"Bagaimana apa kamu tetap mau kerja sama dengan kami?" tanya Safira."Tentu, asal dapat uang aku pasti mau," jawab Sania. "Lagi pula aku juga gak suka lihat Alma beruntung karena menikah dengan Satria," sambung Sania.Sifat iri Sania gak pernah berubah, apapun yang Alma dapatkan selalu dia jadikan bahan iri dengki."Aku mau kamu buat pernikahan mereka gagal," kata Safira. "Perkara bagaimana caranya kamu pikirkan sendiri, dan ingat saat kamu ketahuan jangan pernah melibatkan kami," kata Safira."Itu gampang," kata Sania.Sania duduk lalu memberikan nomor ponselnya pada Safira."Jangan lupa kabari saja," kata Sania.Mereka telah sepakat, padahal Sania sudah dapat banyak uang dari Firman dan simpanannya. Tetapi, baginya itu belum seberapa.***Alma tengah melihat Naomi sedang bermain, dia melihat Naomi punya mainan baru."Ma, ini tadi dibelikan papa," kata Naomi."Oh gitu, gak ada Tante Sania, kan?" tanya Alma."Gak ada, Papa sendirian ke sekolahan," jawab Naomi.Alma segera mandi, dia y
Alma tengah bingung memikirkan Naomi, sampai malam dia belum menemukan titik terang. Semakin malam, Alma tak bisa tidur, Arum terlihat menenangkan Alma yang tak tenang sejak tadi."Bagaimana kalau Naomi tidak di beri makan?" tanya Alma."Sabar, Mbak. Pasti mereka ngasih makan Naomi," jawab Arum.Belum sempat Arum beranjak ke kamarnya, Alma mendapatkan panggilan. Suara seorang pria di seberang sana."Kamu pasti bingung mencari anakmu, kalau kamu mau anakmu kembali dengan selamat segera batalkan pernikahan kamu dengan calon suami kamu," kata pria itu."Siapa kamu? Aku gak mungkin membatalkannya," kata Alma."Apa kamu ingin anakmu tidak kembali?" tanya Pria itu."Mama...tolong Naomi, Ma!" teriak Naomi. "Mama Naomi takut," Suara Naomi terlihat sangat ketakutan dan menangis."Aku akan turuti tapi jangan apa-apakan anakku," kata Alma.Malam itu, Alma meminta Arum mengantarkan dirinya ke rumah Satria. Saat Alma datang Sudiro dan Satria terkejut."Satria, kita harus membatalkan pernikahan kit
Sejak kejadian itu, Alma maupun Naomi tak pernah menemui Firman. Dewita dan Wibowo sempat kecewa namun biar bagaimanapun Firman merupakan putra mereka."Mama, Naomi gak mau ketemu papa lagi. Dia jahatin Naomi," ucap Naomi."Sayang, sejahat apapun papa. Dia akan tetap papa kamu," kata Alma."Gak, Naomi benci papa," bantah Naomi.Alma tak pernah membahas lagi soal Firman di depan Naomi. Dia memilih untuk meneruskan pernikahannya dengan Satria.Sementara itu, Firman memohon pada Dewita untuk meyakinkan Alma dan Naomi jika bukan dia yang menculik Naomi."Ma, Firman mohon! Tolong bantu Firman, ini ulah Sania, Ma. Aku hanya dijadikan kambing hitam," ucap Firman."Bukti mengarah ke kamu, dan kamu sudah mendapatkan hukuman," kata Dewita."Tapi aku gak sejahat itu, Ma. Apalagi Naomi anakku sendiri, Sania yang melakukan semua," kata Firman."Mama akan coba," kata Dewita.Setelah dari kantor polisi, Dewita ke tempat Alma. Dia di sambut baik oleh Arum dan Naomi."Oma, kenapa papa jahat sama Naomi
Sania puas akhirnya dia bisa lepas dari Firman. Dia tak peduli lagi dengan pria miskin dan narapidana itu. Baginya saat ini dia akan menjalankan misi besar untuk mendapatkan harta."Aku sudah mengajukan gugatan cerai, setelah ini kita bisa bebas melakukannya," kata Sania. "Ingat yakinkan pria tua itu," kata Sania."Tenanglah, aku sedang atur jadwal untuk bertemu dia. Aku meminta pekerjaan padanya," kata Ibnu.Siangnya, Ibnu dan Sudiro bertemu di rumah makan. Mereka tentu membahas soal pekerjaan yang di minta Ibnu."Ibnu, maaf aku tidak bisa memberi kamu kerjaan di kantor. Soalnya kamu hanya berijazah SMP saja. Bagaimana kalau kamu jadi supir pribadiku saja?" tanya Sudiro.Ibnu tampak berpikir, "baiklah, Pak. Tidak masalah yang penting kerjaannya halal," jawab Ibnu.Bagus Ibnu tak masalah jika hanya sebagai sopir, setidaknya dia bisa dekat dengan Sudiro dan memanfaatkan Sudiro.Setelah pulang dari rumah makan, Sudiro menyampaikan pada pada Satria soal dia yang menjadikan Ibnu supir pri
