semoga kalian suka ceritanya. janhan lupa di vote dan tinggalkan jejek kalian dengan komentar salam cinta, ❤️❤️
Siang itu di rumah kontrakannya, Amanda terlihat mondar mandir sambil menelpon seseorang. Dia terlihat sedang terlibat dalam pembicaraan yang penting.“butuh berapa hari untuk proses pemindahannya?” Tanya Amanda kepada seseorang ditelpon."Karena kita melakukan perjalanan darat. Mungkin memerlukan sekitar 2 sampai 3 hari bu," jawab seseorang di seberang."Apakah proses ini aman untuk perkembangan jiwa mama saya," ucapnya lagi.“Psikiater harus melakukan observasi terlebih dahulu kepada pasien, Bu. Memastikan bila ibu anda siap melakukan perjalanan jauh. Setelah observasi dilakukan, baru bisa diputuskan oleh psikiater apakah ibu anda siap untuk dipindahkan atau tidak,” Terang seorang ditelpon yang sepertinya dari pihak Rumah Sakit Jiwa tempat mama Amanda menjalani perawatan.“baiklah suster,, tolong kabari saya perkembangan mama saya yah. saya tunggu informasinya secepatnya," ucap Amanda kemudian panggilan itu terputus. Amanda hanya bisa menggigit kuku jarinya. Kebiasaan yang sering di
Amanda menggunakan dress di bawah lutut berwarna biru gelap dan mengikat rambutnya. Tampilannya terlihat sederhana tapi elegan. Dia hanya menggunakan riasan tipis menampilkan wajah polos nan mulus. Arvan sesekali mencuri pandang memperhatikan Amanda yang hanya diam di kursi penumpang di sebelahnya. “kamu tidak penasaran kita akan kemana?” Tanya Arvan memecah keheningan di dalam mobil. “aku akan mengikuti kemana saja kau pergi," jawab Amanda singkat. “termasuk jika aku mengajakmu ke KUA?” Balas Arvan sambil fokus pada jalan yang tidak terlalu padat. Amanda memandang Arvan dengan kesal. Dan Arvan hanya tertawa. Menyenangkan menggoda Amanda seperti itu. Ponsel Arvan berbunyi dan dia segera mengangkatnya. “Tentu aku merindukanmu,” Ucap Arvan ditelpon. Amanda hanya melirik. Bagaimana mungkin dia mengatakan merindukan wanita lain didepan wanita yang sedang dipaksanya untuk menikah. “aku akan kesana.. aku sangat merindukan masakanmu,, iya. Aku juga mencintaimu”, ucap Arvan kemudian mema
"Apa yang dilakukan perempuan hina itu di rumahku? Bagaimana bisa kau membawanya kemari, Arvan!”, teriak Cahyudi Baskoro membuat Amanda terlonjak karena kaget. Amanda hanya dapat tertunduk. Dia tidak berani menatap orang tua Arvan. Pria itu sungguh berniat membawanya ke neraka. Dan neraka pertama bagi Amanda adalah orang tua Arvan. Sejak awal mereka tidak merestui hubungannya dengan Arvan. Walaupun di depan Arvan mereka tidak menunjukkan secara langsung tapi sikap dan cara bicara mereka yang terkesan angkuh dan dingin pada Amanda membuat Amanda menyadari hal itu sejak lama. Apalagi sekarang setelah dirinya meninggalkan anak tunggal mereka. Tentunya mereka sangat membenci Amanda. Dirinya sadar akan hal itu. Arvan sunggu berniat menjebaknya. Seharusnya dia bertanya tadi jadi dia akan mempersiapkan mentalnya menghadapi orang tua Arvan. “Yah,,,, namanya Amanda,” ucap Arvan berusaha tetap tenang. “Ayah tidak peduli. Bukannya dia sudah meninggalkanmu, bagaimana bisa dia kembali?" Ucap cah
Setelah pertemuan dengan orang tua Arvan di kediaman mereka, Arvan tidak lagi memperdulikan waktu dan tempat untuk mengganggu Amanda. Bahkan seluruh karyawan di toko tempat Amanda bekerja tahu bahwa dirinya memiliki hubungan khusus dengan pemilik gerai mereka. Staf toko yang sebelumnya memperlakukannya biasa saja, mulai berubah. Bahkan kepala gudang mereka tidak akan memarahi Amanda bila dia terlambat ataupun melakukan kesalahan. Amanda juga sering mendengar rekan kerjanya membicarakannya dari belakang. Menuding dirinya menggoda sang pemilik gerai. Bahkan dia mendengar rumor bahwa dirinya sengaja membuntuti sang pengusaha itu dan menggodanya. Namanya kini dicap sebagai gadis nakal dan licik yang suka menggoda orang kaya. Atau lebih tepatnya 'sang penggali emas'. Hal itu sungguh membuat Amanda merasa tidak enak.“Dita,,, apa kau juga akan memperlakukan aku seperti yang lain," ucap Amanda yang menghampiri Dita yang sedang berada di meja kasir.“maksud mbak apa?" Tanya Dita salah satu r
Amanda keluar dari toko di sore hari setelah selesai waktu shift kerjanya. Di parkiran toko itu dia mendapati mobil pajero sport milik Arvan sudah terparkir rapi disana. Amanda menatap tidak percaya. Arvan menurunkan kaca jendela disisi kemudi dan mengisyaratkan Amanda untuk naik ke mobilnya. Amanda hanya dapat menghela nafas sebelum menaiki mobil itu. “tidak bisakah kamu menghubungi dulu," ucap Amanda jelas tidak suka pada kebiasaan baru Arvan yang suka muncul tanpa memberitahu ketika dia sudah masuk ke dalam mobil.“memang kenapa? Kamu ini tunanganku. Apa salah bila aku datang menjemputmu," ucap Arvan ketus.Amanda sadar percuma berdebat dengan Arvan karena pria itu tidak akan mengalah kepadanya. Tapi dia juga membutuhkan kenyamanan saat bekerja dan kehadiran Arvan yang seenaknya jelas membuatnya tidak nyaman.“setidaknya kabari aku. kamu membuatku tidak enak dengan pegawai yang lain," ucap Amanda.Terima kasih kepada Arvan. Berkat dirinya dan kedatangannya yang muncul sesuka hati.
