"Jadi semuanya masih karena uang," ucap Arvan setelah cukup lama terdiam. “Tiga tahun lalu, aku juga mengkhianatimu karena uang, semestinya kamu tidak harus terkejut ketika aku kembali juga karena uang,” ucap Amanda lantang walaupun sedetik kemudian dia kembali membenamkan wajahnya menatap lantai ruang kerja Arvan. sejak Amanda mengutarakan maksud kedatangannya, wajah Arvan seketika berubah dingin. beberapa kali Arvan mengeratkan rahangnya karena marah. “baiklah,, 500 juta," ucap Arvan enteng tanpa ekspresi. Amanda memandangnya tidak percaya. Apa itu artinya Arvan akan memberikan uang itu padanya. ‘Semudah itu?’ batin Amanda. "500 juta bukan masalah, tapi aku ingin memastikan apakah kamu masih gadis polos yang menjaga kesuciannya hanya untuk takdir hidupnya?” Tanya Arvan memastikan sambil menatap Amanda dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mendengar ucapan Arvan ingin rasanya Amanda mencolok mata Arvan dan segera kabur dari sana. Tapi dia sudah terlanjur mengungkapkan tujuannya da
Arvan sedang mengendarai mobilnya membelah jalanan kota Jakarta yang tengah macet. Jalanan sedikit macet dan cuaca cukup terik. Matahari yang bersinar tepat di ubun-ubun kepala menandakan waktu sudah hampir tiba jam makan siang. Arvan mengendarai mobilnya dalam diam dan Amanda juga duduk terdiam di kursi sebelah. “Melihat kamu tiba-tiba menghampiriku dan berubah pikiran membuatku penasaran," ucap Arvan tetap memperhatikan jalan. Amanda tidak merespon. Dia sedang berpikir kemana Arvan akan membawanya. Apa mereka akan ke tempat sebelumnya atau bahkan lebih parah lagi. "Aku baru tahu kalau kamu begitu menyukai uang," lanjut Arvan sambil sesekali menatap Amanda, dia harus tetap fokus dengan jalanan yang sedang macet. "Semua wanita menyukai uang, Arvan," jawab Amanda asal. Arvan terlihat mengeraskan rahangnya. "Setidaknya kamu bisa menceritakan pada tunanganmu ini, nilai yang kamu minta bukan sesuatu yang sedikit," ucap Arvan dengan senyum tertahan. Tidak menyangka akan mendapat jawab
"Ada apa lagi?" Tanya Amanda kesal pada Arvan yang memintanya menemani keluar makan malam."Kasar sekali kamu sekarang," balas Arvan sarkas."Seingat aku, kamu memintaku datang seminggu lagi, lalu mau apa kamu memintaku menemanimu sekarang?" Ucap Amanda sambil melipat tangannya di depan tubuhnya."Memangnya ada larangan menemui tunangan sendiri," balas Arvan kesal.Amanda membuang wajahnya menatap jauh ke luar jendela mobil yang sedang melaju. Entah Arvan akan membawanya kemana lagi."Aku hanya ingin memintamu menemaniku makan, aku harus memastikan tunanganku makan dengan teratur," lanjut Arvan karena tidak menemukan jawaban Amanda."Aku pikir kamu berubah pikiran dan bersedia memberiku uang yang aku minta," Amanda masih menerawang. Dia masih memikirkan uang yang harus dikumpulkan secepatnya.Dokter mengatakan kalau kondisi mamanya cukup baik untuk dipindahkan dan menyarankannya untul melakukann pemindahan aecepatmya larena kondisi tersebut bisa saja berubah tergantung emosi mamanya ya
"Mau kemana?" Tanya Tasya sambil berkacak pinggang melihat Johan yang mulai berpakaian rapi. Tasya melirik jam di dinding dan mendapati waktu sudah hampir jam 9 malam. Berniat kemana suaminya malam begini. "Hmmm… itu. Arvan memintaku untuk menjemputnya sayang. Aku janji hanya sebentar," ucap Johan dengan perasaan bersalah. Tasya terlihat geram mendengar nama itu. Selalu saya pria itu mengusik kehidupan suaminya tanpa kenal waktu. "Selalu Arvan. Apa dia tidak memiliki orang lain selain dirimu untuk dia hubungi saat ini," pekik Tasya kesal. Arvan sungguh sangat keterlaluan. Tasya mengerti kalau mereka sudah bersahabat sejak lama. Tapi dirinya juga butuh waktu berdua dengan suaminya. Tidakkah seorang Arvan seharusnya memahami hal itu. Johan pria beristri sekarang. "Aku janji. Sebelum tengah malam aku sudah berada di rumah," ucap Johan sambil memeluk Tasya. Tasya memilih memalingkan wajahnya karena kesal pada suaminya yang lebih memilih sahabatnya. "Maafkan aku sayang, janji sebelu
