Aku berjalan gontai ke kamarku setelah perdebatan panjangku dengan kedua orang tuaku, aku memasuki kamar yang biasa ku tempati dengan Khumairah dan saat aku masuk aku tak mendapati dia, seperti yang dia katakan bahwa malam ini dan seterusnya dia akan tidur di ruang tamu sampai semuanya jelas.
Aku merebahkan tubuh ku yang lelah bukan hanya tubuhku tapi juga hatiku dan perasaanku, aku bimbang dengan semuanya tapi aku harus bertanggungjawab dengan semua perbuatanku dan anak itu tidak bersalah sama sekali. jika aku mengatakan dan memberi pengertian Khumairah sendiri mungkin dia akan mempertimbangkan nya tapi Hana datang merusak segalanya. Aku menutup mataku bersiap dengan semua hal terburuk nantinya, aku akan berusaha keras karena ini akan mempertaruhkan pernikahan ku dan nasib ketiga anakku. Pagi menjelang aku tak lupa untuk menunaikan sholat shubuh yang seharusnya berjamaah dengan Khumairah seperti yang kami lakukan seperti biasa tapi kali ini dia bahkan tak membangunkan ku untuk sholat subuh seperti biasa. Setelah menunaikan kewajiban ku aku keluar dari kamar menyusuri rumah untuk mencari keberadaan istriku. Ternyata dia berada di dapur untuk menyiapkan sarapan seperti biasa hanya saja sejak kemaren sore dia diam seribu bahasa tanpa melalaikan kewajibannya. "Dek, kenapa kamu tidak membangunkan ku??". Tanyaku dengan sendu. Dia menghentikan aktivitasnya sejenak dan melihatku dengan tatapan datar, tak ada lagi tatapan hangat yang dia berikan sejak insiden kemaren. Dia tidak menjawab pertanyaan ku dan kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya tanpa memperdulikan ku, Aku hanya bisa menghela nafas panjang mencoba mengerti karena bagaimanapun ini semua kesalahanku. Aku melangkahkan kakiku untuk melihat kedua buah hatiku, ternyata mereka ada disebelah Umminya, Aku menggendong putraku bergantian dengan putriku. Istriku bahkan tak melirik ku sama sekali "Dek, apa kah kamu akan ikut kerumah sakit?? Tanyaku memulai percakapan. " Tidak, aku ada urusan". Jawabnya singkat. "Aku antar kamu ya?? ". Tanyaku penuh harap. " Tidak perlu, aku pergi bersama beberapa teman!!". Jawabnya ketus. "Kabari aku ya kalau kamu sampai?? ". tanyaku melas " Ya".jawaban sangat singkat "Jangan seperti ini dek, aku masih suamimu". Uacoku miliar tersulut emosi karena jawaban ketus darinya " Itu benar, kakak masih suamiku lalu??".Tanyanya dengan menantang "Sikapmu sangat tidak pantas ditunjukkan kepada suami yang seperti ini!!". Ucapku berteriak karena mulai emosi Dia mengangkat alisnya menatapku dengan tatapan seakan mengejek dan menghina. " Aku hanya bersikap sesuai dengan apa yang dilakukan, setelah hasilnya keluar barulah kita akan membahasnya. karena aku tak akan dan tak mau dimadu, apapun alasannya". Ucap Istriku "Bukankah kamu paham dengan agama?? Tanyaku berang. " Tentu, dan aku memiliki alasan yang dibenarkan syariat". tantangnya "Berpoligami di Sunnah kan bukan dan balasannya surga untukmu". Tanyaku lagi. Dia menatapku dengan tatapan seolah-olah mengejek ku " Berpoligami yang akan kakak lakukan itu tidak berdasar. Poligami tidak sesederhana apa yang dikatakan oleh orang lain dan memang kakak pikir kakak mampu??". Tanya Khumairah jengkel. "Apa maksudmu mengatakan seperti itu!!". Ucapku terpancing emosi kembali. " Poligami itu banyak memiliki syarat salah satunya jika istri tidak mampu mengurus suaminya dalam 3 hal, dan aku memenuhi semua. yang kedua apabila lelaki yang ingin berpoligami itu dapat adil dalam segala hal, sekarang aku tanya kakak mampu??". Tanya Khumairah dengan tawa sinis. "Menjaga hati perempuan itu sangat sulit karena dia