"Alma, bisa kita bicara?" tanya Sania saat berkunjung ke rumah Alma. Saat itu hanya Alma seorang diri rumah.
"Iya, silahkan masuk!" perintah Alma. Alma mengajak Sania duduk di ruang tamu. "Ada perlu apa ya?" tanya Alma."Sebelumya saya meminta maaf, karena apa yang akan saya katakan ini pasti sangat menyakiti hatimu," jawab Sania.Alma menatap heran ke arah Sania. Biasanya Sania tak pernah secanggung ini saat berbicara dengannya. Mereka sudah bertetangga lama jadi sudah saling kenal."Memang apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Alma sambil merubah posisi duduknya."Saya mencintai Mas Firman," jawab Sania.Firman merupakan suami dari Alma. Namun, Alma tak pernah mengira kalau Sania mencintai suaminya."Lalu apa maksud kamu memberitahu aku?" tanya Alma."Aku kira cintaku bertepuk sebelah tangan. Ternyata Mas Firman juga mencintaiku," jawab Sania.Pandangan mata Alma seketika menjadi buram, kepalanya terasa sakit sekali. Dadanya bergemuruh menahan emosi yang sudah mengganjal."Dari mana kamu tahu kalau Mas Firman mencintaimu?" tanya Alma.Sania mengambil ponselnya di saku, lalu memperlihatkan chatingan dia dengan Firman pada Alma.Hati Alma terasa sangat sakit. Dia tak menyangka suami yang selama ini dia banggakan dan dia percaya telah mencintai wanita lain."Aku berharap kamu tidak menghalangi hubungan kita," kata Sania. Setelah mengatakan hal itu Sania mengambil ponselnya di atas meja dan pamit pulang.Setelah kepergian Sania, Alma menangis sesegukan. Dia merasakan sesak di dalam dada sehingga sulit baginya untuk bernafas. Berulang kali dia beristighfar dan mengurut dadanya yang sakit.**Sania tak merasa bersalah atas apa yang dia ucapkan pada Alma. Baginya lebih baik Alma tahu tentang perasaan dia dari pada dia diam-diam menyimpan rasa pada Firman."Sania, dari mana kamu?" tanya sang ibu-- Kurnia. Dia sedang menjahit baju pesanan pelanggan.Sania merupakan anak semata wayang Kurnia. Dia selalu di manja oleh Kurnia sehingga apapun yang Sania mau selalu mendapatkan dukungan dari Kurnia."Dari rumah Alma, aku mengatakan hal yang sejujurnya kalau aku suka dengan Mas Firman," jawab Sania jujur.Kali ini Kurnia tak sependapat dengan Sania. Dia menentang apa yang Sania lakukan. Bahkan Kurnia mengancam Sania atas apa yang dia lakukan."Apa kamu sudah gila? Kamu mencintai suami orang. Ibu tak mau sampai Alma membenci kita karena kelakuanmu itu. Lebih baik ibu tak punya anak seperti kamu," ucap Kurnia."Bu, aku mencintai Mas Firman apa salahnya. Cinta itu gak pandang bulu, Bu. Cinta bisa datang kapan saja dan pada siapa saja," bantah Sania.Pertengkaran antara Sania dan Kurnia tak bisa dihindari. Sania masih pada prinsipnya bahwa cintanya tidak salah walaupun status Firman adalah pria beristri.Demi menjalin silaturahmi dengan Alma, Kurnia mendatangi Alma untuk meminta maaf atas apa yang di lakukan Sania."Nak Alma, ibu minta maaf pada Nak Alma. Apa yang di lakukan Sania salah, aku berharap Nak Salma mau memaafkannya. Ibu berusaha agar Sania tak akan mengganggu Nak Firman," ucap Kurnia."Sania tidak salah, Bu. Cinta memang tidak bisa dipaksa atau dilarang. Yang penting Sania tahu saja batasannya karena Mas Firman adalah pria beristri," kata Alma. "Awalnya saya merasa sakit hati, tapi saya tidak bisa menyalahkan Sania atas hal ini," sambung Alma.Kurnia tak menyangka jawaban Alma akan sebijak itu. Namun, dia makin khawatir jika nanti Sania nekat untuk merebut Firman. Biar bagaimanapun, Kurnia harus tetap mengawasi Sania.Setelah kepulangan Kurnia, Firman pulang dari kantor. Dia membawakan makanan untuk Alma."Aku tadi lihat Bu Kurnia dari sini. Ada perlu apa beliau ke sini?" tanya Firman sambil meletakkan makanan yang dia bawa. "Oh ya ini aku belikan kamu martabak," sambung Firman.Mereka lalu makan martabak bersama selagi masih panas. Setelah itu Alma menyuruh Firman untuk segera mandi.