Sania dibopong oleh pria itu menuju mobil. Belum sempat dibawa pergi pembantu Alma melihat aksi pria itu.
"Hey siapa kamu," teriak pembantu Alma yang sedang membuang sampah di depan rumah. "Tolong...tolong...," teriak Pembantu Alma sembari mendekati pria itu dan memukulnya dengan sapu.Beberapa warga mulai berdatangan, sehingga pria itu terpaksa melepaskan Sania dan kabur dengan mobilnya."Ada apa, Bi?" tanya seorang pria."Ada yang mau nyulik Sania, lihat Sania tak sadarkan diri. Sepertinya dia kena bius," jawab Pembantu Alma.Karena rumah Sania sepi, maka Pembantu Alma membawa Sania ke rumah Alma. Sania tak kunjung sadar sehingga membuat pembantu Alma panik."Kenapa gak sadar sih ini orang? Jangan-jangan mati," ucapnya sambil mondar-mandir.Hari sudah sore, sampai Alma pulang ternyata Sania belum juga bangun. Alma merasa aneh saat melihat Sania berada di rumahnya dalam keadaan tak sadar."Bi, dia kenapa di si"Pak Satria, mendingan bapak pulang saja. Besok saya akan bersiap-siap," ucap Alma.Alma tak mau jika Firman sampai terpojokkan. Walaupun sebenarnya Alma benci dengan perbuatan Firman."Baiklah, saya tunggu besok," ucap Satria lalu pamit.Setelah Satria pergi, Firman menjauh dari Sania. Dia tak mau dekat dengan Sania. Bahkan dia mengusir Sania dengan kasar."Pergi sana! Jangan ganggu kami!" usir Firman sambil menepis tangan Sania. "Bikin malu saja," ucap Firman.Sania pulang dengan cemberut, dia tak suka dibentak. Dia berjanji akanbuat Firman kembali menjadi miliknya seutuhnya.**Siang itu, Satria menjemput Alma. Merekapergi berdua saja. Firman yang tahu hal itu merasa cemburu."Apa kalian hanya berdua?" tanya Firman saat melihat di dalam mobil tak ada siapapun kecuali Satria."Tentu, memang ada masalah?" tanya Satria. "Apa Pak Firman cemburu dengan saya? Secara saya lebih tampan dibandingkan anda," ka
Alma langsung menarik Firman, dia meminta Firman untuk segera pulang."Ngapain ke sini? Bikin malu saja," kata Alma."Kamu senang ya bisa bersama Satria," kata Firman."Aku di sini sedang kerja, mereka itu relasi Pak Satria. Kamu sudah bikin keributan dan bikin kami malu. Kamu kira aku murahan mau pergi dengan pria yang bukan suamiku kecuali kalau bukan urusan kerja," kata Alma. "Sekarang kamu minta maaf pada Pak Satria," ucap Alma.Firman terpaksa meminta maaf pada Satria dan yang lain. Firman pulang dan mereka kembali beristirahat.**Pagi itu Alma mendengar Helma dan Sonia berbicara. Mereka membicarakan Alma dan Firman."Pasti suami Alma cemburu istrinya pergi dengan Pak Satria. Secara Pak Satria lebih muda dan tampan," kata Sonia."Aku kalau jadi Sonia sih mendingan Pak Satria aja. Udah tampan bos besar pula," ucap Helma."Alma, ngapain kamu di situ?" tanya Satria.Seketika Helma dan Sonia
