Alma tak bisa membuka keseluruhan pesan itu karena ponsel Firman dibuat kode. Alma memilih untuk pergi ke dapur, dia akan memasak untuk makan malam nanti.
Setelah salat magrib, mereka berkumpul di ruang keluarga. Alma mengajari Naomi membaca."Assalamualaikum...," ucap Sania. Dia langsung masuk karena memang pintu depan tidak di tutup."Waalaikumsalam...," balas Alma dan Firman serentak."Wah, Naomi sedang belajar ya. Boleh dong Ibra ikut!" pinta Sania.Alma tak mungkin menolak, apalagi melihat antusias dari Ibra untuk belajar. Sementara itu Sania duduk di sofa dan mengobrol dengan Firman."Enak kayak Kak Naomi, punya mama dan papa. Ibra gak punya papa," kata Ibra."Ibra mau punya papa ya?" tanya Firman tersenyum. "Ibra boleh kok panggil Om Firman , Papa," sambung Firman.Alma keberatan tapi dia tak bisa protes melihat Ibra girang sekali. Alma tak bisa menyakiti hati anak kecil walaupun ibunya menyebalkan."Terimakasih, Mas. Kamu baik banget sama Ibra. Beruntung ya Alma punya suami seperti kamu, andai..," Ucapan Sania terhenti dia lalu menunduk."Sudah jangan sedih," ucap Firman mengusap pundak Sania. Alma yang melihat hal itu berusaha untuk sabar. Tak mungkin dia marah di depan anak-anak."Papa Firman, besok belikan Ibra mainan ya," kata Ibra."Iya, besok papa belikan," kata Firman."Buat Naomi juga ya, Pa," sahut Naomi."Mainan Nomi udah banyak. Naomi beli lain kali saja," kata Firman."Mas, kok gitu sih," protes Alma. Dia tak suka jika anaknya dikalahkan oleh Ibra."Maaf Alma, biarkan Ibra merasakan kasih sayang seorang papa dulu. Selama ini kan Naomi udah dapat kasih sayang papanya," sahut Sania."Naomi, kita belajar di kamar saja ya," kata Alma. Dia malas meladeni Sania.Hingga waktu makan malam tiba, ternyata Sania dan Ibra belum pulang. Malah diajak makan malam bersama oleh Firman."Papa Firman, minta ayam Ding," kata Ibra. Firman memberikan paha ayam untuk Ibra. Padahal paha ayam hanya satu dan itu bagian kesukaan Naomi."Itu kan punya aku, kok dikasihkan Ibra," protes Naomi."Sayang, kamu makan pakai ini ya," ucapku. "Gak apa kita berbagi sama Ibra, semoga aja gak selamanya kita berbagi," sindir Alma.Sania dan Firman merasa tersindir. Firman menatap nyalang ke arah Alma. Namun, Alma malah cuek saja.Selesai makan, mereka baru pulang ke rumah. Sampai di rumah, Kurnia marah pada Sania."Ibra masuk kamar dulu ya. Nenek mau bicara sama mama," kata Kurnia sehingga Ibra langsung masuk ke kamar. Apalagi perutnya kenyang dia pasti mengantuk."Mau ngapain, Bu?" tanya Sania sinis."Kamu ngapain sih datang ke rumah Alma. Mau ganggu dia dan Firman?" tanya Kurnia kesal."Siapa juga yang ganggu. Aku hanya main, lagi pula mereka gak keberatan," bantah Sania."Ibu tahu gak? Mas Firman mau loh di panggil papa sama Ibra. Akhirnya...Ibra ngerasain punya papa," sambung Sania."Lancang kamu, Sania. Harusnya kamu gak biarkan hal itu," ucap Kurnia. "Ibu makin malu sama Alma," kata Kurnia.Sania cuek saja dan meninggalkan Kurnia seorang diri yang tengah mengomel.