penasaran??? tetap ikuti cerita ini yah,,, Untuk saat ini, cerita ini hanya di upload di GoodNovel,,, Jangan lupa Vote dan beri komentar kalian,,, salam cinta, ❤️❤️
Arvan terlihat termenung. Masih jelas di ingatan Arvan kejadian tadi siang saat Amanda mendatangi kantornya untuk mengajukan protes atas surat pemberhentian yang Arvan keluarkan untuknya. Tentu saja Arvan merasa harus melakukan hal itu. Bagaimana tanggapan rekan bisnisnya bila mengetahui dirinya masih mempekerjakan kekasihnya di perusahaannya sendiri. Seakan dirinya tidak mampu memberikan uang bulanan untuk kekasihnya saja. Akan diletakkan dimana harga diri seorang Arvan yang terkenal sebagai pengusaha muda yang sukses. Amanda itu sungguh gadis yang tidak tahu diri. Seharusnya dia bersyukur seorang Arvan masih mau memilihnya setelah dia berkhianat.Tapi yang membuat kepala Arvan pusing sejak tadi adalah saat dirinya melakukan kesalahan. Bagaimana bisa dirinya membuat kesalahan dan tergoda untuk mencium bibir tipis Amanda. Bagaimana bisa dirinya tergoda saat melihat pipi Amanda yang merona. Bagaimana bisa Amanda terlihat begitu cantik dan menggoda saat dia sedang marah. Tatapan gadis it
Flash OnArvan sedang duduk disebuah cafe sambil meletakkan kepalanya di atas meja dan bersandar pada kedua tangannya. pandangannya lurus pada seseorang yang sedang duduk tepat di depannya.“seperti apa pernikahan impianmu, sayang,” ucap Arvan pada Amanda yang sedang duduk sambil menunggu makanan mereka datang.Amanda tampak berpikir.“aku tidak memiliki pernikahan impian sayang, bagiku menikah dengan tuhan sebagai saksinya saja sudah cukup,” jawab Amanda singkat.Apa yang bisa diharapkan Amanda di hari pernikahannya? Berharap ayahnya akan mengiringinya hingga Altar adalah sesuatu yang mustahil. Mengharapkan pelukan hangat seorang ibu yang akan menangis haru di hari bahagianya? Bahkan dimana mamanya berada saat ini hanya Tuhan saja yang tahu.Sebagai seorang anak yatim piatu Amanda sudah terbiasa mengatasi segalanya sendiri. berjuang sendiri, menangis sendiri. Dia sudah mengubur harapannya terhadap orang lain yang kadang hanya memandangnya dengan tatapan kasihan. kehadiran Arvan dalam
Amanda sedang berada dalam perjalanan menuju Depok. Dua hari lalu dia mendapat kabar bahwa kondisi mamanya cukup baik untuk dipindahkan ke rumah sakit jiwa lain. Dia memutuskan akan memindahkan mamanya ke rumah sakit jiwa yang ada di Depok sehingga lebih mudah baginya untuk dapat mengunjungi mamanya.Dokter sudah menjelaskan setelah proses pemindahan akan dilakukan isolasi terlebih dahulu terhadap pasien untuk melatih pasien agar terbiasa dengan suasana baru. Dan selama proses isolasi pasien tidak dapat di kunjungi siapapun.Namun Amanda tetap bersikeras ingin menemui mamanya. Dia mengatakan bahwa dia hanya akan melihat mamanya dari jauh sampai mamanya siap bertemu dengan orang lain karena dia tidak tahu lagi kapan akan ada waktu untuk menemui mamanya. Seminggu lagi pernikahannya dengan Arvan akan berlangsung.Yah benar. Tanpa terasa sebulan telah berlalu dari terakhir mereka menandatangani kontrak pernikahan. Uang 500 juta sudah di transferkan beberapa hari lalu. Tepatnya sehari sete