"Papa ngapain di sini?" tanya Satria mendekati sang papa lalu menyalami papanya."Papa ini ketemu Alma," jawab Sudiro."Oh..," hanya itu yang Satria ucapkan. Setelah itu Sudiro pamit karena ada acara yang lain. "Papa bicara apa sama kamu?" tanya Satria."Gak ada hanya tanya kabar," jawab Alma bohong.Alma kembali bekerja, jika sudah begini Satria tak akan berani untuk mengganggunya.**Wibowo melihat Sania keluar dari rumahnya. Dia membuntuti kemana Sania pergi. Perut Sania susah mulai membesar, namun dia tetap percaya diri keluar rumah."Pak, berhenti di sini," kata Sania pada supir Juragan Marta sekaligus bodyguard untuk Sania.Sania keluar dan masuk ke salah satu pusat perbelanjaan. Wibowo ikut masuk ke dalam pusat perbelanjaan, dia melihat Sania berjalan ke arahnya. Dia segera menumpahkan air di lantai secara diam-diam. Setelah itu bersembunyi di balik rak.Saat Sania melewati lantai itu, dia terpel
"Benar," jawab Alma santai. Dia tak mau ada lagi yang di tutup-tutupi pada Firman.Firman langsung saja membuang paket itu, dia tak mau Alma menerima barang dari Satria."Kamu mengundurkan diri saja dari perusahaan Satria. Aku gak mau sampai dia menggoda kamu lagi," kata Firman."Gak bisa, Mas. Aku butuh pekerjaan itu. Apalagi jika nanti aku harus bercerai dengan mu, maka aku butuh pekerjaan itu," bantah Firman."Pokoknya kamu harus berhenti kerja," bantah Firman marah."Sudah...sudah jangan bertengkar lagi," kata Wibowo. "Kasihan itu Naomi," kata Wibowo saat melihat cucunya ketakutan karena Firman marah."Kamu gak ada hal buat melarang aku, Mas. Dan perlu kamu tahu bahwa aku gak semudah itu berhianat," kata Alma lalu mengajak masuk Naomi ke kamar.Alma tidur bersama Naomi, dia enggan untuk tidur satu kamar dengan Firman. Rasa sakit hatinya sudah mendarah daging hingga dia tak mau berdekatan dengan Firman.**
Alma lalu pergi ke sekolahan Naomi, setelah itu dia ke rumah orang tuanya. Dia sengaja mengajukan cuti dua hari, tapi Firman taunya hanya satu hari saja."Loh Alma, Naomi kalian ke sini kok gak bilang? Mana Firman? Tumben gak antar kalian," ucap Ibu Alma.Alma langsung memeluk sang Ibu, Ibunya tahu Alma pasti dalam masalah. Jadi dia meminta Naomi untuk ke kamar lebih dahulu."Sebenarnya ada apa?" tanya Nina-- Ibu Alma.Sementara sang Bapak- Komar hanya menyimak saja."Bu, Pak maafkan Alma. Alma telah menyembunyikan semua dari kalian," ucap Alma. "Sebenarnya hubungan ku dengan Mas Firman tidak baik-baik saja," ucapnya sambil terisak."Bicaralah, kalau sambil nangis begini mana ibu faham," kata Nina."Mas Firman ketahuan selingkuh, Bu," kata Alma menjeda ucapannya. Orang tua Alma saling pandang. "Dia selingkuh dengan Sania, tetangga Alma. Ibu kenal dia, kan?" tanya Alma."Sejauh mana hubungan mereka?" tanya Komar
Bangun tidur, Alma membuka ponselnya. Dia melihat ada panggilan dan pesan dari Satria. Satria mengirim foto wajahnya yang lembam."Kalau ada masalah keluarga bicarakan dengan suamimu. Akibat kamu tak pulang, aku yang jadi sasaran," tulis Satria.Alma kesal melihat sikap Firman yang mudah emosi dan gegabah. Dia merasa malu atas sikap yang dilakukan Firman pada Satria."Maafkan aku, aku akan selesaikan semua," balas Alma.Setelah itu, Alma mengajak Naomi untuk bersiap ke sekolah. Setelah itu dia ingin pulang dan menyelesaikan semua.Setelah mengantar Naomi sekolah, Alma ke rumah. Dia melihat Firman belum berangkat bekerja karena ada Dewita di sana."Dari mana saja kamu semalam? Aku panik nyariin kamu tapi malah kamu gak ada kabar," kata Firman."Loh bukannya sekarang sudah ada Sania. Jadi aku gak diperlukan lagi, kan?" tanya Alma. "Oh ya, aku ke sini hanya mau ambil bajuku dan Naomi. Mulai sekarang aku akan tinggal di rum
