Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka, Sania keluar dengan rambut yang basah."Maaf Alma, aku masuk ke rumah kamu tanpa izin," ucap Sania. "Tapi aku udah izin sama Mas Firman kok lewat telfon, dia juga yang ngasih tahu aku di mana kalian biasa meletakkan kunci pintunya," sambung Sania.Alma ke dapur untuk mencuci piring bekas sarapan mereka tadi. Sania mengikuti Alma, dia membuka tudung saji. Dimana masih ada lauk sisa sarapan tadi. Tanpa izin Sania mengambil piring dan sendok lalu mengambil nasi dan lauk.Alma hanya diam saja, tak apa berbagi makanan asal gak berbagi suami lagi."Aku kecewa sama kamu, Sania. Aku kira waktu itu kamu ada di pihakku. Ternyata kamu memihak Mas Firman. Entah apa yang sebenarnya kalian rencanakan," kata Alma.Sania masih asyik makan tak peduli dengan apa yang di ucapkan Alma. Dia malah sampai nambah lagi hingga nasi yang ada di magic com habis tak tersisa. Dia juga menyuapi Ibra yang tampak lapar."Sania, pulang!" bentak Kurnia. "Ngapain kamu makan di sini? Di rumah ibu udah masak buat kalian," sentak Kurnia."Masakan Alma lebih enak dibandingkan masakan ibu," bantah Sania."Lebih baik gak enak asal mau masak, dari pada kamu gak bisa masak," ucap Kurnia.Kurnia menarik tangan Sania, Sania terpaksa ikut dengan sang ibu beserta Ibra dan meninggalkan piring kotornya di meja makan."Dasar tetangga gak tahu diri," omel Alma sambil mengambil piring kotor bekas Sania.Tidak hanya itu, siangnya Sania datang lagi. Dia langsung saja masuk ke kamar Alma yang memang tidak di kunci. Dia mengambil parfume milik Alma dan menyemprotkannya ke baju."Sania, bisa sopan dikit gak sih jadi orang. Asal masuk kamar orang pakai barang milikku tanpa izin, dasar tetangga gak tahu diri," kata Alma marah dengan sikap keterlakuan Sania."Alah cuma minta parfume aja marah," bantah Sania. "Gimana kalau suami kamu yang aku minta, pasti udah kayak singa aja kamu ini," sambung Sania.Emosi Alma semakin memuncak karena ulah Sania yang gak tahu diri itu. Salah tapi tak mau mengakuinya dan malah bersikap seenaknya sendiri.Tidak berapa lama Firman pulang, dia melihat Sania sedang di marahi Alma di kamarnya."Alma, ada apa ini?" tanya Firman."Sania masuk ke kamar tanpa izin dan memakai parfume milikku, Mas," jawab Alma."Ya udah kasihkan aja parfumnya. Nanti kamu beli lagi saja," ucap Firman mengambil parfume Alma dan memberikannya pada Sania."Terimakasih, Mas," ucap Sania senang. "Istrimu galak kayak singa," bisik Sania.Alma mengajak mereka keluar dari kamar. Saat makan siang, Firman mengajak Sania ikut serta. Alma protes tapi malah dimarahi oleh Firman.Alma menghela nafas mencoba untuk sabar walaupun hatinya dongkol dengan kelakuan suaminya dan tetangganya itu.**Sore itu Firman pulang terlambat. Dia mengatakan jika akan bertemu dengan teman lamanya."Ma, papa jarang ngajak kita jalan ya," kata Naomi sedih. "Akhir-akhir ini papa sibuk dan gak perhatian sama Naomi," sambung Naomi."Mungkin papa sibuk, kita ngertiin papa ya," kata Alma memberi pengertian pada Naomi.Pukul 8 malam, Firman baru pulang. Dia langsung saja tidur tanpa menyapa Alma yang masih terjaga menunggu dia pulang.Akhirnya Alma memilih untuk ikut tidur karena sudah mengantuk. Tengah malam Alma tak bisa tidur. Dia bangun tapi tak melihat Firman di atas ranjang.Alma mendengar suara tangis Naomi, dia masuk ke kamar Naomi. Di lihatnya tengah menutup wajahnya dengan telapak tangan."Sayang, kamu kenapa?" tanya Alma memeluk putrinya."Papa udah gak sayang sama Naomi, terutama mama," jawab Naomi melepaskan pelukan sang mama."Emang papa ngapain?" tanya Alma heran.Naomi diam saja dia tidak lagi menangis. Dia tak menjawab pertanyaan Alma hingga Alma menemaninya tidur.