“Pindah?” Amanda terkejut dengan ucapan Fandy Barusan.
“Iya. Pindah. Karena itu aku ingin dengar dari kamu langsung, apa kamu ada masalah dengan rekan yang lain sampai kamu ingin pindah dari tempat ini?" Ucap Fandy sambil menatap Amanda serius. Sebagai kepala cabang dia tidak melihat ada masalah yang berarti selama ini diantara rekan timnya sehingga dia penasaran alasan Amanda mengajukan kepindahan hingga disetujui oleh CEO mereka. Bahkan dia pindah ke Jakarta. Setahunya untuk pindah ke kota besar seperti Jakarta bukan hal yang mudah. Setidaknya dia harus melewati beberapa jenjang karir misalnya kepala toko atau supervisor wilayah. Sedangkan Amanda masih berstatus staf.Amanda benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan Fandy tentang pindah karena dia tidak mengajukan kepindahan. Dia sudah merasa nyaman disini dan dia tidak memiliki masalah apapun.“aku nggak ngerti deh maksud mas apa, aku sama sekali nggak ada kepikiran untuk pindah dari outlet ini mas,” ucap Amanda jujur.Bagaimanapun juga Amanda sangat paham pindah ketempat baru berarti dia harus mulai mengenal rekan kerjanya dari awal lagi. Dia sudah sangat betah bekerja bersama Mas Fandy, Yuyun, Retno dan Bagas. Teman-temannya di outlet tempatnya sekarang. Akan sangat merepotkan bila harus beradaptasi dengan lingkungan baru lagi."kalau kamu nggak mengajukan kepindahan bagaimana nama kamu ada di daftar pegawai yang akan dimutasi seminggu lagi. Kamu nggak diam diam mengirim surat pemindahan ke kantor pusatkan,” Selidik Fandy yang masih menaruh curiga.pindah?? seminggu?? bagaimana mungkin dia bahkan tidak merasa mengirim surat pada siapapun bagaimana bisa dia akan dipindahkan."Kamu punya kenalan orang atas yah yang bisa merekomendasikan kamu," tuduh fandy dengan wajah penuh curiga. Ketika tidak mendengar jawaban dari Amanda."Mas jangan asal tuduh gitu dong, aku nggak tahu kalau ada mutasi pegawai apalagi kenal orang di kantor pusat. Aku bisa aja tersinggung dengan ucapan mas fandy barusan," ucap Amanda sedikit kesal sambil menyilangkan tangannya. Bagaimana bisa kepala gudangnya memiliki pemikiran seperti itu.Fandy menggaruk kepalanyanya yang tidak gatal merasa bersalah karena menuduh Amanda tanpa bukti. "Maaf Manda,, mas Fandy terkejut saat lihat nama kamu di daftar mutasi. Mas Fandy khawatir kamu ada masalah dengan rekan kerja kamu dan kamu nggak mau terbuka. Bagaimanapun juga kita satu tim selama ini. aku nggak mau ada salah paham. Kalian yang ada di swalayan ini udah mas anggap adik. Karena itu Mas khawatir ada masalah yang tidak bisa kamu jelaskan kepada kami semua," jelas Fandy pada Amanda."Percaya sama aku mas,, aku nggak minta pindah kemanapun. Lagian aku tuh udah merasa betah banget kerja disini," ucap Amanda sungguh sungguh.Fandy tampak berpikir. "Kalo begitu siapa yang merekomendasikan kamu? apa mungkin ada yang minta pergantian ke cabang lain?" Tanya Fandy lebih kepada dirinya sendiri. Amanda yang melihat kebingungan Fandy jadi penasaran."Emang penempatannya dimana mas?" Tanya Amanda enggan."Di jakarta," ucapan Fandy berhasil membuat Amanda memalingkan wajahnya menatap Fandy.Seketika Amanda membeku mendengar perkataan Fandy. "Jakarta? mas Fandy yakin?" tanya Amanda memastikan kalau pendengarannya barusan tidak salah.Fandi mengangguk. "Iya. bahkan rekomendasi ini sudah ditandatangan langsung oleh CEO kita," Ucap Fandy memastikan.Dari ekspresinya Amanda yakin Fandy tidak mungkin membohonginya. Dalam hati Amanda tiba-tiba dilanda kecemasan. Dia tidak berniat untuk kembali ke Jakarta. Bagaimana nasibnya sekarang. Apa dia harus menerima tawaran pemindahan itu atau tidak.Amanda pulang ke rumahnya dengan wajah lesu. Dia menatap hampa pada rumah satu lantai dengan pekarangan yang tidak terlalu luas. Dengan dinding berwarna hijau yang sudah sedikit