"Tidak, Pak. Pak Satria salah dengar kali," ucap Desi tersenyum malu.
"Oh begitu ya, lain kali jangan bicarakan aku di tempat umum. Bisa aku pecat kalian," kata Satria lalu pergi dari cafe."Kalian jangan macam-macam, di pecat baru tahu rasa. Kalian gak tahu apa kalau dia sekarang kayak monster," kata Alma."Iya, hanya kamu yang bisa menaklukkannya," celetuk Inara.Alma melotot ke arah Inara sehingga membuat Inara nyengir.**Firman sedikit terlambat ke rumah sakit. Di sana sudah ada Sania, Kurnia dan Dewita."Dari mana saja sih kamu," kata Dewita."Aku jemput Alma, Ma," ucap Firman."Aduh, Mas. Ngapain sih kamu nyamperin dia lagi. Dia kan gak mau lagi sama kamu, mendingan sekarang kamu ayo ikut aku temui dokter," kata Sania menarik tangan Firman.Kini mereka berada di ruangan dokter, dokter menyerahkan hasil tes DNA. Sania tak sabar, dia langsung membukanya di depan dokter.Sania ter"Ngapain kamu di sini?" tanya Firman saat melihat Satria. "Kamu pasti tertawa melihat rumah tanggaku hancur," sambung Firman."Oh tentu, salah kamu sendiri. Sudah diberi istri yang cantik dan setia tapi masih cari yang lain. Itulah akibatnya kalau berani bermain api. Akhirnya kamu terbakar sendiri," ejek Satria.Firman emosi, dia menarik kerah kemeja Satria. Di tatapnya Satria penuh amarah."Mau marah? Silahkan! Jika itu membuat kamu puas. Tapi ingat aku bisa lakukan apa saja yang aku mau," kata Satria. "Pria pecundang seperti kamu tak ada apa-apanya bagiku, kamu faham kan?" tanya Satria.BugSatu pukulan mendarat di wajah Satria. Dia hanya tersenyum sini. Saat Firman hendak memukul Satria kembali, Wibowo mencegahnya."Firman, apa yang kamu lakukan? Apa kamu ingin membuat Alma malu?" tanya Wibowo menarik Firman agar menjauh."Dia mengejekku, Pa. Aku gak mau kalau sampai dia mengambil Alma," jawab Firman."Bukan
"Kamu jahat sekali," ucap Sania. "Pantas kalau Mas Firman berpaling darimu," sambung Sania.Alma tak menghiraukan ucapan Sania. Baginya apapun ucapan Sania adalah angin lalu baginya. Dia tak peduli dengan apa yang dikatakan Sania.Sania yang merasa dicuekin langsung saja marah. Dia merasa bahwa Alma sombong dan egois."Kamu ngapain sih di sini? Pergi sana!" Usir Komar.Sania langsung saja keluar dari rumah Komar. Dia malas jika harus meladeni Komar. Karena masalah tak akan mudah selesai. Sania memilih datang ke rumah Satria. Namun, Satria sedang tak ada di rumah. Dia malah memarahi satpam yang menunggui rumah Satria."Telfon Satria, bilang ada tamu," kata Sania. "Suruh cepat pulang!" teriak Sania kesal."Maaf, Mbak. Pak Satria sedang ada urusan penting, saya tidak berani mengganggu," ucap satpam tersebut."Bulshit! Pasti ini akal-akalan Satria saja," bantah Sania. "Dasar orang kaya, seenaknya sendiri," ucap San
"Perkenalkan, Mas! Dia Mas Ibnu, papanya Ibra," jawab Sania. "Mas Ibnu, kenalkan dia Mas Firman, calon suamiku," ucap Sania."Aku kira kamu sudah menikah," ucap Ibnu. Oh ya bagaimana kabar Ibra? Maaf ya, aku belum bisa menjumpai dia," ucap Ibra. "Nanti jika ada waktu aku akan temui dia," kata Ibra.Mantan suami Sania itu tampak menyesal karena sudah beberapa tahun tak memberikan nafkah untuk Ibra. Entah kemana saja dia pergi selama ini."Sania, kamu tampak gemukan," kata Ibnu. Apalagi dia melihat perut Sania yang sudah sedikit membuncit."Iya, aku lagi hamil," ucap Sania dengan percaya diri.Ibnu lalu pamit karena ada panggilan mendadak. Sementara mereka melanjutkan makan mereka."Apa pekerjaan mantan suami kamu?" tanya Firman setelah Ibnu pergi."Entah, aku juga tak tahu. Sepertinya bukan pengangguran lagi kalau dari penampilannya," jawab Sania."Apa kamu ada keinginan untuk rujuk dengan dia?" tanya Firman. Tib
"Ya terserah kamu saja," kata Firman.Firman mengizinkan Sania karena saat ini dia juga butuh uang. Dia tak mungkin meminta orang tuanya lagi.Sania senang idenya disetujui Firman. Dia akan memanfaatkan Ibnu untuk kepentingan pribadinya. Dia tak perlu lagi meminta uang pada Kurnia.Malam itu, Sania tidur di rumah Firman. Firman pun tak menolak meskipun mereka tidur dibeda kamar.Sementara itu Alma tengah tidur bersama Naomi. Dia tak ingin kehilangan momen bersama sang buah hati.Pagi sekali Alma mengantar Naomi ke sekolah. Setelah Alma pergi beberapa teman Naomi menghadang Naomi."Wah Naomi gak punya papa ya. Pantas gak diantar papanya. Dengar-dengar papa Naomi selingkuh hingga hamilin wanita lain," ucap Seorang murid. Dia merupakan teman sekelas Naomi sekaligus tetangganya. Pantas jika dia tahu soal keluarga Naomi.Naomi hanya diam saja, namun mereka masih saja mengejek Naomi. Merasa belum puas kalau Naomi tak berani be