Sore itu Arvan datang mengunjungi rumah Amanda. Dia ingin membicarakan tentang pernikahan mereka yang tinggal seminggu lagi. Walaupun semuanya sudah diatur pihak wedding organizer tetap saja dia merasa perlu menanyakan pendapat Amanda walaupun wanita itu hanya akan mengangguk menyetujui apa saja yang disarankan WO. Terkadang Arvan merasa kesal dengan sikap pasrah wanita itu.Arvan mendapati rumah kontrakan Amanda dalam kondisi terkunci, dia kemudian mencoba menghubungi Amanda dan tidak dijawab. Setelah menunggu hampir satu jam Arvan merasa kesal karena Amanda tidak juga menjawab panggilannya. Dia akhirnya memutuskan untuk menemui ibu kontrakan Amanda dan menyatakan maksudnya bahwa dia akan menunggu Amanda di dalam rumahnya bila ibu kontrakannya mengizinkan. Melihat penampilan Arvan yang memukau ibu kontrakan Amanda tanpa menolak memberikan duplikat kunci rumah kontrakan Amanda.Arvan masuk ke dalam rumah Amanda dan memperhatikan kondisi di dalam rumah kontrakan Amanda. Melihat tunanga
Arvan mendorong koper besar Amanda dengan sebelah tangannya dan sebelah tangannya yang lain menggenggam pergelangan Amanda dengan kasar dan memastikan wanita itu mengikutinya hingga ke Apartemen milik Arvan. Tempat yang akan menjadi tempat tinggal mereka berdua setelah menikah. Amanda sudah bersikeras bahwa dia tidak akan kemana-mana. Jadi Arvan tidak perlu menyeretnya seperti pencuri tetapi Arvan yang terlanjur kesal dan sakit hati sudah tidak mempercayai ucapan Amanda. Bahkan Arvan sudah bersekongkol dengan ibu kontrakan Amanda untuk mengusirnya malam itu juga. Tentu saja Arvan sudah menyuapnya dengan memberikan sejumlah uang kepada ibu kontrakan Amanda. Ibu kontrakannya mengatakan berbagai macam alasan agar Amanda segera angkat kaki dari rumah kontrakan itu.Amanda tidak memiliki pilihan selain ikut dengan Arvan. Setelah pertengkaran yang cukup memusingkan Arvan berjanji tidak akan menyentuhnya bahkan seujung rambut hanya karena mereka tinggal serumah. Arvan bahkan mengatakan kalau
21+Arvan menatap tanpa berkedip sosok yang tertidur dengan lelap di kamar tamu apartemennya. Pencahayaan di dalam kamar remang, hanya lampu tidur yang menyinari ruang tidur yang cukup luas itu. Karena pemilik kamar sepertinya tidak suka tidur dalam terang.Arvan berdiri mematung di balik pintu setelah membuka pintu kamar yang ditempati Amanda dengan hati-hati agar gadis itu tidak terbangun. Dirinya sudah seperti maling yang mengendap-endap masuk demi mencuri sesuatu padahal dia hanya ingin melihat Amanda tidur. Setidaknya itulah yang dia lakukan dua hari ini.Bukan salahnya. Dia sudah memperingatkan Amanda untuk mengunci dengan baik pintu kamarnya jika tidak ingin Arvan masuk. Salah sendiri Amanda hanya mengunci pintunya dan tidak memasang grendel slot yang ada di pintunya. Apa dia berpikir, Arvan hanya akan memberikannya tempat tidur tanpa berusaha mencari kesempatan untuk masuk atau gadis ini sengaja menguji. Entahlah. Yang jelas berawal dari keisengannya ingin memastikan bahwa Ama
21+"Berhenti berlagak seperti gadis lugu, seolah aku tidak tahu kalau kamu juga menginginkannya," ucap Arvan sangat pelan namun tajam dan terdengar dingin.Mata Amanda melotot dan tubuhnya tiba-tiba menggeliat lalu Arvan kembali menciumnya. Hal itu karena salah satu tangan Arvan sudah menyelinap diantara kedua paha Amanda dan mulai bermain disana. Amanda masih berusaha berontak walaupun dia merasa tubuh dan pikirannya sungguh sudah mempermainkannya. Pikirannya berusaha memberontak tetapi tubuhnya seakan menikmati sentuhan mendadak Arvan pada bagian sensitifnya. Bagian inti dirinya bahkan sudah basah dan tidak dapat menolak sentuhan itu.Pemberontakan Amanda semakin berkurang seiring dengan pikirannya yang mulai keluar dari otaknya. Selanjutnya hanya suara desahan yang keluar dari mulut Amanda yang masih menyatu dengan bibir Arvan. Amanda membalas ciuman Arvan tanpa ragu. Dia bahkan tidak peduli bagaimana Arvan memperlakukannya, dia sudah terhipnotis sepenuhnya.Ciuman mereka yang sam