**Pagi itu saat sarapan, Naomi terlihat tak suka dengan Firman. Entah apa yang dilakukan Firman hingga Naomi yang biasa lengket dengan sang papa mendadak menjauh."Naomi mau dibelikan apa sama papa? Papa nanti pulang awal," tanya Firman.Naomi hanya menjawab dengan gelengan saja."Ya udah aku samakan dengan Ibra saja ya," kata Firman."Emang Ibra pesan apa, Mas?" tanya Alma penasaran."Oh hanya pesan donat saja," jawab Firman.Setelah itu Firman berangkat terlebih dahulu. Baru Alma mengantar Naomi ke sekolah. Naomi sejak tadi diam saja tidak seperti biasanya. Hal itu membuat Alma merasa heran.Alma pulang dan kembali mengerjakan pekerjaan rumah. Dia mencuci baju dan menyapu halaman rumah."Alma, tolong ya telfonin Mas Firman! Suruh belikan aku kuota dulu," kata Sania."Sejak kapan suamiku jadi bertanggung jawab atas kebutuhan kalian. Gak anak gak ibu sama-sama tukang rusuh," ucap Alma."Maksud kamu apa?" tanya Sania."Anak kamu udah pesan donat sama Mas Firman, ini ibunya masih minta dibelikan kuota sama suamiku. Kamu kira Mas Firman suami kamu yang bisa kamu mintai ini itu," jawab Alma."Ya ampun! Kamu segitunya ya. Aku kan cuma minta belikan kuota duluan. Nanti juga aku ganti kok. Tapi kadang Mas Firman sih gak mau diganti makanya aku suka minta tolong sama dia," kata Sania dengan santainya."Oh jadi udah sering ya, dasar gak tahu diri," bentak Alma lalu menutup pintu rumahnya.Alma selalu di buat kesal oleh kelakuan Sania yang tak pernah tahu diri itu.**Sore itu Naomi bertengkar dan marah dengan Ibra. Dia membentak Ibra dengan kasar."Ngapain kamu pesan donat sama papa. Kamu mau rebut papaku? Jangan harap ya kamu bisa anggap papaku itu papamu," ucap Naomi."Kak Naomi jahat," ucap Ibra sedih."Naomi, ngapain kamu marahin Ibra? Kamu mau aku adukan sama papamu kalau kamu nakal sama Ibra," ancam Sania."Gak ibu, gak anak jahat semua. Kalian mau rebut papa dari kami, kan?" tanya Naomi.Sania mendorong Naomi hingga jatuh dan dia menangis. Alma yang baru keluar rumah langsung menolong Naomi.Naomi langsung masuk ke dalam rumah. Alma menanyakan pada Naomi apa yang sebenarnya terjadi."Naomi kenapa?" tanya Alma."Tante Sania mau merebut papa, Ma," jawab Naomi.Alma merasa sedih mendengar ucapan Naomi. Dia tak menyangka jika Naomi merasakan hal yang sama."Semalam..Naomi lihat papa sama Tante Sania sedang...," Ucapan Naomi terhenti karena mendengar ponsel Alma berdering."Bentar ya sayang, nanti sambung lagi," ucap Alma.Ternyata panggilan dari Firman, "Assalamualaikum, Mas," sapa Alma."Alma, kasih tahu Naomi jangan nakal sama Ibra. Ajari anakmu yang baik dong jangan nakal begitu," bentak Firman lalu memutuskan panggilan.Alma mendekati Naomi," Sayang tadi mau cerita apa?" tanya Alma."Gak jadi, Bu," jawab Naomi.Alma tak bisa memaksa Naomi untuk bercerita. Dia menenangkan Naomi agar dia tak mudah emosi.Firman pulang, dia memarahi Alma karena Naomi membentak Ibra."Gimana sih kamu ngajarin Naomi selama ini? Kenapa dia sampai bentak Ibra?" tanya Firman."Maaf, Mas. Tapi emang mereka keterlaluan. Mereka memanfaatkan kebaikan Mas Firman," jawab Alma."Tidak, bagiku mereka tidak memanfaatkan aku. Pikiran kamu saja yang terlalu negatif," ucap Firman.Lagi-lagi Alma yang di salahkan. Hingga beberapa hari Firman mendiami Naomi dan Alma hanya karena hal itu.Siang itu, Alma melihat status Sania. Dia memosting sebuah tas branded. Harganya saja mencapai lima juta. Alma juga pernah menginginkan tas itu, hanya saja dia enggan untuk meminta pada Firman. Apalagi saat ini hubungan mereka tengah renggang."Terimakasih sayang, kamu emang kekasih terbaik," begitulah caption yang di tulis Sania.Alma mengambil baju kotor di ranjang untuk di cuci. Pagi tadi dia tidak sempat mencuci karena ada urusan.Seperti bia
