Aruna pulang ke apartemen meski sebenarnya dia bisa saja pulang ke rumah lalu mengadu kepada kakak laki-lakinya maka tidak lama kemudian Leonhard akan menanggung akibat dari perbuatannya.Tapi sekali lagi atas dasar cinta, Aruna tidak melakukanya, dia tidak tega membuat Leonhard babak belur dan menghancurkan pria itu mengingat hidup Leonhard sangat berat di masa mudanya dan alasan kenapa Leonhard menikah dengan Nova sangat masuk akal bagi Aruna.Kakak sepupunya Kanaya menikah dengan pengusaha asal Newyork karena bisnis begitu juga dengan kakak sepupunya yang lain bernama Zyandru.Jadi merupakan hal yang lumrah dan Aruna tidak heran lagi kalau pernikahan dijadikan jaminan untuk melakukan merger perusahaan yang sangat menguntungkan.Sampai di apartemen, Aruna mengguyur tubuhnya di bawah pancuran shower sambil berderai air mata.Baru kali ini Aruna merasakan patah hati yang begitu hebat, rasanya sangat menyakitkan sampai sekujur tubuhnya bergetar.Bukan hanya keperawanannya yang hi
Ting …Tong …Suara bel di pintu membuat Aruna menegang dengan mata membulat menatap ke sana.Aruna menduga yang di balik pintu itu adalah Leonhard, jantungnya mulai menaikkan tempo debaran.Tapi suara bel malah makin kencang bukannya berhenti padahal sudah cukup lama Aruna memilih untuk tidak membuka benda tersebut.“Aruna!” teriak suara pria yang Aruna kenal sambil menggedor pintu.Aruna turun dari stool lantas bergerak ke sana.Ternyata bukan Leonhard melainkan Narashima-kakak laki-lakinya.Ceklek.“Lama banget sih! Kamu lagi ngapain? Sama siapa?” cecar Narashima sambil melangkah lebih jauh masuk ke dalam apartemen, celingukan mencari seseorang.“Aruna lagi di kamar mandi, Mas.” Aruna berdusta.“Kirain kamu sama cowok!” ketus sang kakak dengan tatapan mengancam.“Apaan sih!” Aruna melengos sembari menyenggol tubuh jangkung Narashima kemudian duduk di sofa lalu menyalakan televisi.“Ayo kita ke rumah abang Ghaza, ada barbeque party di sana … kamu dihubungin susah banget
Di luar sana, Enzo masih memanggil Aruna membujuknya agar berhenti melangkah.“Aku akan membawamu jalan-jalan keliling kota menggunakan motor,” kata Enzo yang berhasil meraih tangan Aruna kemudian menariknya menuju motor mewah dengan harga Milyaran yang terparkir di samping deretan mobil sport kakak-kakaknya Aruna.Aruna sebenarnya hanya main-main mengajak Enzo naik motor keliling kota untuk melancarkan dramanya pergi dari sini karena tahu sang kakak pasti melarang tapi Enzo malah mengejarnya yang tidak masuk dalam rencana.Jadi terpaksa Aruna harus naik motor dibonceng Enzo keliling kota Jakarta.“Pakai helmnya.” Enzo memakaikan helm di kepala Aruna.“Dan ini ….” Enzo menanggalkan jaket kulitnya.“Pakailah,” kata pria itu menyampirkannya di pundak Aruna.Aruna memakai jahat kulit Enzo dengan wangi yang pekat khas pria itu.Enzo memakai helm kemudian naik lebih dulu lantas mengulurkan tangannya.“Kamu injak dulu stepnya lalu naik,” kata Enzo memberi tahu bagaimana cara naik m