Arvan membelah jalanan kota Jakarta tanpa tujuan yang pasti. Dia mengendarai mobilnya hanya berkeliling kota sambil merasakan angin malam yang menusuk hingga ke tulang. Tujuannya saat ini hanya satu. Menghindari apartemennya sendiri. Bukan karena dia tidak ingin berada disana tapi karena dia tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi bila dirinya tetap berada disana. Terkurung bersama wanita yang begitu dia benci namun begitu ingin dia miliki.Arvan sadar semua adalah ulahnya. Seharusnya dirinya tidak memulai sesuatu yang akhirnya dia sesali. Seharusnya dia tidak memiliki ide gila dengan mengikat Amanda dan memprovokasinya. Sudah cukup dia terlihat seperti pencuri yang mengendap masuk ke dalam kamar Amanda. Sekarang dia bertingkah seperti maniak seks yang suka bermain kasar pada objek seksualnya. Arvan mengacak rambutnya beberapa kali karena merasa frustasi.Masih jelas di ingatan Arvan bibir tipis Amanda yang terlihat sedikit bengkak akibat ciumannya. Bagaimana desahan gadis itu terde
Keesokkan harinya,"Baiklah, ada dua tim yang akan mempresentasikan konsep 'taman impian" untuk kami, kami persilahkan kepada Bapak Arvan dan tim untuk melakukan presentasi," ucap Moderator mempersilahkan Arvan dan timnya maju.Arvan yang mengenakan jas berwarna biru gelap maju dengan penuh percaya diri. Dia sangat yakin akan memenangkan projek ini."Baiklah konsep taman impian kami adalah taman yang ramah bagi semua kalangan. Dengan harapan, taman ini akan menjadi tempat berkumpul keluarga baik anak, ibu, ayah bahkan kakek dan nenek mereka," arvan menjelaskan presentasinya dan audiensi mendengarkan."Karena itu kami berencana menciptakan sebuah lahan hijau yang cukup luas dan disekitarnya terdapat rute untuk pejalan kaki dan pesepeda. Setiap jarak tiga sampai empat meter akan disediakan kursi untuk beristirahat. Selain itu juga akan ada batu refleksi bagi pejalan kaki," arvan masih menjelaskan dan audiens masih memperhatikan."Lalu di sisi selatan akan dibangun sarana gym sederhana, b
Lima Tahun yang lalu“sabar,, sebentar lagi juga aku sampai, sayang,” ucap Amanda pada seseorang di seberang. dia sedang telponan dengan Arvan. Amanda sedikit berlari hingga tanpa sengaja dia menabrak seseorang yang baru keluar dari dalam taksi sambil membawa sebuah maket yang terbuat dari kertas. Mereka bertabrakan dan maket yang sudah disusun di atas sebuah benda bidang menyerupai miniatur sebuah tempat menjadi hancur berantakan."Yah.. Tuhan.. maafkan aku," ucap Amanda kaget.Amanda secara refleks memutus panggilannya dengan Arvan dan di layar handphonenya menampilkan gambar dirinya dan Arvan dalam pose konyol. Dengan segera Amanda membantu mengumpulkan maket yang berserakan di trotoar.Sedangkan pria yang membawa miniatur untuk bahan presentasinya itu hanya bisa menjambak rambutnya. Hancur sudah hasil lemburnya selama dua hari. Ternyata pria itu adalah Harris namun dengan tampilan yang sedikit berantakan."Aku sungguh minta maaf," ucap Amanda penuh penyesalan. "Yah.. tidak masal