**Malam itu, Alma dan Firman sedang menonton televisi. Mereka tampak begitu mesra, Alma bersandar di pundak Firman sambil menikmati camilan yang telah dia sediakan.Sementara itu, putri kecil Alma sedang mewarnai sambil menonton televisi. Keluarga mereka terlihat sangat harmonis. Berbeda dengan keluarga Sania, sebagai seorang janda beranak satu dia membesarkan putranya seorang diri."Mas, boleh pinjam ponsel kamu?" tanya Alma."Buat apa? Kamu kan punya ponsel sendiri?" tanya Firman yang justru balik tanya pada Alma."Mau ngecek aja," jawab Alma sembari bangun dari sandarannya. Alma hanya ingin tahu apa Firman pernah berkomunikasi dengan Sania atau tidak.Sejak kedatangan Sania waktu itu, Alma menjadi khawatir. Dia ingin mencari bukti atas apa yang dikatakan Sania jika Firman juga mencintai dia."Kamu gak percaya sama aku, kenapa harus cek ponsel segala?" tanya Firman tampak keberatan. "Ponsel ini privasiku, jadi hanya aku yang boleh akses," sambung Firman.Alma diam saja, dia tak berani membantah. Padahal dalam hati dia kesal sekali atas jawaban Firman. Bagi Alma antara suami dan istri tidak ada privasi lagi dan harus saling terbuka. Namun, berbeda dengan Firman yang tak ingin berbagi privasinya itu."Kenapa akhir-akhir ini kamu berubah? Sering ngepoin apa yang aku lakukan?" tanya Firman. "Percayalah, aku tidak ada main di belakang. Aku hanya mencintaimu," sambung Firman lalu menarik tubuh Alma ke dalam pelukannya.Kali ini Alma terpaksa mengalah, lain kali dia akan mencari bukti sendiri atas ucapan Sania. Alma menidurkan putrinya, sementara Firman masih asyik di depan televisi.Selesai menidurkan anaknya, Alma keluar kamar putrinya. Dia melihat Firman menyapa layar ponselnya sambil senyum-senyum sendiri. Alma semakin penasaran dengan siapa Firman berkomunikasi."Mas, gak tidur?" tanya Alma.Firman tampak terkejut dan langsung meletakkan ponselnya. Firman terlihat seperti maling yang ketahuan sedang mencuri."Asyik banget chatingannya, sama siapa, Mas?" tanya Alma."Oh itu lihat vidio lucu di t*kt*k," jawab Firman. "Kamu tidur duluan ya, aku belum ngantuk," kata Firman.Alma masuk ke dalam kamar, dia masih penasaran dengan apa yang Firman lakukan tadi. Dia yakin jika Firman tengah berbohong.Alma akhirnya tidur duluan, namun saat Alma terjaga dia tidak menemukan Firman di sampingnya. Alma keluar kamar, dia tak melihat Firman di depan televisi padahal televisi masih menyala."Mas Firman, di mana kamu?" tanya Alma sambil mencari Firman ke dapur dan keruangan lain termasuk kamar anaknya namun hasilnya nihil.Saat Alma ke dapur untuk mengambil minum, dia mendengar suara dari halaman belakang. Suara perempuan dan laki-laki terdengar jelas tetapi dia tak bisa melihat siapa yang ada di sana karena gelap.Tidak berapa lama, Firman masuk ke dalam rumah melalui pintu dapur. Dia terkejut saat melihat Alma di dapur."Dari mana kamu, Mas?" tanya Alma mendekati Firman.Firman tampak panik, dahinya berkeringat seperti orang yang habis olahraga."Oh itu...," Ucapan Firman terhenti saat mendengar suara tangis putrinya.Alma langsung masuk ke kamar anaknya. Ternyata putrinya yang bernama Naomi sudah turun dari ranjang."Ma, pengen minum," ucap Naomi.Alma dengan cepat mengambil air minum di dapur tanpa memperdulikan Firman yang sudah masuk ke kamar mereka. "Mama, Naomi mimpi buruk. Papa pergi ninggalin kita," kata Naomi saat Alma memberinya air minum.Apa itu pertanda buruk? Mengapa anak sekecil Naomi mendapatkan mimpi seperti itu? Alma mencoba menenangkan Naomi."Jangan sedih, papa gak akan ninggalin kita," ucap Alma agar Naomi merasa tenang dan tidur kembali."Mama, aku mau tidur sama mama dan papa malam ini," kata Naomi meletakkan gelasnya di meja setelah meminumnya hingga habis.Alma mengajak Naomi ke kamarnya, mereka malam ini akan tidur bertiga. Saat Alma sampai di kamar ternyata Firman sudah terlelap.Naomi dan Alma ikut tidur agar besok gak bangun terlambat. Walaupun sebenarnya Alma penasaran dengan apa yang dilakukan Firman di belakang rumah malam-malam.