Setelah kepergian Alma, Sania menggerang kesal. Dia merasa ditantang oleh Alma."Aku janji gak akan biarkan dia menang, pelakor seperti aku juga berhak bahagia," ucap Sania."Astaghfirullah, ternyata anakku sudah gila," ucap Kurnia."Ibu diam saja, ibu tahu apa soal kebahagiaan Sania. Dulu ibu menjodohkan aku dengan papanya Ibra, nyatanya apa. Dia bukan orang baik yang bisa menjadi papa untuk Ibra. Apa salah kalau aku sekarang ingin merasakan kebahagiaan?" tanya Sania."Tidak salah, tapi jangan suami orang. Kayak gak laku aja sama yang bujang sampai harus jadi pelakor," jawab Kurnia."Kalau ibu tak suka diam saja. Jangan ganggu kesenangan Sania!" banyak Sania.Kurnia menggeleng melihat kelakuan putrinya. Bagaimana bisa dia menjadi anak yang sudah diatur.**Ketika Firman pulang kerja, Sania membawakan makanan untuk Firman."Mas, ini makanan buat kamu," kata Sania menyodorkan plastik berwarna hitam.
"Ti--tidak, Ma," jawab Firman gugup. "Mama pasti salah dengar," ucap Firman mendekati Dewita dan mengajaknya untuk sarapan bersama."Eh kamu, pulang sana. Kamu bukan siapa-siapa di sini," usir Dewita pada Sania.Firman memberikan isyarat agar Sania segera pergi. Dengan muka masam Sania pergi dari rumah Firman."Mama, kenapa tidak memberi kabar kalau mau ke sini?" tanya Firman."Aku mau bikin surprise buat kalian. Mama akan menginap beberapa hari di sini. Aku takut kalau kamu beneran selingkuh," jawab Dewita."Wah Alma senang sekali kalau Mama mau menginap. Alma jadi punya teman curhat," sahut Alma.Mereka lalu makan bersama. Kali ini Firman yang mengantar Naomi ke sekolah karena tak mau meninggalkan Dewita seorang diri."Alma, kamu tak perlu membohongi mama. Mama sudah tahu semua," kata Dewita. "Firman dan selingkuhannya itu harus diberi pelajaran. Mama tidak rela menantu kesayangan mama ini digantikan oleh siapapun," sa
"Mama...siapa yang bilang? Jangan asal percaya dengan orang lain," kata Firman. "mama harusnya percaya dengan anak mama sendiri," sambung Firman."Mama tadi mendengarkan pembicaraan kalian," ucap Dewita seketika membuat Firman terdiam.Dewita lalu mengajak Alma untuk segera tidur karena sudah malam. Sementara Firman memikirkan nasibnya yang berada diujung tanduk. Namun, untuk meninggalkan Sania dia tak akan sanggup.Pesona Sania sudah membuat Firman cinta mati. Bahkan sehari tak melihat Sania bisa membuat Firman gelisah. Ah dasar cinta gila!.**Pagi itu Alma dan Dewita mengajak Firman jalan-jalan ke taman sambil lari pagi. Firman tentu saja mau namun, dia taman mereka bertemu dengan Sania."Alma, kalian di sini juga. Tahu gitu tadi bareng sekalian," kata Sania. "Naomi, ajak main Ibra ya," ucap Sania."Gak mau, mending aku main sendiri," tolak Naomi."Ya ampun Sania! Masih aja ya sok baik sama kami. Padahal aku