Beberapa bulan kemudian,Arvan melajukan mobilnya melintasi padatnya jalanan ibu kota. Disebelahnya Amanda duduk dengan penuh senyuman sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membesar. Perut dan tubuh Amanda terlihat semakin berisi semenjak hamil. Kandungan Amanda sudah menginjak usia delapan bulan dan sedang senang dengan pergerakan bayi di dalam perutnya. Amanda sempat mengeluh akan beratnya tapi Arvan malah memarahinya. Baginya Amanda semakin cantik dan seksi dengan tubuhnya sekarang.Arvan tersenyum sambil mengingat saat pertama kali Amanda merasakan gerakan di perutnya. Saat itu Arvan sedang tidur pulas. Amanda yang terbangun karena kaget langsung membangunkan Arvan dan mengatakan apa yang dirasakannya. Karena terlalu bahagia dan penasaran selama hampir dua jam Arvan menunggu pergerakan bayinya lagi dan menghalangi Amanda untuk tidur namun bayi didalam perut Amanda tidak mau bergerak. Amanda bahkan sedikit kesal karena tidak bisa tidur dengan nyenyak.Keesokkan harinya karena r
"Arvan Sialan,, pria brengsek,," teriakan Siska membuat langkah Arvan terhenti. Arvan membalikkan badannya mendapati Siska yang sedang dikawal beberapa orang pria dengan tangannya mengarah ke depan dan ditutupi sebuah jaket. Arvan menduga tangan Siska tengah di borgol. Entah apa yang dia lakukan sehingga polisi memasangkan borgol padanya. Arvan tidak menyangka akan melihat Siska setelah dengan sengaja Arvan menjauhi Siska. Beberapa kali Siska sempat menghubunginya setelah kejadian itu, tapi Arvan yang saat itu sedang fokus pada kesembuhan Amanda tidak menggubrisnya sedikitpun. Lagipula keputusan Arvan sudah final untuk membuat Siska jera dengan melaporkannya ke polisi. "Arvan,, bajingan,, dia yang seharusnya ditangkap pak polisi.. bukan aku. aku ini korbannya," teriak Siska meminta agar polisi menahan Arvan bukan dirinya. Arvan berusaha tidak mengubris perkataan Siska. "Pak polisi, pria itu penjahat kelamin. Dia menjerat wanita untuk menjadi budak seksnya. Dia meniduri wanita yang
Arvan menepati perkataannya. Setelah Amanda dinyatakan sehat dan boleh pulang, Arvan segera menghubungi pengacaranya. Menjelaskan secara detail kronologi kejadian di rumah Siska. Dia juga membeberkan alasannya hingga dia pergi ke rumah Siska dengan penuh amarah. Arvan membeberkannya dengan sangat detail. Tidak lupa juga dia menanyakan pada pengacaranya mengenai kemungkinan pengajuan perkara ke pengadilan dan seberapa besar kemungkinan dirinya akan menang dalam sidang. Pengacaranya mengatakan bahwa perkara tersebut dapat terkategori penguntitan hingga pembunuhan berencana dengan masa hukuman yang tidak sebentar. Mendengar hal itu Arvan merasa sedikit lega. Arvan sebenarnya enggan berurusan dengan polisi dan persidangan. Karena dia menyadari, akan butuh waktu beberapa bulan menjalani berbagai sidang sebelum akhirnya status tersangka bisa diberikan kepada Siska. Bila bukan karena masalah yang terjadi sudah mengancam keselamatan keluarga kecilnya, Arvan mungkin akan melupakannya. Namun k
"Permisi.. ibu Amanda?" Seorang perawat masuk membuat Amanda menghapus air matanya."Iya benar," ucap Arvan"Dokter akan melakukan pemeriksaan Bu," ucap perawat itu diikuti seorang dokter wanita yang menggunakan snelli dan stetoskop di lehernya ikut masuk bersamanya.Arvan melepas pelukannya dan duduk disamping istrinya.Pemeriksaan segera dilakukan. Perawat membantu memeriksa tekanan darah sedangkan dokter memberikan beberapa pertanyaan sambil memperhatikan lembaran berisi anamnesa. Tidak beberapa lama, perawat mengeluarkan sebuah alat dengan layar kecil dan benda pipih yang terhubung dengan kabel.Arvan memperhatikan dengan seksama saat perawat meletakkan gel pada benda pipih tersebut dan memberikannya kepada dokter wanita itu.“Bisa diangkat sedikit pakaiannya bu, kita akan melakukan pemeriksaan sebentar,” ucap dokter itu ramah.Dengan patuh Amanda mengangkat pakaiannya dan menampilkan kulit putih dari perut Amanda yang sedikit membuncit. Dokter meletakkan benda pipih itu dan mulai
