Satria sengaja mengundang Alma dan keluarganya untuk makan malam di rumahnya. Selain makan malam juga membicarakan pernikahan Alma dan Satria.Hal itu tidak luput dari Maisya dan Safira, dia menyambut keluarga Alma dengan baik. Alma sempat kaget tapi dia berusaha untuk santai."Selamat datang calon besan," sapa Safira pada Nina. "Silahkan masuk!" Safira mempersilahkan mereka masuk.Satria langsung mengajak mereka ke ruang makan karena memang makanan sudah siap."Maaf ya hanya ini saja yang bisa kamu hidangkan," ucap Sudiro pada keluarga Alma."Tidak masalah, Pak. Ini saja sudah lebih dari cukup," balas Komar.Safira tetap menjaga diri di depan keluarga Alma walau dalam hati ingin mencaci maki mereka karena datang dengan tangan kosong."Alma beruntung bisa mendapatkan Satria ya, selain mapan dia juga tampan," kata Safira. "Semoga pernikahan mereka nanti lancar," sambung Safira.Tak ada yang menanggapi, mereka hanya tersenyum saja. Hal itu membuat Safira makin kesal.Alma dan keluargany
Semua persiapan pernikahan Alma sudah siap 95%. Tidak terasa besok adalah hari pernikahan Alma dan Satria. Walaupun bukan pernikahan yang pertama tetapi Alma tetap merasa deg-degan.Alma senang sampai saat ini persiapan pernikahan mereka berjalan lancar. Alma berharap esok dan seterusnya semua akan baik-baik saja.Pagi itu, Alma sudah di rias oleh penata rias yang disewa oleh keluarga Satria. Alma sangat cantik sekali, banyak yang kagum dengan kecantikan Alma.Di saat Alma tengah bahagia, Firman tengah mencoba ikhlas di dalam penjara."Ma, Mama sama Papa kok rapi sekali? Seperti mau kondangan," kata Firman. Dewita sengaja mampir ke lapas sebelum ke acara Alma."Alma hari ini akan menikah dengan Satria, Mama harap kamu ikhlas. Andai dulu kamu tidak mengkhianati Alma pasti kalian masih jadi keluarga yang bahagia," kata Dewita.Firman tertunduk, dia sedih karena tidak bisa hadir di acara bahagia Alma. Malah dia harus menjalani hukuman."Ma, titip surat buat Alma ya," kata Firman.Firman
"Uang, bagaimana apa kamu mau bayar aku agar aku tutup mulut?" tanya Pria itu yang tak lain adalah Ibnu. "Lihat aku punya bukti loh," kata Ibnu sambil memperlihatkan rekaman pembicaraan mereka tadi.Safira tak bisa berbuat apa-apa, dia terpaksa memberikan uang pada Ibnu."Baiklah, berapa yang kamu mau?" tanya Safira."Sepuluh juta," jawab Ibnu.Safira segera meminta no rekening Ibnu dan mentransfer sejumlah uang pada Ibnu."Sudah ku bayar, jangan laporkan itu pada Mas Sudiro. Tolong hapus vidio itu!" Pinta Safira."10 juta hanya uang tutup mulut saja, untuk menghapus vidieonya butuh 10 juta lagi," ucap Ibnu."Kamu mau memerasku, aku gak mau," tolak Safira lalu meninggalkan Ibnu dan Sania berdua.Sania tersenyum melihat Ibnu berhasil memeras Safira. Dia merasa puas karena bisa bersandiwara di depan Safira."Jangan lupa bagianku," kata Sania."Tenang saja," kata Ibnu.***Setelah pernikahannya Alma dan Naomi segera di boyong ke rumah Satria. Mereka akan tinggal satu rumah dengan Safira
"Aku akan kenalkan ke kalian," ucap Sudiro lalu pergi untuk mengangkat panggilan dari wanita itu."Tidak mungkin," kata Satria.Satria menepis perasaannya, dia bisa saja salah lihat tadi. Toh dia juga tak melihat terlalu jelas."Mas, ngapain kamu di sini sendiri?" tanya Alma."Tadi sama Papa, tapi Papa ada telfon," jawab Satria. "Naomi sudah selesai belajarnya?" tanya Satria."Sudah, tadi langsung tidur. Kita istirahat yuk!" ajak Alma.Mereka berjalan menuju kamar mereka, saat itu Sudiro baru saja selesai menerima panggilan."Satria, papa harus pergi. Besok malam aku akan bawa wanita itu kemari untuk makan malam. Kamu jangan pulang telat," kata Sudiro."Baik, Pa," jawab Satria.Satria penasaran sekali dengan wanita yang tengah dekat dengan sang papa. Pasalnya sang papa jarang sekali dekat dengan wanita. Tapi jika wanita itu bisa membuat Sudiro bahagia maka Satria tak masalah. Namun, jika sebaliknya, maka dia akan sangat sedih.**Pagi itu, Alma mengantar Naomi ke sekolah sekalian bela