Nova pulang sambil membawa banyak belanjaan, ternyata seperti ini rasanya memiliki suami yang lebih kaya darinya namun sayang dia tidak bisa mencintai pria itu.Sudah Nova coba mencintai Leonhard tapi tetap saja Leonhard tidak bisa masuk ke hatinya karena pria itu bukan tipenya, mereka tidak sefrekuensi.Bagi Nova, Leonhard terlalu kaku dan membosankan.Pria itu terlalu menjaga nama baik dan kehormatannya mungkin karena anak Konglomerat Korea di mana di Negara itu moralitas sangat dijunjung tinggi.“Pergi ke mana, Leon?” tanya Nova kepada pak Teguh-kepala asisten rumah tangga di sana.“Tuan Leon pergi ke kantor, ada file tertinggal di sana karena pak Rocky sedang beliau tugaskan ke luar kota siang ini.” Pak Teguh menjawab dingin tanpa ekspresi.“Ooooh ….” Nova bergumam.“Siapkan makan malam, saya lapar … lima belas menit lagi saya turun, saya mandi dulu!” titah Nova seraya menaiki anak tangga.“Baik, Nyonya.” Pak Teguh langsung ke dapur untuk memberi instruksi kepada koki.Ti
Leonhard : Aruna, aku minta maaf.Leonhard : Apa yang bisa aku lakukan agar kamu memaafkanku?Leonhard : Bisa kita bicara Aruna?Leonhard : Aku di depan pintu apartemenmu, apa kamu ada di dalam?Leonhard : Keluarlah Aruna, kita harus bicara.Leonhard : Aku mohon, Aruna. Aku akan menunggu di sini sampai kamu membukakan pintu.Sederet pesan itu dikirim Leonhard disertai puluhan panggilan telepon tak terjawab karena memang sengaja Aruna tidak ingin membaca pesan maupun menjawab panggilan dari pria itu.Aruna butuh waktu untuk berpikir dan mencerna semua ini pasalnya jadi pelakor adalah profesi baru yang tidak sengaja dia lakoni.“De, malah bengong! Mau Kakak anter ke apart enggak?” tegur Reyzio dari belakang kemudi mobil yang baru saja berhenti di depan Aruna.Aruna menatap malas Reyzio lantas masuk ke dalam mobil pria itu.Dia menyimpan mobilnya di apartemen sementara ke mana-mana menggunakan mobil operasional milik papi karena semestinya selevel Aruna mendapatkan mobil dinas
“Kenapa sih kamu cuekin aku? Tadi malam kamu bilang mau cerita apa yang kamu lakuin kemarin tapi dari bangun pagi kamu enggak ngomong sepatah kata pun sama aku, kamu itu maunya apa?” Nova masuk ke ruangan kerja Leonhard sambil marah-marah, melipat kedua tangan di dada dengan tatapan tajam penuh kekesalan.Leonhard mengembuskan nafas panjang, mengalihkan pandangan dari layar MacBook di atas meja kerja.“Oke … kamu maunya apa?” Leonhard balik bertanya hanya agar Nova berhenti bertingkah.“Dari mana kamu seharian kemarin? Kenapa enggak ngomong sama aku?” Nova mencecar Leonhard seiring langkahnya memdekat lalu berhenti di depan meja pria itu.“Bukannya kamu yang membuat persyaratan kalau di antara kita enggak boleh saling mencampuri urusan masing-masing?” Leonhard mengingatkan.“Kamu selingkuh ya!” tuduh Nova untuk membuat Leonhard menjawab pertanyaannya.“Para buruh di pabrik Thailand demo, aku enggak tahu apa mau mereka sampai pabrik harus tutup dan menghentikan produksi … kamu
Semalaman Aruna sulit sekali memejamkan mata, gundah gulana menyerang setelah mengetahui dugaan-dugaan kalau justru Nova yang mengkhianati Leonhard sejak awal.Pantas saja Leonhard mengatakan bahwa Nova mengajukan banyak syarat sebelum pernikahan mereka sementara Leonhard menurut mengikuti keinginan wanita itu karena mungkin Leonhard awalnya menerima pernikahan tersebut.Tapi semua dugaan tersebut belum pasti, Aruna harus melihat sendiri atau minimal ada bukti foto dan video atau rekaman yang memperlihatkan perselingkuhan Nova dengan mantan pancarnya dulu.“Kalau ternyata Nova memang selingkuh terus aku kasih buktinya ke Leon, apa Leon akan menceraikan Nova?” Aruna bergumam bicara sendiri.“Ih Aruna, makanya mereka menikah tanpa cinta juga karena ingin keuntungan yang besar dalam bisnis … mereka sampe rela melakukan itu, ya masa sekarang mereka cerai … trus gimana perusahaan mereka yang merger itu?” Aruna menjawab sendiri pertanyaannya tadi.Dia menggulingkan tubuh ke kiri lalu k