**"Mas, aku keberatan kalau kamu di panggil papa oleh Ibra. Papanya itu masih hidup, harusnya papanya yang manjakan dia bukan kamu," protes Alma saat dia berdua dengan Firman di kamar. Naomi sudah tidur sejak tadi."Kasihan Ibra. Papanya gak pernah menemui dia. Dia gak pernah tahu yang mana papanya," kata Firman. "Lagi pula hanya panggil papa, kenapa di permasalahkan?" tanya Firman. "Kamu cemburu?" tanya Firman."Bukan aku cemburu. Tapi kamu terlihat lebih memanjakan Ibra dibanding Naomi. Sampai Naomi harus berbagi makanan apa harus juga berbagi papa," jawab Alma. "Sekarang baru berbagi papa, bisa-bisa aku juga harus berbagi suami," sambung Alma.Plak"Ngomong di jaga. Kamu kira aku serendah itu," bentak Firman.Alma memegangi pipinya yang masih terasa panas atas tamparan yang dilayangkan Firman."Kamu terlalu ngawur, kalau Allah mengijabah ucapan kamu baru tahu rasa," bentak Firman."Bukannya itu yang kalian lakukan dibelakang aku," kata Alma. "Kamu menjalin hubungan dengan Sania, kan?" tanya Alma.Firman menatap Alma dengan nyalang, wajahnya memerah dia sangat marah sekali mendengar pertanyaan Firman."Jangan asal menuduh! Hanya karena aku izinkan Ibra memanggilku papa kamu menuduh aku selingkuh dengan Sania," bentak Firman. "Aku kecewa sama kamu," ucap Firman lalu mengambil kunci mobil di atas meja dan pergi dari rumah.Alma menangis, dia tak bisa mencegah Firman pergi. Sudah jelas sore tadi Alma melihat pesan Sania yang memanggil Firman dengan sebutan sayang. Tetapi Firman masih saja mengelak.**"Sania, mau kemana? Ini sudah malam. Kamu seorang janda tidak baik keluar malam," kata Kurnia."Aku keluar bentar, Bu. Nitip Ibra," kata Sania tanpa menjawab pertanyaan ibunya.Sania pergi menggunakan sepeda motor miliknya. Kurnia dibuat kesal oleh anaknya, pergi seenaknya sendiri dan meninggalkan putranya tidur sendiri.Pukul 01.15 Sania mengendap masuk ke dalam rumah. Kurnia yang bangun untuk ke kamar mandi melihat kepulangan Sania segera menyalakan lampu. Tentu hal itu membuat Sania terkejut."Di rumah sendiri udah kaya maling saja. Dari mana saja kamu? Ini jam berapa baru pulang?" tanya Kurnia mendekati Sania.Kurnia melihat Sania dengan seksama. Dia melihat ada tanda merah di leher anaknya itu. Dia benar-benar kecewa dengan apa yang dilakukan Sania."Lebih baik kamu bunuh ibu, dari pada ibu menyaksikan kebejatan kamu," bisik Kurnia lalu masuk ke kamarnya.Sania tak peduli dia masuk ke dalam kamar dan segera tidur.Sementara Firman yang juga baru pulang tak tidur di kamar melainkan tidur di sofa ruang keluarga. Dia masih kecewa dengan Alma yang menuduhnya selingkuh dengan Sania.**"Pulang jam berapa semalam, Mas?" tanya Alma saat mereka sarapan."Bukan urusan kamu, kamu sendiri yang membuatku kesal," jawab Firman sinis.Naomi yang tahu mama dan papanya sedang marahan tampak murung sekali.Alma mengantar Naomi ke sekolah. Dia melihat Sania sedang di depan rumah dengan Ibra. Perasaan Alma tak enak setiap kali melihat dua orang itu.Setelah mengantar Naomi, Alma segera pulang. Dia merasa khawatir dan ingin segera pulang. Sampai di rumah, rumah tampak sepi.Alma masuk, dia sudah tak melihat mobil Firman. Itu tandanya Firman sudah pergi.Alma masuk ke dalam kamar meletakkan tasnya. Dia melihat sprei kamarnya yang semula rapi jadi berantakan."Apa mungkin tadi Mas Firman tiduran lagi?" tanya Alma.Alma hendak mengambil baju kotor di keranjang untuk di cuci. Tetapi matanya melihat sesuatu di tong sampah.Alma jongkok dan memastikan apa yang dia lihat."Ini kan...," Alma menutup mulutnya setelah melihat jelas. "Tega kamu, Mas," ucap Alma lalu menangis.Alma keluar dari kamar, tangisnya tak terbendung lagi. Dia merasa sedih karena Firman sudah berani membawa selingkuhannya ke ranjang mereka."Alma...," panggil Sania. "Kenapa kamu menangis?" tanya Sania mendekati Alma.Alma mengusap air matanya, dia tak boleh terlihat lemah di mata Sania. Dia harus tegar menghadapi semua."Tadi aku lihat ada wanita masuk ke rumah ini. Aku kira dia saudara kamu, tapi pas