**Pagi itu rambut Firman terlihat b
Alma tak bisa membuka keseluruhan pesan itu karena ponsel Firman dibuat kode. Alma memilih untuk pergi ke dapur, dia akan memasak untuk makan malam nanti.Setelah salat magrib, mereka berkumpul di ruang keluarga. Alma mengajari Naomi membaca."Assalamualaikum...," ucap Sania. Dia langsung masuk karena memang pintu depan tidak di tutup. "Waalaikumsalam...," balas Alma dan Firman serentak."Wah, Naomi sedang belajar ya. Boleh dong Ibra ikut!" pinta Sania.Alma tak mungkin menolak, apalagi melihat antusias dari Ibra untuk belajar. Sementara itu Sania duduk di sofa dan mengobrol dengan Firman."Enak kayak Kak Naomi, punya mama dan papa. Ibra gak punya papa," kata Ibra. "Ibra mau punya papa ya?" tanya Firman tersenyum. "Ibra boleh kok panggil Om Firman , Papa," sambung Firman.Alma keberatan tapi dia tak bisa protes melihat Ibra girang sekali. Alma tak bisa menyakiti hati anak kecil walaupun ibunya menyebalkan."Terimakasih, Mas. Kamu baik banget sama Ibra. Beruntung ya Alma punya suami
Alma keluar dari kamar, tangisnya tak terbendung lagi. Dia merasa sedih karena Firman sudah berani membawa selingkuhannya ke ranjang mereka."Alma...," panggil Sania. "Kenapa kamu menangis?" tanya Sania mendekati Alma.Alma mengusap air matanya, dia tak boleh terlihat lemah di mata Sania. Dia harus tegar menghadapi semua."Tadi aku lihat ada wanita masuk ke rumah ini. Aku kira dia saudara kamu, tapi pas pulang kok sama Mas Firman dia," kata Sania.Awalnya Alma mengira Firman melakukannya dengan Sania. Tetapi Sania malah bilang ada wanita lain yang datang."Kamu yakin?" tanya Alma. "Aku kira malah kamu yang datang kemari," sambung Alma."Ya ampun! Aku memang cinta sama Mas Firman tapi gak sekejam itu loh. Awalnya aku kira Mas Firman benar-benar suka sama aku ternyata setelah melihat kedekatan dia dengan wanita tadi aku mulai ragu," kata Sania. "Mungkin dia hanya mempermainkan aku," sambungnya.Alma hanya diam saja, dia urung untuk mencuci baju karena mengobrol dengan Sania. Sania cerit
CeklekPintu kamar mandi terbuka, Sania keluar dengan rambut yang basah. "Maaf Alma, aku masuk ke rumah kamu tanpa izin," ucap Sania. "Tapi aku udah izin sama Mas Firman kok lewat telfon, dia juga yang ngasih tahu aku di mana kalian biasa meletakkan kunci pintunya," sambung Sania.Alma ke dapur untuk mencuci piring bekas sarapan mereka tadi. Sania mengikuti Alma, dia membuka tudung saji. Dimana masih ada lauk sisa sarapan tadi. Tanpa izin Sania mengambil piring dan sendok lalu mengambil nasi dan lauk.Alma hanya diam saja, tak apa berbagi makanan asal gak berbagi suami lagi."Aku kecewa sama kamu, Sania. Aku kira waktu itu kamu ada di pihakku. Ternyata kamu memihak Mas Firman. Entah apa yang sebenarnya kalian rencanakan," kata Alma.Sania masih asyik makan tak peduli dengan apa yang di ucapkan Alma. Dia malah sampai nambah lagi hingga nasi yang ada di magic com habis tak tersisa. Dia juga menyuapi Ibra yang tampak lapar."Sania, pulang!" bentak Kurnia. "Ngapain kamu makan di sini? Di