Satria sengaja mengundang Alma dan keluarganya untuk makan malam di rumahnya. Selain makan malam juga membicarakan pernikahan Alma dan Satria.Hal itu tidak luput dari Maisya dan Safira, dia menyambut keluarga Alma dengan baik. Alma sempat kaget tapi dia berusaha untuk santai."Selamat datang calon besan," sapa Safira pada Nina. "Silahkan masuk!" Safira mempersilahkan mereka masuk.Satria langsung mengajak mereka ke ruang makan karena memang makanan sudah siap."Maaf ya hanya ini saja yang bisa kamu hidangkan," ucap Sudiro pada keluarga Alma."Tidak masalah, Pak. Ini saja sudah lebih dari cukup," balas Komar.Safira tetap menjaga diri di depan keluarga Alma walau dalam hati ingin mencaci maki mereka karena datang dengan tangan kosong."Alma beruntung bisa mendapatkan Satria ya, selain mapan dia juga tampan," kata Safira. "Semoga pernikahan mereka nanti lancar," sambung Safira.Tak ada yang menanggapi, mereka hanya tersenyum saja. Hal itu membuat Safira makin kesal.Alma dan keluargany
Semua persiapan pernikahan Alma sudah siap 95%. Tidak terasa besok adalah hari pernikahan Alma dan Satria. Walaupun bukan pernikahan yang pertama tetapi Alma tetap merasa deg-degan.Alma senang sampai saat ini persiapan pernikahan mereka berjalan lancar. Alma berharap esok dan seterusnya semua akan baik-baik saja.Pagi itu, Alma sudah di rias oleh penata rias yang disewa oleh keluarga Satria. Alma sangat cantik sekali, banyak yang kagum dengan kecantikan Alma.Di saat Alma tengah bahagia, Firman tengah mencoba ikhlas di dalam penjara."Ma, Mama sama Papa kok rapi sekali? Seperti mau kondangan," kata Firman. Dewita sengaja mampir ke lapas sebelum ke acara Alma."Alma hari ini akan menikah dengan Satria, Mama harap kamu ikhlas. Andai dulu kamu tidak mengkhianati Alma pasti kalian masih jadi keluarga yang bahagia," kata Dewita.Firman tertunduk, dia sedih karena tidak bisa hadir di acara bahagia Alma. Malah dia harus menjalani hukuman."Ma, titip surat buat Alma ya," kata Firman.Firman
"Uang, bagaimana apa kamu mau bayar aku agar aku tutup mulut?" tanya Pria itu yang tak lain adalah Ibnu. "Lihat aku punya bukti loh," kata Ibnu sambil memperlihatkan rekaman pembicaraan mereka tadi.Safira tak bisa berbuat apa-apa, dia terpaksa memberikan uang pada Ibnu."Baiklah, berapa yang kamu mau?" tanya Safira."Sepuluh juta," jawab Ibnu.Safira segera meminta no rekening Ibnu dan mentransfer sejumlah uang pada Ibnu."Sudah ku bayar, jangan laporkan itu pada Mas Sudiro. Tolong hapus vidio itu!" Pinta Safira."10 juta hanya uang tutup mulut saja, untuk menghapus vidieonya butuh 10 juta lagi," ucap Ibnu."Kamu mau memerasku, aku gak mau," tolak Safira lalu meninggalkan Ibnu dan Sania berdua.Sania tersenyum melihat Ibnu berhasil memeras Safira. Dia merasa puas karena bisa bersandiwara di depan Safira."Jangan lupa bagianku," kata Sania."Tenang saja," kata Ibnu.***Setelah pernikahannya Alma dan Naomi segera di boyong ke rumah Satria. Mereka akan tinggal satu rumah dengan Safira
"Aku akan kenalkan ke kalian," ucap Sudiro lalu pergi untuk mengangkat panggilan dari wanita itu."Tidak mungkin," kata Satria.Satria menepis perasaannya, dia bisa saja salah lihat tadi. Toh dia juga tak melihat terlalu jelas."Mas, ngapain kamu di sini sendiri?" tanya Alma."Tadi sama Papa, tapi Papa ada telfon," jawab Satria. "Naomi sudah selesai belajarnya?" tanya Satria."Sudah, tadi langsung tidur. Kita istirahat yuk!" ajak Alma.Mereka berjalan menuju kamar mereka, saat itu Sudiro baru saja selesai menerima panggilan."Satria, papa harus pergi. Besok malam aku akan bawa wanita itu kemari untuk makan malam. Kamu jangan pulang telat," kata Sudiro."Baik, Pa," jawab Satria.Satria penasaran sekali dengan wanita yang tengah dekat dengan sang papa. Pasalnya sang papa jarang sekali dekat dengan wanita. Tapi jika wanita itu bisa membuat Sudiro bahagia maka Satria tak masalah. Namun, jika sebaliknya, maka dia akan sangat sedih.**Pagi itu, Alma mengantar Naomi ke sekolah sekalian bela