Kontrak bernilai fantastis telah terjalin hari ini membuat nama Aruna kembali disebut sebagai salah satu yang berkontribusi dalam kerjasama menguntungkan tersebut.Aruna mendapat selamat dari pak Beny yang mendatanginya langsung ke ruangan.“Selamat ya Bu Aruna.” “Terimakasih, Pak … tapi ‘kan semua ini karena bimbingan Bapak juga.” Aruna merendah.Pak Benny yang duduk di sofa tepat di depan Aruna terkekeh.“Kamu sudah pantas menggantikan saya,” kata beliau memuji.“Jauh banget Pak, aku masih harus jadi Procurement Manager dulu baru duduk di posisi Bapak.” Aruna mengingatkan kalau menjadi seorang pemimpin di divisi ini harus menempuh jalan panjang dati jabatannya yang sekarang.“Tapi ini perusahaan keluarga kamu, atas perintah pak Arkana—kamu bisa kapan aja naik jabatan, kakak-kakak kamu juga sudah memegang posisi CEO di usia muda.”Aruna tertawa kering. “Itu mereka, Pak … mereka laki-laki yang sejak muda memang sudah dipersiapkan untuk memegang posisi tertinggi di perusahaan
Baru kali ini Aruna melihat Arumi tampak putus asa padahal biasanya Arumi selalu bisa mengatasi beragam masalah yang muncul dalam hidup bahkan memberi saran terbaik layaknya wanita dewasa.“Kalau dia enggak mencintai kamu, dia enggak akan nungguin kamu di sini selama satu minggu.” Aruna memperkuat apa yang sudah Enzo katakan sebelumnya.Arumi terpekur lama sekali sampai ketika ditegur, dia memilih untuk pura-pura tidur.Hatinya sedang gundah gulana saat ini, dia yang mengalaminya jadi biarkan dia menikmatinya sendiri.Meski matanya terpejam tapi air mata Arumi tidak berhenti mengalir, diam-diam menyusut buliran kristal ungkapan kesedihan itu agar tidak ada yang menyadarinya.Tapi Enzo yang fokusnya hanya untuk Arumi seorang menangkap gerak-gerik ganjil tersebut.Setelah keluarga Arumi pulang menyisakan mereka berdua saja di ruangan itu, Enzo duduk di tepi ranjang Arumi.“Aku tahu kamu enggak tidur,” kata Enzo membuat kelopak mata Arumi terbuka.“Dari tadi kamu menangis tapi ka
Arumi membuka matanya perlahan, cahaya matahari yang menembus melalui jendela kaca begitu menyilaukan.Dia menutup kelopak matanya kembali lalu terdengar suara dari rel yang ditempel di dinding pertanda seseorang menutup tirai dan seketika suasana tidak terang benderang seperti tadi.“Arumi?” Suara parau berlogat Italia terdengar.Arumi kenal betul suara itu tapi dia merasa masih sedang bermimpi jadi Arumi enggan membuka mata.Terasa keberadaan sosok bertubuh atletis di sisi ranjangnya lalu tubuh Arumi yang lemah direngkuh oleh lengan kekar bertato sampai sisi wajah Arumi menempel di dada yang bidang.“Bangunlah Arumi, kamu sudah seminggu tidak sadarkan diri … aku mohon bangunlah, aku akan melakukan apapun permintaanmu tapi jangan meminta aku meninggalkanmu ….” Enzo berbisik kemudian mengecup kepala Arumi.“Enzo.” Arumi melirih.Enzo memberi jeda pada tubuh mereka untuk bisa menatap wajah cantik yang begitu lemah dalam dekapannya.“Arumi ….” Enzo menangkup wajah Arumi.Arumi
