kalau kamu ikuti trik ku aja?" tanya Ajeng."Trik apa?" tanya Alma penasaran."Kamu jangan mau mengurus Firman lagi, termasuk mengurus urusan rum
Alma tersenyum, dia tak menyangka kalau Dewita hanya bercanda. Firman kesal karena merasa di permainkan. Pagi itu Alma pergi untuk interview.Alma melalui beberapa tes dan hasilnya baik. Bahkan Alma langsung diterima kerja lagi setelah hasil interview keluar."Selamat Mbak Alma, anda di terima bekerja di kantor ini," ucap Seorang karyawan yang mengumumkan hasil interview.Alma senang, dia tak lupa memberitahu Dewita. Alma menjemput Naomi yang dititipkan pada Dewita."Kamu yakin bisa kerja sambil mengurus Naomi?" tanya Dewita."Akan aku usahakan, Ma. Aku tidak bisa selamanya bergantung pada Mas Firman. Terlebih lagi uang Mas Firman sudah dibagi dengan Sania," jawab Alma.Alma lalu pamit dan mengucapkan terima kasih. Karena Alma bekerja, jadi Naomi akan ikut mobil jemputan dari pihak sekolah."Sayang, gak apa-apa ya mama kerja," kata Alma."Iya, Ma. Dari pada mama sakit hati lihat kelakuan papa," ucap Naomi.
Akhirnya Firman datang sendiri ke rumah Wibowo. Dia datang untuk meminta tolong agar Wibowo membujuk temannya."Pa, Firman mohon! Bantu Firman, Firman punya anak dan istri, kalau Firman tidak bekerja bagaimana Firman menafkahi mereka," bujuk Firman."Kamu bukan hanya menafkahi anak istrimu, Firman. Tapi janda gatal tetanggamu itu. Papa gak akan bantu kamu kalau kamu masih berhubungan dengan dia," bantah Wibowo. "Kalau kamu mau bantuan papa, tanda tangani surat ini," ucap Wibowo melempar sebuah map.Wibowo sudah tahu kalau Firman pasti akan meminta tolong padanya. Jadi dia sudah menyiapkan semua."Surat apa ini, Pa?" tanya Firman."Perjanjian jika kamu akan menjauhi Sania dan tak akan selingkuh lagi dengan siapapun itu," jawab Wibowo. "Jika kamu melanggar, maka kamu akan kehilangan pekerjaan beserta warisan dari keluarga kami," sambung Wibowo.Firman tampak berfikir sebelum dia akhirnya menyetujui syarat yang diajukan Wibowo. Firm
Sudiro dengan terpaksa menceraikan Sania, meskipun begitu Sudiro masih memberi Sania sebagian hartanya. Namun, Sania justru menolak pemberian Sudiro."Aku tak pantas mendapatkannya, berikan saja pada anakmu," kata Sania.Setelah surat gugatan sampai di tangan Sania, Sania memutuskan untuk pindah ke rumah Kurnia lagi bersama Ibra. Sania akan menjalani hidup berdua saja dengan Ibra. Dia ingin menjadi Ibu yang baik untuk Ibra mengingat dulu dia tak pernah mengurus Ibra.Sementara itu, kesehatan Firman memburuk. Dia menderita penyakit lambung. Pagi itu dia di temukan tak berdaya oleh anak buah bosnya. Bukan dibawa berobat, Firman justru di buang di pinggir jalan."Buang saja dia, gak ada gunanya lagi," kata Bosnya.Mereka membawa Firman dengan mobil saat malam hari. Dan meninggalkannya di jalanan yang sepi."Jangan buang aku!" lirih Firman.Mereka mengabaikan Firman dan meninggalkan Firman sendirian. Firman yang merasakan sakit di perutnya mencoba untuk berjalan mencari tempat istirahat.
