"Pak Satria, mendingan bapak pulang saja. Besok saya akan bersiap-siap," ucap Alma.
Alma tak mau jika Firman sampai terpojokkan. Walaupun sebenarnya Alma benci dengan perbuatan Firman."Baiklah, saya tunggu besok," ucap Satria lalu pamit.Setelah Satria pergi, Firman menjauh dari Sania. Dia tak mau dekat dengan Sania. Bahkan dia mengusir Sania dengan kasar."Pergi sana! Jangan ganggu kami!" usir Firman sambil menepis tangan Sania. "Bikin malu saja," ucap Firman.Sania pulang dengan cemberut, dia tak suka dibentak. Dia berjanji akanbuat Firman kembali menjadi miliknya seutuhnya.**Siang itu, Satria menjemput Alma. Merekapergi berdua saja. Firman yang tahu hal itu merasa cemburu."Apa kalian hanya berdua?" tanya Firman saat melihat di dalam mobil tak ada siapapun kecuali Satria."Tentu, memang ada masalah?" tanya Satria. "Apa Pak Firman cemburu dengan saya? Secara saya lebih tampan dibandingkan anda," kaAlma langsung menarik Firman, dia meminta Firman untuk segera pulang."Ngapain ke sini? Bikin malu saja," kata Alma."Kamu senang ya bisa bersama Satria," kata Firman."Aku di sini sedang kerja, mereka itu relasi Pak Satria. Kamu sudah bikin keributan dan bikin kami malu. Kamu kira aku murahan mau pergi dengan pria yang bukan suamiku kecuali kalau bukan urusan kerja," kata Alma. "Sekarang kamu minta maaf pada Pak Satria," ucap Alma.Firman terpaksa meminta maaf pada Satria dan yang lain. Firman pulang dan mereka kembali beristirahat.**Pagi itu Alma mendengar Helma dan Sonia berbicara. Mereka membicarakan Alma dan Firman."Pasti suami Alma cemburu istrinya pergi dengan Pak Satria. Secara Pak Satria lebih muda dan tampan," kata Sonia."Aku kalau jadi Sonia sih mendingan Pak Satria aja. Udah tampan bos besar pula," ucap Helma."Alma, ngapain kamu di situ?" tanya Satria.Seketika Helma dan Sonia
"Papa ngapain di sini?" tanya Satria mendekati sang papa lalu menyalami papanya."Papa ini ketemu Alma," jawab Sudiro."Oh..," hanya itu yang Satria ucapkan. Setelah itu Sudiro pamit karena ada acara yang lain. "Papa bicara apa sama kamu?" tanya Satria."Gak ada hanya tanya kabar," jawab Alma bohong.Alma kembali bekerja, jika sudah begini Satria tak akan berani untuk mengganggunya.**Wibowo melihat Sania keluar dari rumahnya. Dia membuntuti kemana Sania pergi. Perut Sania susah mulai membesar, namun dia tetap percaya diri keluar rumah."Pak, berhenti di sini," kata Sania pada supir Juragan Marta sekaligus bodyguard untuk Sania.Sania keluar dan masuk ke salah satu pusat perbelanjaan. Wibowo ikut masuk ke dalam pusat perbelanjaan, dia melihat Sania berjalan ke arahnya. Dia segera menumpahkan air di lantai secara diam-diam. Setelah itu bersembunyi di balik rak.Saat Sania melewati lantai itu, dia terpel
"Benar," jawab Alma santai. Dia tak mau ada lagi yang di tutup-tutupi pada Firman.Firman langsung saja membuang paket itu, dia tak mau Alma menerima barang dari Satria."Kamu mengundurkan diri saja dari perusahaan Satria. Aku gak mau sampai dia menggoda kamu lagi," kata Firman."Gak bisa, Mas. Aku butuh pekerjaan itu. Apalagi jika nanti aku harus bercerai dengan mu, maka aku butuh pekerjaan itu," bantah Firman."Pokoknya kamu harus berhenti kerja," bantah Firman marah."Sudah...sudah jangan bertengkar lagi," kata Wibowo. "Kasihan itu Naomi," kata Wibowo saat melihat cucunya ketakutan karena Firman marah."Kamu gak ada hal buat melarang aku, Mas. Dan perlu kamu tahu bahwa aku gak semudah itu berhianat," kata Alma lalu mengajak masuk Naomi ke kamar.Alma tidur bersama Naomi, dia enggan untuk tidur satu kamar dengan Firman. Rasa sakit hatinya sudah mendarah daging hingga dia tak mau berdekatan dengan Firman.**