Sekretaris om Kaivan tampak gelisah setelah mendapat panggilan telepon.Masalahnya saat ini om Kaivan sedang berada di tengah-tengah meeting online dengan Enzo dan beberapa petinggi perusahaan yang terlibat proyek terbaru mereka sehingga sekretaris om Kaivan segan untuk memberitahu kabar buruk yang baru saja diterimanya.Melangkah perlahan, sekretaris om Kaivan yang bernama Gega itu mencoba menarik perhatian om Kaivan dengan berdiri di tempat yang bisa dijangkau pandangan mata beliau.Dia sudah bekerja cukup lama dengan om Kaivan jadi bosnya itu dapat mengerti hanya dengan satu kedipan mata Gega saja.Saat giliran presentasi dari pihak om Kaivan berlangsung, beliau memanggil Gega untuk mendekat dengan cara mengangkat tangannya.Ternyata om Kaivan telah menangkap sinyal yang diberikan oleh Gega.Gega bergerak cepat mendekat lalu membungkuk setelah berada di samping om Kaivan kemudian membisikan kabar buruk yang baru saja diterimanya.“Lalu di mana Arumi sekarang?” tanya om Kaiva
Leonhard : Kamu di apartemen?Aruna mengerucutkan wajah membaca pesan Leonhard.Aruna : Aku di rumah, mami sama papi enggak mengijinkan aku tinggal di apartemen lagi.Leonhard tersenyum membaca pesan Aruna, membayangkan wajah cantik itu mengerucut menggemaskan.Leonhard : Apa besok siang kita bisa ketemu?Aruna : Bisa.“Aku usahain.” Tapi dia bergumam demikian.Semenjak hubungannya dengan Leonhard terbongkar, Aruna jadi sulit bertemu Leonhard.Gerak-gerik Aruna terus dipantau papi dan keempat kakak laki-lakinya.Leonhard : See u tomorrow, Miss u.Aruna menghela nafas panjang lalu menyimpan ponsel di atas sofa, gerak-geriknya tertangkap oleh Narashima yang juga sedang duduk di sofa lain living room.“Kenapa?” tanya pria muda itu penuh selidik.“Susah banget sekarang ingin ketemu Leon, selalu dikintilin papi … tadi aja papi ngajak pulang bareng tahunya cuma anter Aruna ke rumah udah gitu jemput mami untuk makan malam di luar.
Leonhard masuk ke dalam sebuah butik milik istrinya.Banyak karyawan muda menatap pria itu penuh minat, mereka tidak tahu kalau Leonhard adalah suami dari pemilik butik karena memang Leonhard jarang sekali terlihat apalagi mengunjungi tempat itu.“Nova ada?” Leonhard bertanya kepada Manager toko yang mengenalnya.“Ada Pak, ibu sedang beristirahat di dalam.” Tanti menjawab.Leonhard langsung masuk ke bagian belakang area butik, dia tentu mengetahui denah butik tersebut karena dirinya yang mewujudkan butik semegah ini sebagai hadiah pernikahan untuk Nova setelah perusahaan kedua orang tua mereka bersatu dan Leonhard yang mengelolanya sendiri.Tidak perlu mengetuk pintu, Leonhard langsung membuka pintu ruangan Nova.Di dalam sana Nova yang tengah berbaring di sofa langsung terhenyak menatap terkejut ke arah pintu.“Leon ….” Dia mendesah lega.“Kenapa? Kamu lagi menghindari siapa?” Leonhard bertanya usai melihat ekspresi tidak biasa di wajah Nova.Pria itu duduk di sofa panjang d
“Maaaaa,” teriak Arumi dari dalam kamarnya.“Iyaaaa, kenapa?” Mama yang kebetulan baru keluar dari kamar hendak pergi ke dapur untuk memasak makan malam usai mengganti pakaian dengan pakaian rumahan segera saja menghampiri sang putri guna memeriksa keadaannya yang terdengar panik.“Ini apa?” Arumi menunjuk kumpulan buket bunga yang memenuhi sebagian kamar dengan luas delapan kali empat belas meter.“Itu bunga.” Mama menjawab polos.“Arumi tahu itu bunga, tapi maksud Arumi kenapa ada banyak bunga di kamar Arumi?” Arumi kesal sekali.“Dibaca donk dari siapa, jangan main nyolot aja.” Mama Zhafira lantas melengos pergi meninggalkan sang putri di kamarnya.“Itu dari Enzo, kalau kak Arumi enggak mau buat Gaya aja ya bunganya.” Tiba-tiba Gayatri muncul dan masuk ke dalam kamar.Dalam sekejap saja gadis muda itu berhasil memeluk banyak buket kemudian pergi.Arumi mengembuskan nafas panjang sembari menoleh saat sosok Gayatri kembali muncul.“Kak … kalau enggak mau sama Enzo enggak apa