Alma tak bisa memaksa Naomi untuk bercerita. Dia menenangkan Naomi agar dia tak mudah emosi.Firman pulang, dia memarahi Alma karena Naomi membentak Ibra."Gimana sih kamu ngajarin Naomi selama ini? Kenapa dia sampai bentak Ibra?" tanya Firman."Maaf, Mas. Tapi emang mereka keterlaluan. Mereka memanfaatkan kebaikan Mas Firman," jawab Alma."Tidak, bagiku mereka tidak memanfaatkan aku. Pikiran kamu saja yang terlalu negatif," ucap Firman.Lagi-lagi Alma yang di salahkan. Hingga beberapa hari Firman mendiami Naomi dan Alma hanya karena hal itu.Siang itu, Alma melihat status Sania. Dia memosting sebuah tas branded. Harganya saja mencapai lima juta. Alma juga pernah menginginkan tas itu, hanya saja dia enggan untuk meminta pada Firman. Apalagi saat ini hubungan mereka tengah renggang."Terimakasih sayang, kamu emang kekasih terbaik," begitulah caption yang di tulis Sania.Alma mengambil baju kotor di ranjang untuk di cuci. Pagi tadi dia tidak sempat mencuci karena ada urusan.Seperti bia
Setelah kepergian Alma, Sania menggerang kesal. Dia merasa ditantang oleh Alma."Aku janji gak akan biarkan dia menang, pelakor seperti aku juga berhak bahagia," ucap Sania."Astaghfirullah, ternyata anakku sudah gila," ucap Kurnia."Ibu diam saja, ibu tahu apa soal kebahagiaan Sania. Dulu ibu menjodohkan aku dengan papanya Ibra, nyatanya apa. Dia bukan orang baik yang bisa menjadi papa untuk Ibra. Apa salah kalau aku sekarang ingin merasakan kebahagiaan?" tanya Sania."Tidak salah, tapi jangan suami orang. Kayak gak laku aja sama yang bujang sampai harus jadi pelakor," jawab Kurnia."Kalau ibu tak suka diam saja. Jangan ganggu kesenangan Sania!" banyak Sania.Kurnia menggeleng melihat kelakuan putrinya. Bagaimana bisa dia menjadi anak yang sudah diatur.**Ketika Firman pulang kerja, Sania membawakan makanan untuk Firman."Mas, ini makanan buat kamu," kata Sania menyodorkan plastik berwarna hitam.
"Ti--tidak, Ma," jawab Firman gugup. "Mama pasti salah dengar," ucap Firman mendekati Dewita dan mengajaknya untuk sarapan bersama."Eh kamu, pulang sana. Kamu bukan siapa-siapa di sini," usir Dewita pada Sania.Firman memberikan isyarat agar Sania segera pergi. Dengan muka masam Sania pergi dari rumah Firman."Mama, kenapa tidak memberi kabar kalau mau ke sini?" tanya Firman."Aku mau bikin surprise buat kalian. Mama akan menginap beberapa hari di sini. Aku takut kalau kamu beneran selingkuh," jawab Dewita."Wah Alma senang sekali kalau Mama mau menginap. Alma jadi punya teman curhat," sahut Alma.Mereka lalu makan bersama. Kali ini Firman yang mengantar Naomi ke sekolah karena tak mau meninggalkan Dewita seorang diri."Alma, kamu tak perlu membohongi mama. Mama sudah tahu semua," kata Dewita. "Firman dan selingkuhannya itu harus diberi pelajaran. Mama tidak rela menantu kesayangan mama ini digantikan oleh siapapun," sa
"Mama...siapa yang bilang? Jangan asal percaya dengan orang lain," kata Firman. "mama harusnya percaya dengan anak mama sendiri," sambung Firman."Mama tadi mendengarkan pembicaraan kalian," ucap Dewita seketika membuat Firman terdiam.Dewita lalu mengajak Alma untuk segera tidur karena sudah malam. Sementara Firman memikirkan nasibnya yang berada diujung tanduk. Namun, untuk meninggalkan Sania dia tak akan sanggup.Pesona Sania sudah membuat Firman cinta mati. Bahkan sehari tak melihat Sania bisa membuat Firman gelisah. Ah dasar cinta gila!.**Pagi itu Alma dan Dewita mengajak Firman jalan-jalan ke taman sambil lari pagi. Firman tentu saja mau namun, dia taman mereka bertemu dengan Sania."Alma, kalian di sini juga. Tahu gitu tadi bareng sekalian," kata Sania. "Naomi, ajak main Ibra ya," ucap Sania."Gak mau, mending aku main sendiri," tolak Naomi."Ya ampun Sania! Masih aja ya sok baik sama kami. Padahal aku