Arvan sedang duduk termenung dengan kondisi yang sangat kacau. Rambutnya terlihat berantakan. Lengan bajunya dilumuri darah. Dia berada di sebuah tempat yang ramai dengan orang berlalu lalang. beberapa mengenakan baju putih khas rumah sakit. Dia memang sedang berada di unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit. Arvan hanya bisa menerawang seakan pikirannya tersedot mundur beberapa jam yang lalu. Pikirannya seolah memutar dengan cepat kejadian yang terjadi di apartemen Siska beberapa jam yang lalu. Arvan dihinggapi perasaan bersalah. Dia tidak akan bisa memaafkan dirinya bila sesuatu hal buruk terjadi. Arvan hanya menatap kosong pada sebuah pintu. Teriakan dan isak tangis dari beberapa orang yang melewatinya sama sekali tidak menyadarkannya. Arvan seolah terhisap dalam pikirannya sendiri."Kerabat ibu Amanda," ucap seseorang menyebut nama Amanda.Saat itu juga Arvan seolah tersadar dan segera menghampiri sumber suara.“Bagaimana kondisi istri saya?” Tanya Arvan cepat."Bapak bisa ke loket
Siska sedang melakukan perawatan pada kuku kukunya. Hanya perawatan sederhana sebelum dia mengatur jadwal untuk melakukan treatment di salon kecantikan favoritnya. Dia hanya diam di apartemennya dengan menggunakan hot pants dan baju kaos longgar yang membuat salah satu pundaknya terlihat. Setelah hubungannya dengan Arvan berakhir, weekendnya menjadi membosankan. Dia benar-benar memanfaatkan weekend untuk beristirahat dan memanjakan tubuhnya karena selama weekday dia sungguh sangat sibuk.Bos barunya adalah seorang pria tua yang menyebalkan. Semua pekerjaan dilimpahkan pada dirinya. Dia hanya duduk santai. Sesekali memberikan tanda tangan bila diperlukan tapi pengecekan dan evaluasi laporan semua diserahkan pada Siska. Dia sampai seringkali telat makan siang karena pekerjaan yang menumpuk. Sangat bertolak belakang dengan Arvan yang tampan dan berotot juga berotak. Siska merindukan tangan kekar Arvan ketika memeluknya.Siska merasa hidupnya sungguh menyebalkan karena bila bersama Arvan
“Hari ini kita akan pulang, Berjanjilah untuk lebih berhati-hati mulai sekarang,” ucap Arvan saat mengemasi barang-barang Amanda di rumah sakit. Amanda memonyongkan bibirnya tidak terima disalahkan Arvan. Kemarin dia berkali-kali mengatakan tidak ingin dirawat, tapi Arvan bersikeras. Ternyata dia benar, Dokter mengatakan tidak ada masalah. Dirinya dan kandungannya baik-baik saja.“Aku sudah bilang baik-baik saja, Mas Arvan saja yang tidak percaya,” bela Amanda. Karena sejujurnya berada dirumah sakit juga membuatnya merasa sangat suntuk.“Kamu kemarin jatuh, dan itu berbahaya. tentu aku harus memastikannya dengan pemeriksaan dokter,” ucap Arvan tidak mau kalah.“Iya baiklah.. Aku akan berhati-hati mulai sekarang,” jawab Amanda akhirnya. tidak ingin memulai perkelahian di antara mereka hanya karena masalah kecil.Mereka lalu keluar dari kamar rawat inap setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Dua kali berada dalam klinik perawatan dalam satu minggu membuat Amanda berdoa da