pulang kok sama Mas Firman dia," kata Sania.Awalnya Alma mengira Firman melakukannya dengan Sania. Tetapi Sania malah bilang ada wanita lain yang datang."Kamu yakin?" tanya Alma. "Aku kira malah kamu yang datang kemari," sambung Alma."Ya ampun! Aku memang cinta sama Mas Firman tapi gak sekejam itu loh. Awalnya aku kira Mas Firman benar-benar suka sama aku ternyata setelah melihat kedekatan dia dengan wanita tadi aku mulai ragu," kata Sania. "Mungkin dia hanya mempermainkan aku," sambungnya.Alma hanya diam saja, dia urung untuk mencuci baju karena mengobrol dengan Sania. Sania cerit
CeklekPintu kamar mandi terbuka, Sania keluar dengan rambut yang basah. "Maaf Alma, aku masuk ke rumah kamu tanpa izin," ucap Sania. "Tapi aku udah izin sama Mas Firman kok lewat telfon, dia juga yang ngasih tahu aku di mana kalian biasa meletakkan kunci pintunya," sambung Sania.Alma ke dapur untuk mencuci piring bekas sarapan mereka tadi. Sania mengikuti Alma, dia membuka tudung saji. Dimana masih ada lauk sisa sarapan tadi. Tanpa izin Sania mengambil piring dan sendok lalu mengambil nasi dan lauk.Alma hanya diam saja, tak apa berbagi makanan asal gak berbagi suami lagi."Aku kecewa sama kamu, Sania. Aku kira waktu itu kamu ada di pihakku. Ternyata kamu memihak Mas Firman. Entah apa yang sebenarnya kalian rencanakan," kata Alma.Sania masih asyik makan tak peduli dengan apa yang di ucapkan Alma. Dia malah sampai nambah lagi hingga nasi yang ada di magic com habis tak tersisa. Dia juga menyuapi Ibra yang tampak lapar."Sania, pulang!" bentak Kurnia. "Ngapain kamu makan di sini? Di
Alma tak bisa memaksa Naomi untuk bercerita. Dia menenangkan Naomi agar dia tak mudah emosi.Firman pulang, dia memarahi Alma karena Naomi membentak Ibra."Gimana sih kamu ngajarin Naomi selama ini? Kenapa dia sampai bentak Ibra?" tanya Firman."Maaf, Mas. Tapi emang mereka keterlaluan. Mereka memanfaatkan kebaikan Mas Firman," jawab Alma."Tidak, bagiku mereka tidak memanfaatkan aku. Pikiran kamu saja yang terlalu negatif," ucap Firman.Lagi-lagi Alma yang di salahkan. Hingga beberapa hari Firman mendiami Naomi dan Alma hanya karena hal itu.Siang itu, Alma melihat status Sania. Dia memosting sebuah tas branded. Harganya saja mencapai lima juta. Alma juga pernah menginginkan tas itu, hanya saja dia enggan untuk meminta pada Firman. Apalagi saat ini hubungan mereka tengah renggang."Terimakasih sayang, kamu emang kekasih terbaik," begitulah caption yang di tulis Sania.Alma mengambil baju kotor di ranjang untuk di cuci. Pagi tadi dia tidak sempat mencuci karena ada urusan.Seperti bia
Setelah kepergian Alma, Sania menggerang kesal. Dia merasa ditantang oleh Alma."Aku janji gak akan biarkan dia menang, pelakor seperti aku juga berhak bahagia," ucap Sania."Astaghfirullah, ternyata anakku sudah gila," ucap Kurnia."Ibu diam saja, ibu tahu apa soal kebahagiaan Sania. Dulu ibu menjodohkan aku dengan papanya Ibra, nyatanya apa. Dia bukan orang baik yang bisa menjadi papa untuk Ibra. Apa salah kalau aku sekarang ingin merasakan kebahagiaan?" tanya Sania."Tidak salah, tapi jangan suami orang. Kayak gak laku aja sama yang bujang sampai harus jadi pelakor," jawab Kurnia."Kalau ibu tak suka diam saja. Jangan ganggu kesenangan Sania!" banyak Sania.Kurnia menggeleng melihat kelakuan putrinya. Bagaimana bisa dia menjadi anak yang sudah diatur.**Ketika Firman pulang kerja, Sania membawakan makanan untuk Firman."Mas, ini makanan buat kamu," kata Sania menyodorkan plastik berwarna hitam.