memudar. Ini bukan rumahnya atau rumah peninggalan orangtuanya. Ini rumah seseorang yang dianggapnya tante. Seseorang yang sudah mau menampungnya selama tiga tahun berada di Pati."Apa yang kamu lakukan disana, Amanda. Bantu tante angkat jemuran," ucap Anna sambil berteriak menunjuk Amanda.Amanda tersadar dari lamunannya dan segera membantu tantenya mengangkat jemuran dan meletakkannya di keranjang."Heran deh.. anak muda jaman sekarang bukannya pulang langsung bantuin orang tua. Malah melamun, tidak ada kerjaaan," gerutu Anna di depan Amanda yang sudah membantunya mengangkat jemuran.Tanpa memperdulikan ocehan tantenya amanda mengangkat keranjang berisi pakaian bersih ke dalam rumah. Lebih baik tidak meladeni tantenya. Biarkan saja dia mengomel sesuka hati. Amanda sudah
Amanda menatap rekan- rekan di outlet tempatnya bekerja satu per satu. Akhirnya dia memutuskan untuk mengambil tawaran itu dan bersiap pindah ke Jakarta. Hari ini adalah hari terakhirnya dan dia ingin berpamitan dengan rekan- rekannya.Ada perasaan sedih yang menghinggapinya. Bagaimanapun mereka adalah orang- orang yang bersamanya selama dia mencari nafkah. Memberikan semangat saat dirinya merasa lelah serta tempat curhat saat masalah yang dihadapi terasa buntu dan dirinya membutuhkan saran atau sekedar pendengar untuk ceritanya."Aku akan merindukan kalian semua," ucap Amanda berusaha menahan air matanya agar tidak menetes.Retno maju menghampiri Amanda dan memeluknya. "Mbak… Retno akan sangat rindu dengan mbak Manda," ucao Retno sambil menangis. Retno adalah karyawan termuda di swalayan tempat Amanda bekerja.Amanda memeluk Retno sambil sesegukan. Akhirnya dirinya tidak dapat menahan air matanya untuk keluar walaupun sudah di cobanya.A
Arvan merasa gusar. Pikirannya sedang tidak berada di otaknya saat ini. Sebagai orang yang memindahkan Amanda kembali ke Jakarta dia tentu tahu kapan seharusnya gadis itu sudah berada di Jakarta. mengingat surat keputusan telah diterima outlet cabang Pati dan Amanda sudah menandatangani surat pemindahan setidaknya Amanda sudah berada di Jakarta hari ini, paling lambat besok karena lusa dia sudah mulai bekerja di cabang baru.Rasanya Arvan ingin berdiam di Stasiun Pasar Senen mengamati wajah para penumpang kereta satu persatu untuk memastikan kalau Amanda sudah tiba di Jakarta. Tapi hal itu tidak mungkin dia lakukan. Merasa penasaran dengan kondisi terbaru mantan tunangannya namun dia mengingatkan dirinya untuk menahan diri membuat Arvan menjadi badmood. Rasanya waktu hari ini berjalan sangat lambat dan semua pekerjaan seolah berantakan. Beberapa kali Arvan bahkan terdengar menggebrak meja hanya karena stafnya kurang teliti atau melakukan tindakan yang seharusnya b
Amanda tiba di stasiun pasar senen setelah menerima surat resmi terkait penempatannya, walaupun awalnya berat baginya menerima pemindahan itu tapi dia tidak bisa melakukan apapun karena syarat utama di awal dia bekerja adalah bersedia ditempatkan di wilayah manapun.Amanda memandang sekeliling stasiun, Banyak hal yang dirasakannya berubah setelah tiga tahun meninggalkan kota jakarta. Ada perasaan haru, gugup dan menegangkan yang dirasakan Amanda ketika menginjakkan kaki di kota kelahirannya ini. yah Amanda lahir dan besar di Jakarta, tapi karena masalah yang dihadapinya beberapa tahun yang lalu membuatnya memutuskan untuk menjauhi kota kelahirannya ini.'Baiklah Amanda, Jakarta kota besar tidak mungkin kamu akan bertemu Arvan secara kebetulan kecuali dengan izin takdir. Dan kamu bukanlah orang yang dengan mudah percaya akan takdir,' ucap Amanda dalam hati meyakinkan pilihannya untuk kembali ke Jakarta.Panas terik kota jakarta membuat amanda menyerngitkan