"Papa yakin akan menikah dengan dia?" tanya Satria tak percaya jika wanita yang baru saja di kenalkan sang papa sebagai calon istrinya adalah Sania."Tidak, Satria," ucap Sudiro. Satria yakin ada sesuatu yang terjadi sehingga Sudiro terpaksa menikahi Sania. Satria akan menanyakan nanti setelah Sania pergi."Ya sudahlah, terima saja," kata Safira. "Kita sekarang makan malam saja," ucapnya.Mereka pergi ke meja makan, Alma tak menyangka jika bisa melakukan semua itu. Bahkan Sania mau menikah dengan pria yang usianya sangat tua dan pantas menjadi bapaknya."Satria harap, Papa pikirkan ulang. Sebelum semua terlambat," kata Satria."Satria, semua orang juga punya masa lalu. Biarkan Sania berubah, dia janji tidak akan mengganggu Alma lagi," kata Sudiro.Tak ada yang yakin jika Sania akan berubah. Yang ada dia akan kembali berulah. Sania pasti punya tujuan tertentu sehingga mau menikah dengan Sudiro.Selesai makan malam, Satria dan yang lain berkumpul di ruang keluarga. Sania meminta maaf p
Mereka pergi untuk mengurus semua perlengkapan dan syarat menikah. Sudiro memberikan syarat pada Sania agar menikah secara sederhana saja baginya yang penting mereka resmi menikah.Saat Sania ke toilet, dia kecopetan. Sania yakin jika itu orang suruhan Satria. Dia berusaha meminta tolong tapi copet itu sudah pergi.Pria itu membongkar tas Sania mencari rekaman di ponsel Sania. Namun, tak menemukan rekaman tersebut."Bos, saya sudah mengambil tasnya tapi tak menemukan apapun di ponselnya maupun di tasnya," kata pria itu."Sudah buang saja tas itu," kata Pria dia seberang sana. "Namun, sebelum kamu buang sadap dulu semua isinya hpnya," katanya.Pria itu menyadap ponsel Sania, lalu memberikan bukti chat Sania bersama beberapa orang yang mencurigakan.Sania meminta Sudiro untuk menelfon nomornya, dia ingin tahu apa pencopet itu membuang atau mengambil ponselnya."Mas, aku kecopetan. Tolong hubungi nomorku!" Pinta Sania."Biar aku lacak nomornya," sahut Ibnu.Ibnu melacak keberadaan ponsel
Ada apa, Pa?" tanya Satria."Kamu ya yang meminta orang untuk mencopet Sania. Apa tujuan kamu?" tanya Sudiro marah.Satria mengakui semua, dia juga mengaku kalau tak mendapatkan apa-apa dari tas Sania. Namun, Sudiro tetap saja marah pada Satria."Gak sepatutnya kamu melakukan itu, Satria. Beruntung orang itu tidak melukai Sania," kata Sudiro. "Lain kali jangan ganggu Sania lagi. Lagi pula kamu sudah merestui hubungan kamu," bentak Sudiro. "Dan kamu Alma, harusnya kamu itu nasehati suami kamu, jangan diam saja," kata Sudiro.Ibnu terlihat tersenyum saat mendengar Sudiro marah besar. Dia pasti merasa menang karena berhasil membuat anak dan Bapak jadi bertengkar. Apalagi setelah ini dia pasti akan makin semangat mengompori Sudiro."Jangan ikut-ikutkan Alma dengan masalah ini, Pa. Semua masalah ini kan papa yang buat. Papa yang sudah melakukan kesalahan sehingga harus menikah dengan wanita jahat itu," bantah Satria."Sania sudah berubah, nyatanya dia tidak melaporkan dirimu ke kantor pol
"Ah itu tidak mungkin, Pak. Saya kan orang yang paling setia, buktinya dulu pas ikut Pak Dirga saya juga dipercaya sama beliau," kata Ibnu."Iya, tapi kamu dikabarkan jadi selingkuhan Sintia, kan? Aku juga dengar hal itu. Entah benar atau tidak tapi banyak yang membicarakan hal itu," kata Sudiro.Ibnu merasa tak nyaman dengan pembicaraan yang dilakukan Sudiro. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan pada hal lain."Oh ya bagaimana persiapan pernikahan bapak?" tanya Ibnu.Terlihat jelas sikap Ibnu pada Sania. Dia sangat menginginkan Sania menjadi istri Sudiro segera mungkin."Pernikahan sederhana untuk apa di pikirkan," kata Sudiro. "Kalau belum siap ya tinggal aku suruh kamu urus semua," kata Sudiro."Saya siap membantu, Pak," ucap Ibnu.Sudiro semakin tak berselera untuk menikahi Sania. Namun, dia sudah ada janji dengan Sania. Tak ingin dianggap pengecut jadi dia terpaksa menikahinya."Pak, apa mobil yang di minta Sania sudah bapak siapkan?" tanya Ibnu."Sudah ku urus kamu tenang saja.