Sampai di rumah sakit, Alma sudah masuk ruangan bersalin. Satria segera masuk untuk mendampingi Alma. Satria tak akan membiarkan Alma di dalam sendiri.Tidak berapa lama, Suara tangis bayi terdengar. Bayi laki-laki lahir dengan lancar dan sehat. Satria mengumandangkan adzan di telinga sang buah hati.Sebagai orang tua baru, Satria sangat antusias dalam menjaga buah hatinya. Bahkan dia tak mengizinkan Alma untuk melakukan aktivitas rumah tangga lagi."Sayang, apa kira perlu baby sitter?" tanya Satria setelah mereka pulang dari rumah sakit."Gak usah, aku sudah biasa melakukannya sendiri," jawab Alma.Dulu saat melahirkan Naomi, dia menjaga dan merawat Naomi sendiri. Firman gak mau jika mereka menggunakan jasa baby sister. Apalagi saat ini marak dengan kabar yang beredar balita di aniaya baby sisternya, hal itu membuat Alma takut."Aku ingin menikmati menjadi ibu, mengasuh dan merawat anakku," kata Alma."Iya benar, tapi aku tak mau kamu kecapean. Paska melahirkan itu sangat melelahkan,
Sania dilarikan ke rumah sakit, lukanya sangat parah. Sudiro menemani Sania dan menunggunya di depan ruang operasi. Satria dan Kurnia datang bersamaan."Dengan keluarga Ibu Sania?" tanya Dokter."Iya, Dok. Saya suaminya, Dok," jawab Sudiro."Keadaan Bu Sania sangat mengkhawatirkannya, Pak. Janin yang ada di dalam kandungannya tidak bisa tertolong. Dan karena lukanya sangat parah rahimnya harus di angkat segera," kata Dokter.Mendengar hal itu, Sudiro langsung lemas. Dia takut mengambil keputusan yang salah."Ini surat yang perlu ditanda tangani, Pak. Supaya segera kami angkat rahimnya, semua demi kebaikan Bu Sania," kata Dokter."Sudiro, lakukan saja. Yang penting saat ini nyawa Sania tertolong," kata Kurnia."Bagaimana kalau nanti dia marah, Bu. Dia sangat menginginkan kehamilan ini," kata Sudiro."Dia sudah punya Ibra. Untuk apa punya anak lagi. Semua demi kebaikan dia, ayo tanda tangani," kata Kurnia.Berkat dorongan Kurnia, Sudiro menandatangani surat itu. Dan operasi segera dilak
"Selamat, Pak. Istri anda hamil," jawab Dokter.Sudiro terkejut sekaligus bahagia, akhirnya apa yang diinginkan Sania terkabul. "Di kehamilan trisemester pertama, Ibu hamil memang mudah sekali capek. Jadi saya sarankan untuk tidak melakukan aktivitas yang membuat lelah," lanjut Dokter.Dokter meminta Sudiro menemui Sania, di dalam Sania tampak senang sekali. Apa yang dia harapkan telah menjadi kenyataan."Aku hamil, Mas," kata Sania."Selamat ya, Sayang," ucap Sudiro."Mas, aku mau minta hadiah," kata Sania. Sikap manjanya seketika dia tunjukkan pada Sudiro. Sudiro hanya menganggukkan kepala."Aku mau sebagian harta kamu nantinya akan menjadi milik anak kita," kata Sania.Sudiro terkejut, pasalnya semua harta sudah 3/4 milik Satria. Namun, dia masih punya seperempatnya lagi."Ya," ucap Sudiro.Setelah itu mereka diperbolehkan pulang, Sania harus banyak istirahat agar kehamilannya tidak mengalami masalah.Seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Sania meminta agar Sudiro memberikan s
Setelah mendapatkan uang dari Naomi, Firman segera pergi ke club'. Dia menghabiskan uang itu untuk bersenang-senang."Enak sekali ternyata hidupku ini," kata Firman.Firman mabuk berat, dia pulang dengan mengendarai sepeda motor. Firman tidak dapat menguasai diri, dia menabrak sebuah mobil yang melintas dari arah lain.BraaaakkkkFirman jatuh terguling di aspal, dia langsung tak sadarkan diri. Pemilik mobil langsung saja melarikan diri. Suasana jalan saat itu sangat sepi.Paginya saat tersadar, Firman berada di sebuah rumah sakit. Dia hanya bisa menggerakkan matanya namun susah untuk berbicara."A...A..ku d..i...ma...na...?" tanya Firman ."Pak Firman berada di rumah sakit, kami sudah memberi kabar pada keluarga Pak Firman," jawab perawat.Tidak berapa lama pintu terbuka, Firman kira itu adalah orang tuanya ternyata dokter datang memeriksa keadaannya.Keadaan Firman sangat memprihatinkan, dia susah berbicara dan kakinya satu terpaksa diamputasi karena lukanya sudah sangat parah. Denga