Hampir sebulan lamanya Amanda bekerja di Jakarta. Amanda mulai merasa nyaman dan mulai menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang ada di kantor barunya. Hari ini dia kebagian shift malam hingga besok pukul 8 pagi. Meskipun swalayan itu tidak berada di jalur utama, pembelinya tidak pernah sepi. Bahkan di malam hari. Amanda harus selalu menampilkan wajah ramah penuh senyuman meskipun sedang mengantuk. dia bersama dika dan ratna rekan shiftnya. Malam ini amanda mendapat tugas sebagai kasir."Selamat datang," ucap Amanda ketika seseorang masuk kedalam swalayan. Amanda seketika membisu begitu mengenali siapa yang datang.Semoga dia tidak mengenaliku. batin Amanda sambil menundukkan wajahnya.Orang yang dikenalnya itu mulai berjalan dan menghampiri meja kasir. "Rokok satu yah mbak," ucapnya menunjuk rak rokok yang tersedia di meja kasir. Amanda segera mengambil pesanan. Merasa lega karena sepertinya wanita di depannya sudah tidak mengenalnya lagi"Ada la
Hari hampir menjelang malam ketika Amanda keluar dari bangunan sederhana yang menjadi rumah barunya di Jakarta. Amanda keluar hanya dengan menggunakan kaos lengan pendek dan celana pendek sambil membawa peralatan kebersihan di kedua tangannya. Sambil menghela nafasnya berat Amanda menengadah memandang langit yang berwarna biru gelap dan kemerahan di sebelah barat menandakan bahwa matahari semakin rendah dan siap bersembunyi berganti malam.Amanda menghirup udara dalam dalam lalu menghembuskannya perlahan. "akhirnya beres juga," gumannya lebih kepada diri sendiri.Dia tidak menyangka bahwa pekerjaan beberes ini akan menghabiskan waktunya seharian. Tadi pagi sepulang dari berbelanja perlengkapan yang dibutuhkan untuk rumah kostnya, Amanda menyadari kalau tidak hanya dapurnya yang perlu dibenahi tetapi juga kamar tidurnya. Bahkan tempat itu sebelumnya tidak layak dikatakan tempat tidur. Pakaian tampak berserakan dimana mana, meja kecil yg dijadikan meja riasnya keliha
"Semudah itu kamu melupakan aku Amanda?" Ucap Arvan dengan nada suara yang dingin. Dia berbalik menghadap Amanda. Dilihatnya gadis itu sekilas kemudian dia beralih melihat bagaimana kondisi tempat tinggal Amanda. "Jadi kehidupan seperti ini yang kamu inginkan dengan meninggalkan seorang Arvan," lanjutnya dengan sedikit angkuh merasa egonya sedikit terluka.Amanda masih mematung. Pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana Arvan dapat menemukan kembali.Arvan tidak menemukan jawaban apapun. Dia lalu menatap Amanda yang hanya menunduk dengan kedua tangan yang saling menggenggam. "Aku rasa itu bukan urusanmu," jawab Amanda dengan sisa kewarasan yang ada. Dirinya masih menundukkan kepalanya."Seharusnya memang bukan urusanku… tapi mengingat bagaimana caramu menghilang,, kurasa kau berhutang penjelasan padaku," ucap Arvan tegas dan dingin"Dan aku yakin uang yang semestinya bisa kau dapatkan dari menghianatiku cukup untuk membuat hidupmu lebih baik dari
Arvan membelah jalan malam Jakarta dengan perasaan marah yang terpendam. Egonya sungguh terluka melihat betapa acuhnya Amanda yang berusaha terlihat baik baik saja. Dia membenci wanita itu karena telah melukai harga diri dan egonya. Dia membencinya karena telah mengkhianatinya dan memilih menghilang tanpa memberikan penjelasan apapun.Seumur hidupnya Arvan selalu mempercayai mantan tunangannya itu, bahkan setelah pertengkaran mereka Arvan berusaha menghubunginya untuk meminta maaf atas tindakan kasarnya.Arvan ingat bagaimana dulu dirinya mencoba menghubungi dan mendatangi kontrakan Amanda saat itu, tapi tidak ada respon dari Amanda sampai akhirnya dia tahu kalau wanita yang begitu dia cintai memilih untuk pergi meninggalkannya begitu saja. Meninggalkannya tanpa alasan. Membuatnya merasa begitu marah dan terhina. Arvan tidak dapat melupakan kejadian tiga tahun lalu. Tidak selama dia belum membalas semua perbuatan Amanda kepadanya.Arvan teringat bagaimana