Ternyata Sania sudah berada di rumah Firman. Dia meminta bantuan agar Firman menolongnya."Mas, ibu mengurungku tadi. Aku ini tadi lari lewat jendela," kata Sania. Wajah Sania terlihat sangat menyedihkan hal itu membuat Firman tak tega dengan Sania."Sania, aku akan bicara dengan Alma untuk menikahi kamu," kata Firman memberikan harapan pada Sania. Mata Sania berbinar mendengar Firman akan menikahinya.Malam itu, Firman mengatakan pada Alma bahwa dia akan menikahi Sania. Namun, Alma menolak keras keinginan suaminya itu. Bahkan Dewita sampai menampar Firman."Aku mencintai Sania, kalau kalian tak ingin kamu menjalin hubungan terlarang, izinkan kamu menikah," ucap Firman."Sampai aku matipun tak akan aku izinkan kamu untuk menikah dengan dia," tuding Dewita pada Sania.Alma kecewa dengan Firman, maka mungkin dia mau dimadu dengan Sania. Dia tak akan kuat dengan semuanya.**Saat akan tidur, Firman masih berusaha u
Sejak saat itu, Alma berusaha untuk terus membuat Firman bersikap baik dengan Naomi. Namun, semakin Alma mengalah justru Firman semakin semena-mena."Mas, kalau kamu memang tak bisa meninggalkan Sania. Tolong jaga perasaan Naomi, berilah dia perhatian seperti dulu lagi. Sekarang kamu banyak berubah," ucap Alma."Apa kurang selama ini perhatianku? Apa dengan aku kembali perhatian dengan dia kalian akan terima hubungan aku dan Sania," kata Firman."Ya, aku akan mencoba untuk bersabar dan diam," ucap Alma. "Asal kamu menjadi sosok papa yang baik buat Naomi," sambung Alma.Alma tak peduli walaupun dia harus merasakan sakit hati. Baginya yang terpenting Naomi tidak kehilangan sosok Firman. Berkorban demi kebahagiaan sang putri, itulah yang saat ini Alma lakukan.Sejak saat itu, Firman kembali dekat dengan Naomi. Bahkan apa yang Naomi minta Firman turuti. Hanya satu yang dia tak akan turuti jika Naomi meminta dia untuk meninggalkan Sania.
Sania yang sadar bahwa Firman tak berkedip langsung mencubit Firman hingga Firman tersadar."Ajeng, kenalkan ini suamiku Mas Firman. Dan yang di sebelahnya itu Sania tetangga aku sekaligus selingkuhan suamiku," ucap Alma tanpa malu memperkenalkan Sania."Alma, kita cari meja lain ya. Banyak hal yang ingin aku bicarakan," kata Ajeng.Alma dan Ajeng mencari tempat yang jauh dari Firman dan Sania. Dia hanya ingin bicara berdua dengan Alma apalagi mereka sudah lama tak bertemu."Kamu bisa mudah aja ya terima mereka," kata Ajeng sembari duduk. "Kalau jadi aku udah ku bunuh tuh pelakor," sambung Ajeng."Aku tak bisa sesadis itu, Jeng. Dia punya anak kecil, aku gak mau kalau melukai hati anaknya," ucap Alma. "Dan kamu rela mengorbankan perasaan kamu?" tanya Ajeng. "Bagaimana kalau kamu ikuti trik ku aja?" tanya Ajeng."Trik apa?" tanya Alma penasaran."Kamu jangan mau mengurus Firman lagi, termasuk mengurus urusan rum
Alma tersenyum, dia tak menyangka kalau Dewita hanya bercanda. Firman kesal karena merasa di permainkan. Pagi itu Alma pergi untuk interview.Alma melalui beberapa tes dan hasilnya baik. Bahkan Alma langsung diterima kerja lagi setelah hasil interview keluar."Selamat Mbak Alma, anda di terima bekerja di kantor ini," ucap Seorang karyawan yang mengumumkan hasil interview.Alma senang, dia tak lupa memberitahu Dewita. Alma menjemput Naomi yang dititipkan pada Dewita."Kamu yakin bisa kerja sambil mengurus Naomi?" tanya Dewita."Akan aku usahakan, Ma. Aku tidak bisa selamanya bergantung pada Mas Firman. Terlebih lagi uang Mas Firman sudah dibagi dengan Sania," jawab Alma.Alma lalu pamit dan mengucapkan terima kasih. Karena Alma bekerja, jadi Naomi akan ikut mobil jemputan dari pihak sekolah."Sayang, gak apa-apa ya mama kerja," kata Alma."Iya, Ma. Dari pada mama sakit hati lihat kelakuan papa," ucap Naomi.