Alma lalu pergi ke sekolahan Naomi, setelah itu dia ke rumah orang tuanya. Dia sengaja mengajukan cuti dua hari, tapi Firman taunya hanya satu hari saja."Loh Alma, Naomi kalian ke sini kok gak bilang? Mana Firman? Tumben gak antar kalian," ucap Ibu Alma.Alma langsung memeluk sang Ibu, Ibunya tahu Alma pasti dalam masalah. Jadi dia meminta Naomi untuk ke kamar lebih dahulu."Sebenarnya ada apa?" tanya Nina-- Ibu Alma.Sementara sang Bapak- Komar hanya menyimak saja."Bu, Pak maafkan Alma. Alma telah menyembunyikan semua dari kalian," ucap Alma. "Sebenarnya hubungan ku dengan Mas Firman tidak baik-baik saja," ucapnya sambil terisak."Bicaralah, kalau sambil nangis begini mana ibu faham," kata Nina."Mas Firman ketahuan selingkuh, Bu," kata Alma menjeda ucapannya. Orang tua Alma saling pandang. "Dia selingkuh dengan Sania, tetangga Alma. Ibu kenal dia, kan?" tanya Alma."Sejauh mana hubungan mereka?" tanya Komar
Bangun tidur, Alma membuka ponselnya. Dia melihat ada panggilan dan pesan dari Satria. Satria mengirim foto wajahnya yang lembam."Kalau ada masalah keluarga bicarakan dengan suamimu. Akibat kamu tak pulang, aku yang jadi sasaran," tulis Satria.Alma kesal melihat sikap Firman yang mudah emosi dan gegabah. Dia merasa malu atas sikap yang dilakukan Firman pada Satria."Maafkan aku, aku akan selesaikan semua," balas Alma.Setelah itu, Alma mengajak Naomi untuk bersiap ke sekolah. Setelah itu dia ingin pulang dan menyelesaikan semua.Setelah mengantar Naomi sekolah, Alma ke rumah. Dia melihat Firman belum berangkat bekerja karena ada Dewita di sana."Dari mana saja kamu semalam? Aku panik nyariin kamu tapi malah kamu gak ada kabar," kata Firman."Loh bukannya sekarang sudah ada Sania. Jadi aku gak diperlukan lagi, kan?" tanya Alma. "Oh ya, aku ke sini hanya mau ambil bajuku dan Naomi. Mulai sekarang aku akan tinggal di rum
Firman akhirnya memilih ikut pulang bersama ke dua orang tuanya. Dia gak mau di sana karena dia tak dianggap lagi."Firman, kamu memang bodoh. Sudah dapat istri sebaik Alma malah mencari yang kata Sania. Apa sih istimewanya Sania?" tanya Wibowo kesal."Betul, mama kira kamu kena peletnya Sania deh," sahut Dewita."Jangan tambah bikin aku pusing dong. Aku tahu aku salah, tapi aku gak bisa kalau Alma jauh dariku," kata Firman."Terlambat," ucap Dewita.Firman diantar pulang, Dewita dan Wibowo sudah malah meladeni Firman lagi. Dia sudah dibuat malu oleh kelakuan Firman.**Pagi itu, Alma berangkat ke kantor. Dia naik taxi, karena malas jika diantar Komar."Pagi, Pak Satria!" sapa Alma.Satria tak menjawab Alma, dia tampak diam saja. Bahkan dia malah fokus pada layar di leptopnya."Hari ini ada jadwal meeting jam 10, Pak," ucap Alma.Masih tak ada jawaban, Alma juga memilih untuk diam dan
"Tidak, Pak. Pak Satria salah dengar kali," ucap Desi tersenyum malu."Oh begitu ya, lain kali jangan bicarakan aku di tempat umum. Bisa aku pecat kalian," kata Satria lalu pergi dari cafe."Kalian jangan macam-macam, di pecat baru tahu rasa. Kalian gak tahu apa kalau dia sekarang kayak monster," kata Alma."Iya, hanya kamu yang bisa menaklukkannya," celetuk Inara.Alma melotot ke arah Inara sehingga membuat Inara nyengir.**Firman sedikit terlambat ke rumah sakit. Di sana sudah ada Sania, Kurnia dan Dewita."Dari mana saja sih kamu," kata Dewita."Aku jemput Alma, Ma," ucap Firman. "Aduh, Mas. Ngapain sih kamu nyamperin dia lagi. Dia kan gak mau lagi sama kamu, mendingan sekarang kamu ayo ikut aku temui dokter," kata Sania menarik tangan Firman.Kini mereka berada di ruangan dokter, dokter menyerahkan hasil tes DNA. Sania tak sabar, dia langsung membukanya di depan dokter.Sania ter
"Ngapain kamu di sini?" tanya Firman saat melihat Satria. "Kamu pasti tertawa melihat rumah tanggaku hancur," sambung Firman."Oh tentu, salah kamu sendiri. Sudah diberi istri yang cantik dan setia tapi masih cari yang lain. Itulah akibatnya kalau berani bermain api. Akhirnya kamu terbakar sendiri," ejek Satria.Firman emosi, dia menarik kerah kemeja Satria. Di tatapnya Satria penuh amarah."Mau marah? Silahkan! Jika itu membuat kamu puas. Tapi ingat aku bisa lakukan apa saja yang aku mau," kata Satria. "Pria pecundang seperti kamu tak ada apa-apanya bagiku, kamu faham kan?" tanya Satria.BugSatu pukulan mendarat di wajah Satria. Dia hanya tersenyum sini. Saat Firman hendak memukul Satria kembali, Wibowo mencegahnya."Firman, apa yang kamu lakukan? Apa kamu ingin membuat Alma malu?" tanya Wibowo menarik Firman agar menjauh."Dia mengejekku, Pa. Aku gak mau kalau sampai dia mengambil Alma," jawab Firman."Bukan