"Ghea, Anin dan Sonita, Ma," jawab Naomi sambil menunduk."Tenang saja, mama akan buat mereka tak berani membully kamu lagi," kata Alma."Apa yang akan mama lakukan?" tanya Naomi."Mencari Keadailan, kamu itu punya papa. Bahkan papamu masih hidup, hanya saja kami tidak tinggal bersama lagi," jawab Alma.Malam harinya, Alma sengaja mendatangi rumah kepala sekolah Naomi. Dia menceritakan apa yang terjadi pada Naomi sebenarnya. "Saya harap Bapak bisa menindaki kasus ini. Dia melakukannya tidak hanya pada Naomi tapi anak lain juga," kata Alma. "Keadilan harus ditegakkan, Pak," sambung Alma."Baik, Bu. Kami akan memanggil orang tua mereka," kata Kepala sekolah.Kepala sekolah mengumpulkan bukti dari beberapa siswa yang merupakan korban bully Ghea dan gengnya. Setelah itu orang tua mereka di panggil.Siang itu, Alma juga di panggil untuk menjadi salah satu orang tua korban."Setelah kami selidiki, kamu meras
Hari itu, sidang terakhir perceraian Alma dan Firman. Alma sudah membawa beberapa saksi, Firman tak punya harapan lagi untuk bersama Alma lagi."Setelah mendengar pengakuan saksi dan bukti yang ada. Kami memutuskan bahwa saudara Firman dan saudari Alma resmi bercerai," ucap hakim.Hakim mengetuk palu tiga kali, hak asuh Naomi jatuh ke tangan Alma. Alma tak pernah melarang Firman menemui Naomi."Akhirnya kalian bercerai juga," kata Sania. "Ingat Alma, istri sah belum tentu menang. Nyatanya, dalam kasus kita akulah pemenangnya," kata Sania."Bangga sekali kamu mendapatkan Mas Firman. Kamu suka banget ya memungut sampah yang sudah aku buang," kata Alma. "Ingat, jika denganku saja Mas Firman bisa selingkuh, tidak menutup kemungkinan dengan kamu juga bisa selingkuh," kata Alma. "Hukum karma berlaku," sambung Alma.Sania masih tak mau pergi, dia malah semakin gencar mengejek Alma."Yang sampah itu kamu, karena kamu udah gak dibutuhkan
Sudah bertahun-tahun Alma tak mendatangi tempat itu. Tempat favorit dia dan Satria dulu. Dimana dulu di sana dia sering mojok berdua setelah pulang sekolah. Bahkan mereka sering belajar bersama di sana."Kamu ingat kursi sebelah sana?" tanya Satria. "Kita dulu pernah duduk di sana sambil memandangi danau, dan kita berangan-angan banyak hal," ucap Satria.Alma ingat betul bagaimana dulu dia berangan-angan menjadi istri Satria. Lalu punya anak dan kembali ke tempat ini dengan anak mereka. Sayangnya, sekarang dia kembali dengan Satria tapi dengan status yang berbeda."Aku kabulkan angan-angan kamu, walaupun kita bukan suami istri," kata Satria."Terimakasih, " ucap Alma.Satria mengajak Naomi membeli es cream yang ada di ujung. Dia juga membelikannya untuk Alma."Naomi mau rasa apa?" tanya Satria.Mau rasa coklat, Om," jawab Naomi.Setelah membayar tiga es cream, mereka kembali. Kini Alma sudah duduk di kursi tempa
"Alma...bukannya dia Satria bos kamu?" tanya Nina penasaran melihat Juragan Marta menyambut Satria dengan penuh hormat sampai turun dari pelaminan."Iya, entah sejak kapan mereka saling kenal. Tapi jika dilihat mereka seperti kenal cukup lama," jawab Alma.Setelah naik pelaminan mengucapkan selamat pada Juragan Marta dan Kurnia. Juragan Marta mengajak Satria untuk menikmati hidangan. Setelah itu Juragan Marta kembali ke pelaminan karena ada banyak tamu yang ingin mengucapkan selamat."Alma, kamu di sini juga," kata Satria."Om Satria, Om kenal sama Juragan Marta?" tanya Naomi."Kenal dong, dia kan Kakaknya papaku," jawab Satria."Hah, dia Pak de mu? Kok beda jauh," sahut Alma.Satria hanya tersenyum, ternyata Juragan Marta dan Satria masih saudara. Namun, Alma tak melihat papa Satria datang. Atau mungkin datang sebelum Alma datang.Ponsel Satria berdering, ada panggilan dari sang papa."Halo, Pa. Iya ak