Firman akhirnya memilih ikut pulang bersama ke dua orang tuanya. Dia gak mau di sana karena dia tak dianggap lagi."Firman, kamu memang bodoh. Sudah dapat istri sebaik Alma malah mencari yang kata Sania. Apa sih istimewanya Sania?" tanya Wibowo kesal."Betul, mama kira kamu kena peletnya Sania deh," sahut Dewita."Jangan tambah bikin aku pusing dong. Aku tahu aku salah, tapi aku gak bisa kalau Alma jauh dariku," kata Firman."Terlambat," ucap Dewita.Firman diantar pulang, Dewita dan Wibowo sudah malah meladeni Firman lagi. Dia sudah dibuat malu oleh kelakuan Firman.**Pagi itu, Alma berangkat ke kantor. Dia naik taxi, karena malas jika diantar Komar."Pagi, Pak Satria!" sapa Alma.Satria tak menjawab Alma, dia tampak diam saja. Bahkan dia malah fokus pada layar di leptopnya."Hari ini ada jadwal meeting jam 10, Pak," ucap Alma.Masih tak ada jawaban, Alma juga memilih untuk diam dan
"Tidak, Pak. Pak Satria salah dengar kali," ucap Desi tersenyum malu."Oh begitu ya, lain kali jangan bicarakan aku di tempat umum. Bisa aku pecat kalian," kata Satria lalu pergi dari cafe."Kalian jangan macam-macam, di pecat baru tahu rasa. Kalian gak tahu apa kalau dia sekarang kayak monster," kata Alma."Iya, hanya kamu yang bisa menaklukkannya," celetuk Inara.Alma melotot ke arah Inara sehingga membuat Inara nyengir.**Firman sedikit terlambat ke rumah sakit. Di sana sudah ada Sania, Kurnia dan Dewita."Dari mana saja sih kamu," kata Dewita."Aku jemput Alma, Ma," ucap Firman. "Aduh, Mas. Ngapain sih kamu nyamperin dia lagi. Dia kan gak mau lagi sama kamu, mendingan sekarang kamu ayo ikut aku temui dokter," kata Sania menarik tangan Firman.Kini mereka berada di ruangan dokter, dokter menyerahkan hasil tes DNA. Sania tak sabar, dia langsung membukanya di depan dokter.Sania ter
Sudiro dengan terpaksa menceraikan Sania, meskipun begitu Sudiro masih memberi Sania sebagian hartanya. Namun, Sania justru menolak pemberian Sudiro."Aku tak pantas mendapatkannya, berikan saja pada anakmu," kata Sania.Setelah surat gugatan sampai di tangan Sania, Sania memutuskan untuk pindah ke rumah Kurnia lagi bersama Ibra. Sania akan menjalani hidup berdua saja dengan Ibra. Dia ingin menjadi Ibu yang baik untuk Ibra mengingat dulu dia tak pernah mengurus Ibra.Sementara itu, kesehatan Firman memburuk. Dia menderita penyakit lambung. Pagi itu dia di temukan tak berdaya oleh anak buah bosnya. Bukan dibawa berobat, Firman justru di buang di pinggir jalan."Buang saja dia, gak ada gunanya lagi," kata Bosnya.Mereka membawa Firman dengan mobil saat malam hari. Dan meninggalkannya di jalanan yang sepi."Jangan buang aku!" lirih Firman.Mereka mengabaikan Firman dan meninggalkan Firman sendirian. Firman yang merasakan sakit di perutnya mencoba untuk berjalan mencari tempat istirahat.