Mereka tiba di halaman depan kontrakan Amanda yang tidak terlalu luas yang hanya bisa di parkir tiga mobil. Arvan menghentikan mobilnya tepat di depan kontrakan Amanda dan ikut turun ketika Amanda turun dari mobilnya.Avan tampak memperhatikan rumah kontrakan sederhana itu dengan lebih teliti. Sementara Amanda sedang memilah isi tasnya mencari dimana dia menyimpan kunci kontrakannya. Ketika menemukannya dia segera membuka pintu kontrakannya. Amanda terkejut menyadari ARvan sudah berdiri tepat dibelakangnya.“Terima kasih sudah mengantarku, Arvan,” ucap Amanda sebelum membuka pintu rumahnya.“Apa kau tidak ingin membawa tunanganmu masuk ke dalam," ucap Arvan sambil membuka pintu rumah yang sudah tidak terkunci dan tanpa meminta izin Arvan melangkahkan kakinya masuk ke ruang tamu rumah kontrakan Amanda. Memperhatikan sekilas dan memilih duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan itu.“ini sudah hampir malam Arvan, sebaliknya kau pulang," ucap Amanda sedikit panik. Hari sudah menjelang
"Menurutmu bagaimana Jo, aku rasa lebih baik pintunya diubah agar lebih memudahkan barang yang akan masuk," ucap Arvan sambil memperlihatkan rancangan sebuah bangunan.Dia sedang membahas rancangan toko yang akan dibangun di Surabaya."Kamu tahu aku bukan ahlinya. Aku ini lulusan manajemen, tidak mengerti hal seperti ini, Aku setuju saja," ucap Johan yang memilih merebahkan badannya di badan sofa."Sial. Setidaknya kamu bisa memberi saran," ucap Arvan setengah kesal.Johan mengedikkan bahunya. Dia datang ke ruangan Arvan karena ingin mengajukan izin. Dirinya ingin menghabiskan waktu beberapa hari di Bandung bersama istrinya. Tapi bukannya memberikan izin, Arvan malah menahannya untuk membahas rancangan bangunan. Sesuatu yang tidak dia mengerti."Apa aku harus bertemu Harris? Aku sangat malas melihat wajahnya," ucap Arvan kesal."Yah. Sebagai konsultan untuk proyek ini, kamu memang harus menemuinya," saran Gio. Arvan menatapnya kesal."Aku hanya memberikan saran. Anggap saja kamu seda
"Ada apa Siska?" Tanya Arvan saat melihat Amanda yang berusaha menerobos masuk namun Siska berhasil menghalanginya. "Dia berusaha menerobos masuk," "Kamu harus menjelaskan sesuatu padaku," Ucap Siska dan Amanda hampir bersamaan. Arvan tampak memperhatikan Amanda yang masih mengenakan pakaian kerjanya. "Biarkan dia masuk Siska. Tolong siapkan dua gelas teh hangat untuk tamu kita," ucap Arvan sambil memandang Amanda sebelum berbalik ke dalam ruangannya dan menatap Johan. "Sepertinya pembicaraan kita harus ditunda Jo. Aku akan menghubungimu nanti," ucap Arvan. Tanpa memperdulikan wajah protes Johan karena izin liburannya belum dijawab Arvan. Johan merasa percuma menodong Arvan sekarang saat pria itu tampak memiliki masalah yang lebih serius. Akhirnya Johan mengalah dan memilih angkat kaki dari sana. "Hai. Amanda, lama tidak bertemu," sapa Johan saat berpapasan dengan Amanda dan hanya dibalas senyuman oleh gadis itu. begitu Johan pergi, Amanda langsung masuk ke dalam ruangan itu t