21+"Berhenti berlagak seperti gadis lugu, seolah aku tidak tahu kalau kamu juga menginginkannya," ucap Arvan sangat pelan namun tajam dan terdengar dingin.Mata Amanda melotot dan tubuhnya tiba-tiba menggeliat lalu Arvan kembali menciumnya. Hal itu karena salah satu tangan Arvan sudah menyelinap diantara kedua paha Amanda dan mulai bermain disana. Amanda masih berusaha berontak walaupun dia merasa tubuh dan pikirannya sungguh sudah mempermainkannya. Pikirannya berusaha memberontak tetapi tubuhnya seakan menikmati sentuhan mendadak Arvan pada bagian sensitifnya. Bagian inti dirinya bahkan sudah basah dan tidak dapat menolak sentuhan itu.Pemberontakan Amanda semakin berkurang seiring dengan pikirannya yang mulai keluar dari otaknya. Selanjutnya hanya suara desahan yang keluar dari mulut Amanda yang masih menyatu dengan bibir Arvan. Amanda membalas ciuman Arvan tanpa ragu. Dia bahkan tidak peduli bagaimana Arvan memperlakukannya, dia sudah terhipnotis sepenuhnya.Ciuman mereka yang sam
Arvan membelah jalanan kota Jakarta tanpa tujuan yang pasti. Dia mengendarai mobilnya hanya berkeliling kota sambil merasakan angin malam yang menusuk hingga ke tulang. Tujuannya saat ini hanya satu. Menghindari apartemennya sendiri. Bukan karena dia tidak ingin berada disana tapi karena dia tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi bila dirinya tetap berada disana. Terkurung bersama wanita yang begitu dia benci namun begitu ingin dia miliki.Arvan sadar semua adalah ulahnya. Seharusnya dirinya tidak memulai sesuatu yang akhirnya dia sesali. Seharusnya dia tidak memiliki ide gila dengan mengikat Amanda dan memprovokasinya. Sudah cukup dia terlihat seperti pencuri yang mengendap masuk ke dalam kamar Amanda. Sekarang dia bertingkah seperti maniak seks yang suka bermain kasar pada objek seksualnya. Arvan mengacak rambutnya beberapa kali karena merasa frustasi.Masih jelas di ingatan Arvan bibir tipis Amanda yang terlihat sedikit bengkak akibat ciumannya. Bagaimana desahan gadis itu terde
Setelah kejadian malam itu, baik Amanda ataupun Arvan terlihat menjaga jarak diantara mereka. Walaupun masih merasa was-was, Amanda berusaha tetap bersikap sebagai tamu yang baik. Dia menyiapkan sarapan untuk Arvan. Sebagai seseorang yang menumpang tinggal setidaknya saat ini hanya itu yang bisa dia lakukan untuk Arvan.Begitu Arvan bersiap berangkat kerja, Amanda akan berlari menuju kamarnya dan menutupnya. Ada perasaan malu bercampur canggung bertemu Arvan setiap pagi. Bagi Amanda lebih baik menghindarinya sebelum pernikahan mereka berlangsung.Justru ketika mereka sudah tinggal satu atap ia dan Arvan jarang bertemu. Setiap pagi Arvan hanya akan mencicipi sarapannya kemudian berangkat bekerja dan pulang hampir larut malam. Amanda sangat terkejut melihat rutinitas kerja Arvan. Entah karena Arvan juga berusaha menghindarinya atau memang pria itu sangat sibuk hingga selalu pulang larut malam. Hampir setiap malam Amanda menunggu Arvan pulang hanya untuk memastikan apa pria itu sudah ma
Acara pernikahan dilakukan di aula sebuah hotel berbintang dengan dekorasi warna putih yang lebih dominan. Di altar pernikahan kedua mempelai sudah berdiri menyalami beberapa tamu undangan yang hadir. Orang tua Arvan juga ada disana, dan untuk orang tua Amanda diwakilkan oleh kerabat Arvan karena semua tahu bahwa Amanda hanya seorang yatim piatu. Semua yang ada di atas Altar terlihat begitu bahagia dengan senyum yang mengembang di wajah mereka. Tamu yang hadir tidak terlalu banyak, hanya kolega bisnis Arvan dan kerabat Arvan. Serta beberapa staf perusahaan yang turut hadir. Mereka tidak menyangka bahwa penjaga toko di salah satu gerai mereka akan menikahi boss besar mereka. Selama ini mereka berpikir sekretaris pribadi Arvan yang akan menjadi nyonya besar. Perjalanan cinta boss mereka sungguh diluar dugaan “Bro,, selamat berbahagia yah, cepat buat Arvan junior yang banyak," ucap Johan dengan seringai menggoda ketika menyalami Arvan bersama Tasya yang ada disebelahnya. “Brengsek lo,"