Sampai di rumah sakit, Alma sudah masuk ruangan bersalin. Satria segera masuk untuk mendampingi Alma. Satria tak akan membiarkan Alma di dalam sendiri.Tidak berapa lama, Suara tangis bayi terdengar. Bayi laki-laki lahir dengan lancar dan sehat. Satria mengumandangkan adzan di telinga sang buah hati.Sebagai orang tua baru, Satria sangat antusias dalam menjaga buah hatinya. Bahkan dia tak mengizinkan Alma untuk melakukan aktivitas rumah tangga lagi."Sayang, apa kira perlu baby sitter?" tanya Satria setelah mereka pulang dari rumah sakit."Gak usah, aku sudah biasa melakukannya sendiri," jawab Alma.Dulu saat melahirkan Naomi, dia menjaga dan merawat Naomi sendiri. Firman gak mau jika mereka menggunakan jasa baby sister. Apalagi saat ini marak dengan kabar yang beredar balita di aniaya baby sisternya, hal itu membuat Alma takut."Aku ingin menikmati menjadi ibu, mengasuh dan merawat anakku," kata Alma."Iya benar, tapi aku tak mau kamu kecapean. Paska melahirkan itu sangat melelahkan,
Sania dilarikan ke rumah sakit, lukanya sangat parah. Sudiro menemani Sania dan menunggunya di depan ruang operasi. Satria dan Kurnia datang bersamaan."Dengan keluarga Ibu Sania?" tanya Dokter."Iya, Dok. Saya suaminya, Dok," jawab Sudiro."Keadaan Bu Sania sangat mengkhawatirkannya, Pak. Janin yang ada di dalam kandungannya tidak bisa tertolong. Dan karena lukanya sangat parah rahimnya harus di angkat segera," kata Dokter.Mendengar hal itu, Sudiro langsung lemas. Dia takut mengambil keputusan yang salah."Ini surat yang perlu ditanda tangani, Pak. Supaya segera kami angkat rahimnya, semua demi kebaikan Bu Sania," kata Dokter."Sudiro, lakukan saja. Yang penting saat ini nyawa Sania tertolong," kata Kurnia."Bagaimana kalau nanti dia marah, Bu. Dia sangat menginginkan kehamilan ini," kata Sudiro."Dia sudah punya Ibra. Untuk apa punya anak lagi. Semua demi kebaikan dia, ayo tanda tangani," kata Kurnia.Berkat dorongan Kurnia, Sudiro menandatangani surat itu. Dan operasi segera dilak
"Selamat, Pak. Istri anda hamil," jawab Dokter.Sudiro terkejut sekaligus bahagia, akhirnya apa yang diinginkan Sania terkabul. "Di kehamilan trisemester pertama, Ibu hamil memang mudah sekali capek. Jadi saya sarankan untuk tidak melakukan aktivitas yang membuat lelah," lanjut Dokter.Dokter meminta Sudiro menemui Sania, di dalam Sania tampak senang sekali. Apa yang dia harapkan telah menjadi kenyataan."Aku hamil, Mas," kata Sania."Selamat ya, Sayang," ucap Sudiro."Mas, aku mau minta hadiah," kata Sania. Sikap manjanya seketika dia tunjukkan pada Sudiro. Sudiro hanya menganggukkan kepala."Aku mau sebagian harta kamu nantinya akan menjadi milik anak kita," kata Sania.Sudiro terkejut, pasalnya semua harta sudah 3/4 milik Satria. Namun, dia masih punya seperempatnya lagi."Ya," ucap Sudiro.Setelah itu mereka diperbolehkan pulang, Sania harus banyak istirahat agar kehamilannya tidak mengalami masalah.Seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Sania meminta agar Sudiro memberikan s
Setelah mendapatkan uang dari Naomi, Firman segera pergi ke club'. Dia menghabiskan uang itu untuk bersenang-senang."Enak sekali ternyata hidupku ini," kata Firman.Firman mabuk berat, dia pulang dengan mengendarai sepeda motor. Firman tidak dapat menguasai diri, dia menabrak sebuah mobil yang melintas dari arah lain.BraaaakkkkFirman jatuh terguling di aspal, dia langsung tak sadarkan diri. Pemilik mobil langsung saja melarikan diri. Suasana jalan saat itu sangat sepi.Paginya saat tersadar, Firman berada di sebuah rumah sakit. Dia hanya bisa menggerakkan matanya namun susah untuk berbicara."A...A..ku d..i...ma...na...?" tanya Firman ."Pak Firman berada di rumah sakit, kami sudah memberi kabar pada keluarga Pak Firman," jawab perawat.Tidak berapa lama pintu terbuka, Firman kira itu adalah orang tuanya ternyata dokter datang memeriksa keadaannya.Keadaan Firman sangat memprihatinkan, dia susah berbicara dan kakinya satu terpaksa diamputasi karena lukanya sudah sangat parah. Denga
