Sania dilarikan ke rumah sakit, lukanya sangat parah. Sudiro menemani Sania dan menunggunya di depan ruang operasi. Satria dan Kurnia datang bersamaan."Dengan keluarga Ibu Sania?" tanya Dokter."Iya, Dok. Saya suaminya, Dok," jawab Sudiro."Keadaan Bu Sania sangat mengkhawatirkannya, Pak. Janin yang ada di dalam kandungannya tidak bisa tertolong. Dan karena lukanya sangat parah rahimnya harus di angkat segera," kata Dokter.Mendengar hal itu, Sudiro langsung lemas. Dia takut mengambil keputusan yang salah."Ini surat yang perlu ditanda tangani, Pak. Supaya segera kami angkat rahimnya, semua demi kebaikan Bu Sania," kata Dokter."Sudiro, lakukan saja. Yang penting saat ini nyawa Sania tertolong," kata Kurnia."Bagaimana kalau nanti dia marah, Bu. Dia sangat menginginkan kehamilan ini," kata Sudiro."Dia sudah punya Ibra. Untuk apa punya anak lagi. Semua demi kebaikan dia, ayo tanda tangani," kata Kurnia.Berkat dorongan Kurnia, Sudiro menandatangani surat itu. Dan operasi segera dilak
Sampai di rumah sakit, Alma sudah masuk ruangan bersalin. Satria segera masuk untuk mendampingi Alma. Satria tak akan membiarkan Alma di dalam sendiri.Tidak berapa lama, Suara tangis bayi terdengar. Bayi laki-laki lahir dengan lancar dan sehat. Satria mengumandangkan adzan di telinga sang buah hati.Sebagai orang tua baru, Satria sangat antusias dalam menjaga buah hatinya. Bahkan dia tak mengizinkan Alma untuk melakukan aktivitas rumah tangga lagi."Sayang, apa kira perlu baby sitter?" tanya Satria setelah mereka pulang dari rumah sakit."Gak usah, aku sudah biasa melakukannya sendiri," jawab Alma.Dulu saat melahirkan Naomi, dia menjaga dan merawat Naomi sendiri. Firman gak mau jika mereka menggunakan jasa baby sister. Apalagi saat ini marak dengan kabar yang beredar balita di aniaya baby sisternya, hal itu membuat Alma takut."Aku ingin menikmati menjadi ibu, mengasuh dan merawat anakku," kata Alma."Iya benar, tapi aku tak mau kamu kecapean. Paska melahirkan itu sangat melelahkan,
Sudiro dengan terpaksa menceraikan Sania, meskipun begitu Sudiro masih memberi Sania sebagian hartanya. Namun, Sania justru menolak pemberian Sudiro."Aku tak pantas mendapatkannya, berikan saja pada anakmu," kata Sania.Setelah surat gugatan sampai di tangan Sania, Sania memutuskan untuk pindah ke rumah Kurnia lagi bersama Ibra. Sania akan menjalani hidup berdua saja dengan Ibra. Dia ingin menjadi Ibu yang baik untuk Ibra mengingat dulu dia tak pernah mengurus Ibra.Sementara itu, kesehatan Firman memburuk. Dia menderita penyakit lambung. Pagi itu dia di temukan tak berdaya oleh anak buah bosnya. Bukan dibawa berobat, Firman justru di buang di pinggir jalan."Buang saja dia, gak ada gunanya lagi," kata Bosnya.Mereka membawa Firman dengan mobil saat malam hari. Dan meninggalkannya di jalanan yang sepi."Jangan buang aku!" lirih Firman.Mereka mengabaikan Firman dan meninggalkan Firman sendirian. Firman yang merasakan sakit di perutnya mencoba untuk berjalan mencari tempat istirahat.