"Ti--tidak, Ma," jawab Firman gugup. "Mama pasti salah dengar," ucap Firman mendekati Dewita dan mengajaknya untuk sarapan bersama."Eh kamu, pulang sana. Kamu bukan siapa-siapa di sini," usir Dewita pada Sania.Firman memberikan isyarat agar Sania segera pergi. Dengan muka masam Sania pergi dari rumah Firman."Mama, kenapa tidak memberi kabar kalau mau ke sini?" tanya Firman."Aku mau bikin surprise buat kalian. Mama akan menginap beberapa hari di sini. Aku takut kalau kamu beneran selingkuh," jawab Dewita."Wah Alma senang sekali kalau Mama mau menginap. Alma jadi punya teman curhat," sahut Alma.Mereka lalu makan bersama. Kali ini Firman yang mengantar Naomi ke sekolah karena tak mau meninggalkan Dewita seorang diri."Alma, kamu tak perlu membohongi mama. Mama sudah tahu semua," kata Dewita. "Firman dan selingkuhannya itu harus diberi pelajaran. Mama tidak rela menantu kesayangan mama ini digantikan oleh siapapun," sa
"Mama...siapa yang bilang? Jangan asal percaya dengan orang lain," kata Firman. "mama harusnya percaya dengan anak mama sendiri," sambung Firman."Mama tadi mendengarkan pembicaraan kalian," ucap Dewita seketika membuat Firman terdiam.Dewita lalu mengajak Alma untuk segera tidur karena sudah malam. Sementara Firman memikirkan nasibnya yang berada diujung tanduk. Namun, untuk meninggalkan Sania dia tak akan sanggup.Pesona Sania sudah membuat Firman cinta mati. Bahkan sehari tak melihat Sania bisa membuat Firman gelisah. Ah dasar cinta gila!.**Pagi itu Alma dan Dewita mengajak Firman jalan-jalan ke taman sambil lari pagi. Firman tentu saja mau namun, dia taman mereka bertemu dengan Sania."Alma, kalian di sini juga. Tahu gitu tadi bareng sekalian," kata Sania. "Naomi, ajak main Ibra ya," ucap Sania."Gak mau, mending aku main sendiri," tolak Naomi."Ya ampun Sania! Masih aja ya sok baik sama kami. Padahal aku
Ternyata Sania sudah berada di rumah Firman. Dia meminta bantuan agar Firman menolongnya."Mas, ibu mengurungku tadi. Aku ini tadi lari lewat jendela," kata Sania. Wajah Sania terlihat sangat menyedihkan hal itu membuat Firman tak tega dengan Sania."Sania, aku akan bicara dengan Alma untuk menikahi kamu," kata Firman memberikan harapan pada Sania. Mata Sania berbinar mendengar Firman akan menikahinya.Malam itu, Firman mengatakan pada Alma bahwa dia akan menikahi Sania. Namun, Alma menolak keras keinginan suaminya itu. Bahkan Dewita sampai menampar Firman."Aku mencintai Sania, kalau kalian tak ingin kamu menjalin hubungan terlarang, izinkan kamu menikah," ucap Firman."Sampai aku matipun tak akan aku izinkan kamu untuk menikah dengan dia," tuding Dewita pada Sania.Alma kecewa dengan Firman, maka mungkin dia mau dimadu dengan Sania. Dia tak akan kuat dengan semuanya.**Saat akan tidur, Firman masih berusaha u
Sejak saat itu, Alma berusaha untuk terus membuat Firman bersikap baik dengan Naomi. Namun, semakin Alma mengalah justru Firman semakin semena-mena."Mas, kalau kamu memang tak bisa meninggalkan Sania. Tolong jaga perasaan Naomi, berilah dia perhatian seperti dulu lagi. Sekarang kamu banyak berubah," ucap Alma."Apa kurang selama ini perhatianku? Apa dengan aku kembali perhatian dengan dia kalian akan terima hubungan aku dan Sania," kata Firman."Ya, aku akan mencoba untuk bersabar dan diam," ucap Alma. "Asal kamu menjadi sosok papa yang baik buat Naomi," sambung Alma.Alma tak peduli walaupun dia harus merasakan sakit hati. Baginya yang terpenting Naomi tidak kehilangan sosok Firman. Berkorban demi kebahagiaan sang putri, itulah yang saat ini Alma lakukan.Sejak saat itu, Firman kembali dekat dengan Naomi. Bahkan apa yang Naomi minta Firman turuti. Hanya satu yang dia tak akan turuti jika Naomi meminta dia untuk meninggalkan Sania.