Satria merasa aneh dengan sikap Naomi, dia menjadi pendiam sejak Firman di pecat. Bahkan Naomi jarang berbicara dengan Satria."Naomi, bagaimana sekolah kamu?" tanya Satria."Alhamdulillah baik," jawab Naomi singkat."Kamu kenapa kok jadi pendiam seperti itu? Apa ada masalah? Kalau ada cerita sama Papa," kata Satria.Naomi menggeleng, setelah sampai di depan gerbang Naomi segera turun dari mobil dan berjalan ke sekolahannya. Satria segera pergi, namun ada panggilan sehingga dia berhenti di dekat sekolahan Naomi.Saat Satria menerima panggilan, dia melihat Firman ke arah sekolahan Naomi. Dia menelfon sembari melihat ke arah Firman berada. Tidak berapa lama Naomi datang dia mendekati Firman.Satria yang merasa penasaran langsung mengakhiri panggilannya dan mendekat. Namun, dia bersembunyi agar Naomi dan Firman tidak tahu."Sayang, Mana uang yang Papa minta?" tanya Firman. Satria yang mendengar pertanyaan Firman, terkejut sekali."Ini, Pa. Ini terakhir kalinya ya, Pa. Naomi tidak mau men
Safira melihat Maisya datang, dia tampak senang sekali."Safira...Safira...jangan melamun," panggil Dimas.Seketika Safira tersadar, ternyata dia hanya mengkhayal kalau Maisya datang. Dia tampak kecewa karena anak semata wayangnya tidak hadir."Aku kepikiran Maisya, Mas," ucap Safira."Kamu kan bisa hubungi dia, aku juga merasa khawatir. Sepertinya suaminya tidak ingin Maisya menemui kita," kata Dimas.Acara tujuh bulanan Alma segera di mulai, mereka maju ke depan mengikuti serangkaian acara. Banyak para tamu yang datang, mereka rata-rata kenalan dari Sudiro dan Satria.Sementara itu, Maisya di rumah hanya bisa mengkhayal. Mengkhayal bertemu kedua orang tuanya. Dia sudah merindukan kedua orang tuanya. Walaupun dia sering berkomunikasi tetapi beda jika bisa bertatap muka.Khayalan memang lebih indah dibandingkan kenyataan. Karena khayalan sesuai dengan apa yang kita inginkan."Maisya, jangan harap kamu bisa hadir di acara Alma," kata Satya. "Perutmu mulai membesar jadi kamu harus diam
"Aku gak mau ikut papa," ucap Naomi sambil menarik tangannya dan berlari ke arah Alma.Firman mengejar Naomi, namun ditahan oleh Satria."Kamu dengar sendiri, Naomi tidak mau ikut dengan kamu. Kamu tidak sadar kalau tadi kamu telah bersikap kasar padanya," kata Satria.Firman tetap tak terima dia mendekati Naomi yang berdiri di belakang Alma. Dia menarik tangan Naomi tetapi anak itu enggan ikut dengannya."Firman, hentikan," teriak Sudiro."Tidak ada yang bisa menghalangi aku, Naomi anakku. Aku berhak atas dia," ucap Firman marah. "Kalian semua tidak siapa-siapa bagi Naomi, aku adalah Papanya. Kalian hanya orang lain yang berada di hidup Naomi," kata Firman."Tapi aku Mamanya, aku yang melahirkan dia. Jadi aku yang lebih berhak atas Naomi. Pengadilan sudah mengesahkan hak asuh Naomi padaku, kalau kamu mau ambil Naomi kita tempuh jalur hukum," kata Alma."Tidak perlu, aku akan bawa dia," kata Firman.Firman dengan kasar mendorong Alma, Satria langsung saja membantu Alma gar tidak trler
"Ma-maafkan aku, Mas," ucap Sania. "Aku memang bukan ibu yang baik untuk Ibra tetapi aku akan berusaha memperbaiki diriku. Aku akan berusaha untuk menjadi ibu yang baik pada anak-anakku," kata Sania sedih."Aku tidak mau kalau sampai anakku nanti bernasib sama seperti Ibra. Kamu harus membawa Ibra ke rumah kita," kata Sudiro."Iya, Mas," ucap Sania.Sania senang Sudiro mau menerima kehadiran Ibra. Sania semakin mantap untuk merubah dirinya sendiri menjadi lebih baik.Makan malam usai, mereka kembali ke kamar hotel untuk istirahat. Besok pagi mereka akan kembali ke rumah."Sebelum pulang ke rumah, kita ke rumah ibumu. Kita bawa Ibra ke rumah kita," kata Sudiro. Sania hanya mengangguk, dia terharu sekali.Sementara itu, Alma mulai gelisah. Naomi tak mau tidur ditemani Alma. Dia memilih untuk tidur sendiri saja."Mama sama Om Satria aja, aku berani tidur sendiri. Selama ini Mama kan lupa sama Naomi," kata Naomi.Sedih hati Alma mendengar apa yang Naomi katakan. Padahal selama ini Alma ya