Seminggu kemudian Amanda kembali menemui Arvan di kantornya. Siska yang menemuinya di meja sekretaris hanya menatapnya dengan pandangan meremehkan tetapi Amanda tidak peduli. Dia bahkan tidak memikirkan resiko dari tindakannya jadi dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan apa yang ada di kepala Siska "Kamu sungguh tidak tahu malu, kau sudah memutuskan untuk menghilang, apa yang membuatmu berubah pikiran,” ucap Siska dengan nada sinis. Amanda hanya diam tidak ingin menanggapi apapun. Ini adalah masalahnya dengan Arvan. Amanda rasa sekretaris Arvan tidak memiliki urusan dalam masalah ini. "Kalau kau berpikir pak Arvan masih orang yang sama seperti tiga tahun lalu , kau salah. Arvan yang sekarang hanya mencintai dirinya sendiri,” ucap Siska masih dengan nada mengejek. "Terima kasih Siska, sudah mengingatkanku. Aku akan mengingatnya dengan baik,” balas Amanda cuek. "Dasar,, wanita murahan,” ucap Siska lirih sambil beranjak dari kursinya dan membuka pintu kerja Arvan. Amanda mendenga
Malam ini suasana di sebuah kelab malam sedang riuh. Lampu warna-warni berkelap-kelip diiringi music menghentak dari disk jockey membuat siapapun yang berada di dalam ruangan akan menggerakkan badannya mengikuti alunan musik.Suasana disana penuh dengan kesenangan. Semua orang terlihat santai menikmati alunan musik, tapi hal itu tidak berlaku bagi Arvan. Dia hanya duduk di meja di depan bartender sambil menikmati minumannya dalam diam. Entah sudah berapa lama dan berapa banyak dia minum, Arvan tidak peduli. Yang dia tahu dia hanya ingin mabuk dan melupakan kejadian hari ini.Seorang wanita berpakaian merah dengan tampilan sedikit glamour yang duduk tidak jauh dari Arvan tampak sedang memperhatikan Arvan dan mulai mendekatinya dengan duduk di kursi di sebelah Arvan."Sendiri aja?" Tanya wanita itu tepat di telinga Arvan dengan nada dibuat manja.Arvan menoleh dan memperhatikan gadis itu. Tapi sedetik kemudian dia kembali menegak minumannya sampai habis."Gue perhatiin,, loe agak suntuk.
Siang itu di rumah kontrakannya, Amanda terlihat mondar mandir sambil menelpon seseorang. Dia terlihat sedang terlibat dalam pembicaraan yang penting.“butuh berapa hari untuk proses pemindahannya?” Tanya Amanda kepada seseorang ditelpon."Karena kita melakukan perjalanan darat. Mungkin memerlukan sekitar 2 sampai 3 hari bu," jawab seseorang di seberang."Apakah proses ini aman untuk perkembangan jiwa mama saya," ucapnya lagi.“Psikiater harus melakukan observasi terlebih dahulu kepada pasien, Bu. Memastikan bila ibu anda siap melakukan perjalanan jauh. Setelah observasi dilakukan, baru bisa diputuskan oleh psikiater apakah ibu anda siap untuk dipindahkan atau tidak,” Terang seorang ditelpon yang sepertinya dari pihak Rumah Sakit Jiwa tempat mama Amanda menjalani perawatan.“baiklah suster,, tolong kabari saya perkembangan mama saya yah. saya tunggu informasinya secepatnya," ucap Amanda kemudian panggilan itu terputus. Amanda hanya bisa menggigit kuku jarinya. Kebiasaan yang sering di
Amanda menggunakan dress di bawah lutut berwarna biru gelap dan mengikat rambutnya. Tampilannya terlihat sederhana tapi elegan. Dia hanya menggunakan riasan tipis menampilkan wajah polos nan mulus. Arvan sesekali mencuri pandang memperhatikan Amanda yang hanya diam di kursi penumpang di sebelahnya. “kamu tidak penasaran kita akan kemana?” Tanya Arvan memecah keheningan di dalam mobil. “aku akan mengikuti kemana saja kau pergi," jawab Amanda singkat. “termasuk jika aku mengajakmu ke KUA?” Balas Arvan sambil fokus pada jalan yang tidak terlalu padat. Amanda memandang Arvan dengan kesal. Dan Arvan hanya tertawa. Menyenangkan menggoda Amanda seperti itu. Ponsel Arvan berbunyi dan dia segera mengangkatnya. “Tentu aku merindukanmu,” Ucap Arvan ditelpon. Amanda hanya melirik. Bagaimana mungkin dia mengatakan merindukan wanita lain didepan wanita yang sedang dipaksanya untuk menikah. “aku akan kesana.. aku sangat merindukan masakanmu,, iya. Aku juga mencintaimu”, ucap Arvan kemudian mema