"Alma, bisa kita bicara?" tanya Sania saat berkunjung ke rumah Alma. Saat itu hanya Alma seorang diri rumah. "Iya, silahkan masuk!" perintah Alma. Alma mengajak Sania duduk di ruang tamu. "Ada perlu apa ya?" tanya Alma."Sebelumya saya meminta maaf, karena apa yang akan saya katakan ini pasti sangat menyakiti hatimu," jawab Sania.Alma menatap heran ke arah Sania. Biasanya Sania tak pernah secanggung ini saat berbicara dengannya. Mereka sudah bertetangga lama jadi sudah saling kenal."Memang apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Alma sambil merubah posisi duduknya."Saya mencintai Mas Firman," jawab Sania. Firman merupakan suami dari Alma. Namun, Alma tak pernah mengira kalau Sania mencintai suaminya."Lalu apa maksud kamu memberitahu aku?" tanya Alma."Aku kira cintaku bertepuk sebelah tangan. Ternyata Mas Firman juga mencintaiku," jawab Sania.Pandangan mata Alma seketika menjadi buram, kepalanya terasa sakit sekali. Dadanya bergemuruh menahan emosi yang sudah mengganjal."Dari ma
Alma langsung masuk ke kamar anaknya. Ternyata putrinya yang bernama Naomi sudah turun dari ranjang."Ma, pengen minum," ucap Naomi.Alma dengan cepat mengambil air minum di dapur tanpa memperdulikan Firman yang sudah masuk ke kamar mereka. "Mama, Naomi mimpi buruk. Papa pergi ninggalin kita," kata Naomi saat Alma memberinya air minum.Apa itu pertanda buruk? Mengapa anak sekecil Naomi mendapatkan mimpi seperti itu? Alma mencoba menenangkan Naomi."Jangan sedih, papa gak akan ninggalin kita," ucap Alma agar Naomi merasa tenang dan tidur kembali."Mama, aku mau tidur sama mama dan papa malam ini," kata Naomi meletakkan gelasnya di meja setelah meminumnya hingga habis.Alma mengajak Naomi ke kamarnya, mereka malam ini akan tidur bertiga. Saat Alma sampai di kamar ternyata Firman sudah terlelap.Naomi dan Alma ikut tidur agar besok gak bangun terlambat. Walaupun sebenarnya Alma penasaran dengan apa yang dilakukan Firman di belakang rumah malam-malam.**Pagi itu rambut Firman terlihat b
Alma tak bisa membuka keseluruhan pesan itu karena ponsel Firman dibuat kode. Alma memilih untuk pergi ke dapur, dia akan memasak untuk makan malam nanti.Setelah salat magrib, mereka berkumpul di ruang keluarga. Alma mengajari Naomi membaca."Assalamualaikum...," ucap Sania. Dia langsung masuk karena memang pintu depan tidak di tutup. "Waalaikumsalam...," balas Alma dan Firman serentak."Wah, Naomi sedang belajar ya. Boleh dong Ibra ikut!" pinta Sania.Alma tak mungkin menolak, apalagi melihat antusias dari Ibra untuk belajar. Sementara itu Sania duduk di sofa dan mengobrol dengan Firman."Enak kayak Kak Naomi, punya mama dan papa. Ibra gak punya papa," kata Ibra. "Ibra mau punya papa ya?" tanya Firman tersenyum. "Ibra boleh kok panggil Om Firman , Papa," sambung Firman.Alma keberatan tapi dia tak bisa protes melihat Ibra girang sekali. Alma tak bisa menyakiti hati anak kecil walaupun ibunya menyebalkan."Terimakasih, Mas. Kamu baik banget sama Ibra. Beruntung ya Alma punya suami
Alma keluar dari kamar, tangisnya tak terbendung lagi. Dia merasa sedih karena Firman sudah berani membawa selingkuhannya ke ranjang mereka."Alma...," panggil Sania. "Kenapa kamu menangis?" tanya Sania mendekati Alma.Alma mengusap air matanya, dia tak boleh terlihat lemah di mata Sania. Dia harus tegar menghadapi semua."Tadi aku lihat ada wanita masuk ke rumah ini. Aku kira dia saudara kamu, tapi pas pulang kok sama Mas Firman dia," kata Sania.Awalnya Alma mengira Firman melakukannya dengan Sania. Tetapi Sania malah bilang ada wanita lain yang datang."Kamu yakin?" tanya Alma. "Aku kira malah kamu yang datang kemari," sambung Alma."Ya ampun! Aku memang cinta sama Mas Firman tapi gak sekejam itu loh. Awalnya aku kira Mas Firman benar-benar suka sama aku ternyata setelah melihat kedekatan dia dengan wanita tadi aku mulai ragu," kata Sania. "Mungkin dia hanya mempermainkan aku," sambungnya.Alma hanya diam saja, dia urung untuk mencuci baju karena mengobrol dengan Sania. Sania cerit
CeklekPintu kamar mandi terbuka, Sania keluar dengan rambut yang basah. "Maaf Alma, aku masuk ke rumah kamu tanpa izin," ucap Sania. "Tapi aku udah izin sama Mas Firman kok lewat telfon, dia juga yang ngasih tahu aku di mana kalian biasa meletakkan kunci pintunya," sambung Sania.Alma ke dapur untuk mencuci piring bekas sarapan mereka tadi. Sania mengikuti Alma, dia membuka tudung saji. Dimana masih ada lauk sisa sarapan tadi. Tanpa izin Sania mengambil piring dan sendok lalu mengambil nasi dan lauk.Alma hanya diam saja, tak apa berbagi makanan asal gak berbagi suami lagi."Aku kecewa sama kamu, Sania. Aku kira waktu itu kamu ada di pihakku. Ternyata kamu memihak Mas Firman. Entah apa yang sebenarnya kalian rencanakan," kata Alma.Sania masih asyik makan tak peduli dengan apa yang di ucapkan Alma. Dia malah sampai nambah lagi hingga nasi yang ada di magic com habis tak tersisa. Dia juga menyuapi Ibra yang tampak lapar."Sania, pulang!" bentak Kurnia. "Ngapain kamu makan di sini? Di