Satria merasa aneh dengan sikap Naomi, dia menjadi pendiam sejak Firman di pecat. Bahkan Naomi jarang berbicara dengan Satria."Naomi, bagaimana sekolah kamu?" tanya Satria."Alhamdulillah baik," jawab Naomi singkat."Kamu kenapa kok jadi pendiam seperti itu? Apa ada masalah? Kalau ada cerita sama Papa," kata Satria.Naomi menggeleng, setelah sampai di depan gerbang Naomi segera turun dari mobil dan berjalan ke sekolahannya. Satria segera pergi, namun ada panggilan sehingga dia berhenti di dekat sekolahan Naomi.Saat Satria menerima panggilan, dia melihat Firman ke arah sekolahan Naomi. Dia menelfon sembari melihat ke arah Firman berada. Tidak berapa lama Naomi datang dia mendekati Firman.Satria yang merasa penasaran langsung mengakhiri panggilannya dan mendekat. Namun, dia bersembunyi agar Naomi dan Firman tidak tahu."Sayang, Mana uang yang Papa minta?" tanya Firman. Satria yang mendengar pertanyaan Firman, terkejut sekali."Ini, Pa. Ini terakhir kalinya ya, Pa. Naomi tidak mau men
Safira melihat Maisya datang, dia tampak senang sekali."Safira...Safira...jangan melamun," panggil Dimas.Seketika Safira tersadar, ternyata dia hanya mengkhayal kalau Maisya datang. Dia tampak kecewa karena anak semata wayangnya tidak hadir."Aku kepikiran Maisya, Mas," ucap Safira."Kamu kan bisa hubungi dia, aku juga merasa khawatir. Sepertinya suaminya tidak ingin Maisya menemui kita," kata Dimas.Acara tujuh bulanan Alma segera di mulai, mereka maju ke depan mengikuti serangkaian acara. Banyak para tamu yang datang, mereka rata-rata kenalan dari Sudiro dan Satria.Sementara itu, Maisya di rumah hanya bisa mengkhayal. Mengkhayal bertemu kedua orang tuanya. Dia sudah merindukan kedua orang tuanya. Walaupun dia sering berkomunikasi tetapi beda jika bisa bertatap muka.Khayalan memang lebih indah dibandingkan kenyataan. Karena khayalan sesuai dengan apa yang kita inginkan."Maisya, jangan harap kamu bisa hadir di acara Alma," kata Satya. "Perutmu mulai membesar jadi kamu harus diam
"Aku gak mau ikut papa," ucap Naomi sambil menarik tangannya dan berlari ke arah Alma.Firman mengejar Naomi, namun ditahan oleh Satria."Kamu dengar sendiri, Naomi tidak mau ikut dengan kamu. Kamu tidak sadar kalau tadi kamu telah bersikap kasar padanya," kata Satria.Firman tetap tak terima dia mendekati Naomi yang berdiri di belakang Alma. Dia menarik tangan Naomi tetapi anak itu enggan ikut dengannya."Firman, hentikan," teriak Sudiro."Tidak ada yang bisa menghalangi aku, Naomi anakku. Aku berhak atas dia," ucap Firman marah. "Kalian semua tidak siapa-siapa bagi Naomi, aku adalah Papanya. Kalian hanya orang lain yang berada di hidup Naomi," kata Firman."Tapi aku Mamanya, aku yang melahirkan dia. Jadi aku yang lebih berhak atas Naomi. Pengadilan sudah mengesahkan hak asuh Naomi padaku, kalau kamu mau ambil Naomi kita tempuh jalur hukum," kata Alma."Tidak perlu, aku akan bawa dia," kata Firman.Firman dengan kasar mendorong Alma, Satria langsung saja membantu Alma gar tidak trler
"Ma-maafkan aku, Mas," ucap Sania. "Aku memang bukan ibu yang baik untuk Ibra tetapi aku akan berusaha memperbaiki diriku. Aku akan berusaha untuk menjadi ibu yang baik pada anak-anakku," kata Sania sedih."Aku tidak mau kalau sampai anakku nanti bernasib sama seperti Ibra. Kamu harus membawa Ibra ke rumah kita," kata Sudiro."Iya, Mas," ucap Sania.Sania senang Sudiro mau menerima kehadiran Ibra. Sania semakin mantap untuk merubah dirinya sendiri menjadi lebih baik.Makan malam usai, mereka kembali ke kamar hotel untuk istirahat. Besok pagi mereka akan kembali ke rumah."Sebelum pulang ke rumah, kita ke rumah ibumu. Kita bawa Ibra ke rumah kita," kata Sudiro. Sania hanya mengangguk, dia terharu sekali.Sementara itu, Alma mulai gelisah. Naomi tak mau tidur ditemani Alma. Dia memilih untuk tidur sendiri saja."Mama sama Om Satria aja, aku berani tidur sendiri. Selama ini Mama kan lupa sama Naomi," kata Naomi.Sedih hati Alma mendengar apa yang Naomi katakan. Padahal selama ini Alma ya