21+Arvan menyeret Amanda untuk mengikutinya ke sebuah kamar hotel yang akan menjadi kamar pengantin mereka. Dia masih kesal karena Amanda tidak mengenali Harris Jayadi sedangkan Harris sebaliknya. Apa sebenarnya yang tidak diketahuinya dari hubungan antara tunangannya atau lebih tepatnya istrinya dengan rivalnya itu. Arvan harus menemukan jawabannya malam ini. Mungkin dengan sedikit bersenang-senang.Arvan menarik Amanda masuk ke kamar mereka dan mengunci pintu kamar hotel tersebut lalu mendorong Amanda ke tembok menyudutkannya dan memperkecil jarak diantara mereka."Jelaskan,, bagaimana bisa kau melupakan wajah orang yang sudah membayarmu," tanya Arvan kesal.Amanda yang masih menggunakan gaun pernikahan mereka terkejut dengan perlakuan kasar Arvan. "Aku sungguh tidak mengerti Arvan," balas Amanda.Arvan menghela nafasnya kasar. "Jujurlah padaku.. kalau bukan Harris Jayadi, siapa orang yang berhasil membelimu tiga tahun yang lalu," ucap Arvan sambil menahan emosinya. Dipandanginya Am
Arvan sedang duduk di sofa hotel dengan dua cangkir berisi kopi hitam dan sepiring roti bakar yang dia pesan lewat layanan hotel. Dia tidak berhenti menatap Amanda yang sedang tidur dengan lelap dan hanya ditutupi selimut. Perasaannya masih tidak karuan bila kembali mengingat kejadian yang mereka lalui semalam.Bukan hal baru bagi Arvan meniduri seorang wanita, dia cukup berpengalaman dalam hal itu. Tapi semalam dia meniduri seorang gadis. Gadis yang melepaskan keperawanannya karena sebuah kontrak yang dia buat. Gadis yang entah masih memiliki perasaan padanya atau tidak. Dan gadis itu adalah gadis sama yang menghancurkan mimpi dan kepercayaannya.Arvan mengepalkan tangannya erat. Sejujurnya dia tidak tahan melihat Amanda yang tidur terlelap begitu. Ingin rasanya dia menyibakkan selimut yang menutupi tubuh indah Amanda dan membuat Amanda meneriakkan kembali namanya seperti semalam. Dia berusaha keras menahan keinginannya untuk menyentuh Amanda.Tadi pagi ketika Arvan bangun dan menemuk
Amanda memperhatikan isi lemari pendingon di apartemen Arvan dengan seksama. Dia sedang bingung memutuskan akan memasak apa. Setelah lama memperhatikan isi lemari pendingin itu dia akhirnya mengambil beberapa jenis sayuran. Sepertinya dia akan membuat tumis dan menggoreng beberapa lauk saja. Dia ingat ketika pertama kali tinggal di apartemen ini dan membuka kulkas dia tidak menemukan apapun yang bisa dimasak. Hanya ada air mineral dan beberapa botol suplemen badan. Amanda sampai geleng kepala melihatnya. Tapi semenjak dia mengeluh akan kondisi itu yang akhirnya membuat Arvan menyempatkan diri untuk berbelanja, lemari pendingin itu mulai sedikit terisi. setidaknya dia tidak akan mati kelaparan bila Arvan bekerja hingga larut. Mengingat hal itu membuat Amanda tersenyum.Hari sudah menjelang malam, Arvan sudah meninggalkan apartemen sejak siang tadi. Dia benar-benar hanya mengantar Amanda ke apartemen kemudian mengambil beberapa barang di kamarnya dan keluar. Sepertinya pertemuan dengan
“kau sudah pulang mas, mau mandi setelah itu kita makan malam," ucap Amanda dengan tersenyum sambil mengambil tas yang ada di tangan Arvan.Arvan terkejut mendengar Amanda memanggilnya dengan sebutan “Mas”. Ini pertama kalinya arvan mendengar panggilan itu, biasanya Amanda hanya akan memanggil namanya. Panggilan yang membuat hatinya sedikit terlonjak senang. Walaupun berusaha dipungkirinya. Dia melepaskan sepatunya dan menatap Amanda yang saat itu hanya mengenakan baju kaos dan celana panjang dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Arvan melonggarkan dasi yang dia kenakan dengan kasar. “Aku hanya akan mandi dan tidur. Kamu makanlah sendiri”, ucap Arvan sambil berlalu meninggalkan Amanda menuju kamarnya.“kamu tidak akan makan bersamaku?” Tanya Amanda membuat langkah Arvan terhenti.Arvan memicingkan mata. Memangnya dia pernah berjanji mereka akan makan bersama setelah resmi menikah. Bukankah selama ini juga Amanda terbiasa makan tanpa dirinya. Meskipun lelah, Arvan berusaha tidak terpa