Sore itu Arvan datang mengunjungi rumah Amanda. Dia ingin membicarakan tentang pernikahan mereka yang tinggal seminggu lagi. Walaupun semuanya sudah diatur pihak wedding organizer tetap saja dia merasa perlu menanyakan pendapat Amanda walaupun wanita itu hanya akan mengangguk menyetujui apa saja yang disarankan WO. Terkadang Arvan merasa kesal dengan sikap pasrah wanita itu.Arvan mendapati rumah kontrakan Amanda dalam kondisi terkunci, dia kemudian mencoba menghubungi Amanda dan tidak dijawab. Setelah menunggu hampir satu jam Arvan merasa kesal karena Amanda tidak juga menjawab panggilannya. Dia akhirnya memutuskan untuk menemui ibu kontrakan Amanda dan menyatakan maksudnya bahwa dia akan menunggu Amanda di dalam rumahnya bila ibu kontrakannya mengizinkan. Melihat penampilan Arvan yang memukau ibu kontrakan Amanda tanpa menolak memberikan duplikat kunci rumah kontrakan Amanda.Arvan masuk ke dalam rumah Amanda dan memperhatikan kondisi di dalam rumah kontrakan Amanda. Melihat tunanga
Arvan mendorong koper besar Amanda dengan sebelah tangannya dan sebelah tangannya yang lain menggenggam pergelangan Amanda dengan kasar dan memastikan wanita itu mengikutinya hingga ke Apartemen milik Arvan. Tempat yang akan menjadi tempat tinggal mereka berdua setelah menikah. Amanda sudah bersikeras bahwa dia tidak akan kemana-mana. Jadi Arvan tidak perlu menyeretnya seperti pencuri tetapi Arvan yang terlanjur kesal dan sakit hati sudah tidak mempercayai ucapan Amanda. Bahkan Arvan sudah bersekongkol dengan ibu kontrakan Amanda untuk mengusirnya malam itu juga. Tentu saja Arvan sudah menyuapnya dengan memberikan sejumlah uang kepada ibu kontrakan Amanda. Ibu kontrakannya mengatakan berbagai macam alasan agar Amanda segera angkat kaki dari rumah kontrakan itu.Amanda tidak memiliki pilihan selain ikut dengan Arvan. Setelah pertengkaran yang cukup memusingkan Arvan berjanji tidak akan menyentuhnya bahkan seujung rambut hanya karena mereka tinggal serumah. Arvan bahkan mengatakan kalau
21+Arvan menatap tanpa berkedip sosok yang tertidur dengan lelap di kamar tamu apartemennya. Pencahayaan di dalam kamar remang, hanya lampu tidur yang menyinari ruang tidur yang cukup luas itu. Karena pemilik kamar sepertinya tidak suka tidur dalam terang.Arvan berdiri mematung di balik pintu setelah membuka pintu kamar yang ditempati Amanda dengan hati-hati agar gadis itu tidak terbangun. Dirinya sudah seperti maling yang mengendap-endap masuk demi mencuri sesuatu padahal dia hanya ingin melihat Amanda tidur. Setidaknya itulah yang dia lakukan dua hari ini.Bukan salahnya. Dia sudah memperingatkan Amanda untuk mengunci dengan baik pintu kamarnya jika tidak ingin Arvan masuk. Salah sendiri Amanda hanya mengunci pintunya dan tidak memasang grendel slot yang ada di pintunya. Apa dia berpikir, Arvan hanya akan memberikannya tempat tidur tanpa berusaha mencari kesempatan untuk masuk atau gadis ini sengaja menguji. Entahlah. Yang jelas berawal dari keisengannya ingin memastikan bahwa Ama
21+"Berhenti berlagak seperti gadis lugu, seolah aku tidak tahu kalau kamu juga menginginkannya," ucap Arvan sangat pelan namun tajam dan terdengar dingin.Mata Amanda melotot dan tubuhnya tiba-tiba menggeliat lalu Arvan kembali menciumnya. Hal itu karena salah satu tangan Arvan sudah menyelinap diantara kedua paha Amanda dan mulai bermain disana. Amanda masih berusaha berontak walaupun dia merasa tubuh dan pikirannya sungguh sudah mempermainkannya. Pikirannya berusaha memberontak tetapi tubuhnya seakan menikmati sentuhan mendadak Arvan pada bagian sensitifnya. Bagian inti dirinya bahkan sudah basah dan tidak dapat menolak sentuhan itu.Pemberontakan Amanda semakin berkurang seiring dengan pikirannya yang mulai keluar dari otaknya. Selanjutnya hanya suara desahan yang keluar dari mulut Amanda yang masih menyatu dengan bibir Arvan. Amanda membalas ciuman Arvan tanpa ragu. Dia bahkan tidak peduli bagaimana Arvan memperlakukannya, dia sudah terhipnotis sepenuhnya.Ciuman mereka yang sam