Leonhard : Sayang, aku jemput ya?Rasa bahagia menggelitik hati Aruna membuat sistem otak bekerja maksimal mengirim sinyal pada syaraf bibir untuk membentuk sebuah lengkung senyum.Aruna : Oke sayang.Tanpa Aruna ketahui, Leonhard juga tersenyum tapi kemudian menyimpan ponselnya di atas meja dan kembali melanjutkan pekerjaanya.Duh, Aruna jadi tidak sabar menunggu sore hari tiba karena dia akan bertemu Leonhard dan mungkin kekasih gelapnya itu akan menginap di apartemen.Aruna segera menyelesaikan pekerjaan hingga akhirnya waktu masuk ke jam pulang kerja.Dia nyaris menyelesaikan pekerjaannya sebelum bersiap-siap memoles kembali bibir menggunakan lipstik karena harus tampil menawan di depan Leonhard.“Sayang?” Suara papi terdengar saat Aruna sedang berada di dalam toilet.“Papi? Ada apa Pi?” Aruna berteriak disusul sosoknya keluar dari toilet.“Yuk, pulang bareng! Kerjaan kamu udah selesai ‘kan?” ajak papi Arkana tidak biasanya.“Heu? Itu ….” Aruna melirik komputernya yang s
“Bro! Kenapa muka lo?” Reynaldi yang bertemu Leonhard di lobby kantor Asia Sinergy pagi ini bertanya keheranan.Masih banyak memar di wajah Leonhard, dia tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya hanya tahu cara mengobati dan salep yang diresepkan dokter malah membuat warna memar semakin kentara.Tapi kebetulan dia ketemu Reynaldi lobby karena sejak bertolak dari Jerman pulang ke Indonesia, kepalan tangannya berkedut terus ingin segera menghajar Reynaldi.Jadi tanpa aba-aba, Leonhard langsung melayangkan tinjunya.Bugh!Sekali pukulan saja berhasil membuat Reynaldi mundur tiga langkah kemudian tersungkur ke belakang.Jangan lupakan kalau Leonhard jago bela diri, dia masih menahan tenaga dalamnya karena belum puas menghajar Reynaldi sebab apabila menggunakan seluruh tenaganya bisa dipastikan kalau Reynaldi langsung pingsan.“Bro! Apa-apaan ini!” seru Reynaldi di antara sakit di rahang dan bokong.Leonhard memburu Reynaldi, menarik kerah kemeja pria itu menggunakan kedua tangan
“Mentang-mentang udah punya cowok jadi ngejauh dari aku … padahal dulu kamu sering minta anter jemput,” sindir Tezaar sesaat setelah Ricko yang mengantar Tasya membawa motornya menjauh dari lobby AG Group.“Looooh, tumben enggak bawa motor.” Alih-alih menjawab, Tasya malah membahas hal lain membuat Tezaar merotasi bola matanya.“Motornya dijual buat bantuin Marisa bayar sewa apartemen.” Tezaar menjawab membuat Tasya mengerutkan kening.“Loh, memangnya kossannya kenapa?” Tasya seperti tidak terima.Kini mereka berdua sudah berada di depan lift.“Kossan yang dulu enggak nyaman, katanya.” Tezaar menjawab lagi dengan ekspresi wajah murung yang kentara.“Kamu lagi dimanfaatin Marisa itu, Tezaar … lagian bego banget sih mau aja dimanfaatin.” Dengan santai Tasya melontarkan tuduhan tersebut.“Kamu tuh, enggak bisa ngasih solusi banget sih … udah mah menjauh sekarang nyalah-nyalahin.” Tezaar menggerutu.“Ya kamunya ‘kan punya pacar, masa aku mau kaya dulu … deket-deket sama kamu, mint