Arvan membelah jalanan kota Jakarta tanpa tujuan yang pasti. Dia mengendarai mobilnya hanya berkeliling kota sambil merasakan angin malam yang menusuk hingga ke tulang. Tujuannya saat ini hanya satu. Menghindari apartemennya sendiri. Bukan karena dia tidak ingin berada disana tapi karena dia tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi bila dirinya tetap berada disana. Terkurung bersama wanita yang begitu dia benci namun begitu ingin dia miliki.Arvan sadar semua adalah ulahnya. Seharusnya dirinya tidak memulai sesuatu yang akhirnya dia sesali. Seharusnya dia tidak memiliki ide gila dengan mengikat Amanda dan memprovokasinya. Sudah cukup dia terlihat seperti pencuri yang mengendap masuk ke dalam kamar Amanda. Sekarang dia bertingkah seperti maniak seks yang suka bermain kasar pada objek seksualnya. Arvan mengacak rambutnya beberapa kali karena merasa frustasi.Masih jelas di ingatan Arvan bibir tipis Amanda yang terlihat sedikit bengkak akibat ciumannya. Bagaimana desahan gadis itu terde
Setelah kejadian malam itu, baik Amanda ataupun Arvan terlihat menjaga jarak diantara mereka. Walaupun masih merasa was-was, Amanda berusaha tetap bersikap sebagai tamu yang baik. Dia menyiapkan sarapan untuk Arvan. Sebagai seseorang yang menumpang tinggal setidaknya saat ini hanya itu yang bisa dia lakukan untuk Arvan.Begitu Arvan bersiap berangkat kerja, Amanda akan berlari menuju kamarnya dan menutupnya. Ada perasaan malu bercampur canggung bertemu Arvan setiap pagi. Bagi Amanda lebih baik menghindarinya sebelum pernikahan mereka berlangsung.Justru ketika mereka sudah tinggal satu atap ia dan Arvan jarang bertemu. Setiap pagi Arvan hanya akan mencicipi sarapannya kemudian berangkat bekerja dan pulang hampir larut malam. Amanda sangat terkejut melihat rutinitas kerja Arvan. Entah karena Arvan juga berusaha menghindarinya atau memang pria itu sangat sibuk hingga selalu pulang larut malam. Hampir setiap malam Amanda menunggu Arvan pulang hanya untuk memastikan apa pria itu sudah ma
Acara pernikahan dilakukan di aula sebuah hotel berbintang dengan dekorasi warna putih yang lebih dominan. Di altar pernikahan kedua mempelai sudah berdiri menyalami beberapa tamu undangan yang hadir. Orang tua Arvan juga ada disana, dan untuk orang tua Amanda diwakilkan oleh kerabat Arvan karena semua tahu bahwa Amanda hanya seorang yatim piatu. Semua yang ada di atas Altar terlihat begitu bahagia dengan senyum yang mengembang di wajah mereka. Tamu yang hadir tidak terlalu banyak, hanya kolega bisnis Arvan dan kerabat Arvan. Serta beberapa staf perusahaan yang turut hadir. Mereka tidak menyangka bahwa penjaga toko di salah satu gerai mereka akan menikahi boss besar mereka. Selama ini mereka berpikir sekretaris pribadi Arvan yang akan menjadi nyonya besar. Perjalanan cinta boss mereka sungguh diluar dugaan “Bro,, selamat berbahagia yah, cepat buat Arvan junior yang banyak," ucap Johan dengan seringai menggoda ketika menyalami Arvan bersama Tasya yang ada disebelahnya. “Brengsek lo,"
21+Arvan menyeret Amanda untuk mengikutinya ke sebuah kamar hotel yang akan menjadi kamar pengantin mereka. Dia masih kesal karena Amanda tidak mengenali Harris Jayadi sedangkan Harris sebaliknya. Apa sebenarnya yang tidak diketahuinya dari hubungan antara tunangannya atau lebih tepatnya istrinya dengan rivalnya itu. Arvan harus menemukan jawabannya malam ini. Mungkin dengan sedikit bersenang-senang.Arvan menarik Amanda masuk ke kamar mereka dan mengunci pintu kamar hotel tersebut lalu mendorong Amanda ke tembok menyudutkannya dan memperkecil jarak diantara mereka."Jelaskan,, bagaimana bisa kau melupakan wajah orang yang sudah membayarmu," tanya Arvan kesal.Amanda yang masih menggunakan gaun pernikahan mereka terkejut dengan perlakuan kasar Arvan. "Aku sungguh tidak mengerti Arvan," balas Amanda.Arvan menghela nafasnya kasar. "Jujurlah padaku.. kalau bukan Harris Jayadi, siapa orang yang berhasil membelimu tiga tahun yang lalu," ucap Arvan sambil menahan emosinya. Dipandanginya Am