seperti kaca yang sangat gampang pecah. jika tidak mampu memenuhi kriteria berpoligami diwajibkan memiliki satu istri saja!!". Terbagi Khumairah menggelengkan kepalanya tak habis pikir. " Tapi bagaimana dengan anak itu seandainya dia anakku".Aku tak mungkin melepaskan tanggungjawab ku begitu saja!!". Ucapku dengan putus asa. "Menurut agama anak hasil Zina tidak bisa bernasab dengan ayahnya beserta keturunannya. Segala Hal anak itu hanya akan berkaitan dengan ibunya berbeda dengan negara jika ingin mendapatkan identitasnya kalian memang harus menikah. Terang Khumairah. " Maka dari itu Khumairah, tolong izinkan aku agar anak itu memiliki status yang jelas di negara, anak itu tidak bersalah sama sekali dia juga berhak mendapatkan haknya sebagai seorang anak". Jika memang benar dia anakku aku tidak mungkin membiarkannya tidak memiliki kehidupan seperti anak lain!!". "Maaf jika terkesan egois tapi kamu juga adalah seorang orang tua bagaimana seandainya anak kita mengalami hal itu". Tanyaku mencoba memberikan gambaran. Khumairah tersenyum kecil dan memandang ku dengan tatapan entahlah apa itu. "Itu tidak akan pernah terjadi karena insya allah anak-anakku dibuat dengan cara yang halal dan sesuai anjuran dalam agama. keberadaan anakku sah secara hukum dan negara",. " Kakak orang yang sangat pintar pasti sangat tau jika aku tak mengizinkan maka anak itu tidak akan bisa mendapatkan akta kelahirannya. karena kakak adalah suami sah dariku dan tidak dibenarkan suami menikah kembali tanpa sepengetahuan dan izin dari istrinya. Pernikahan kalian bisa dikenakan pasal Perzinahan!!". Khumairah berbicara sangat tajam dan sinis "Khumairah aku tidak menyangka ternyata inilah sifat aslimu. Ucapku tak percaya dengan apa yang kudengar. " Aku hanya memberitahu sesuai dengan pengetahuan agama yang kupunya. Suami yang menikah dengan perempuan lain dan tidak sesuai dengan hukum poligami itu adalah zolim". "Dan sebagai istri kami diperbolehkan untuk menolak dipoligami". " Bagaimana dengan anak itu!!". Astaga!!". Ucapku frustasi mengacak rambutku kasar. " Kalau seperti itu pilihlah salah satu jika kakak tetap melanjutkannya maka maaf aku mundur dari pernikahan ini". Khumairah berucap menatapku mantap "Aku tak akan melepaskanmu Khumairah, kedua anak kita membutuhkan kita berdua". Ucapku menolaknya mentah-mentah. Khumairah menatapku dengan tajam " baiklah aku akan mengizinkannya tapi kita akan melakukan perjanjian hitam diatas putih jika satu saja persyaratan kakak langgar maka aku minta dengan kesukarelaan kakak untuk melepaskan ku, bagaimana??".Tantang Khumairah kepada suaminya "Baiklah apapun itu, aku akan melakukannya".Aku tak ingin kehilangan siapapun!!". Ucapku dengan yakin tapi penuh keraguan dalam hati " Itu tak akan mudah kak akan kupastikan kalau apa yang kukatakan tentang poligami itu benar!!". Ucap Khumairah jengkel "Khumairah jangan seperti itu!! bentakku jengah dengan pembangkangannnya sejak tadi " Maka kita lihat sampai mana kakak mampu dan aku harap kesepakatan itu benar-benar mengikat hitam diatas putih dan aku mau dilakukan di hadapan notaris" . Bagaimana??". tantang Khumairah "Baiklah aku setuju".Ucapku dengan yakin " Baiklah aku harap kakak tidak akan menyesal!!".. Seringai Khumairah dapat kuliat jelas. "Apa maksudmu Khumairah kamu merencanakan sesuatu??". Tanyaku dengan penuh selidik " Aku hanya mengamankan yang menjadi hakku dan anakku kelak". Aku menghindikkan bahuku "Apa maksudmu Khumairah?? Tanyaku berang " Kedua anakku dan seterusnya adalah anak mutlak sedangkan anak kakak yang sekarang itu anak yang tak bisa mengikuti nasab kakak apalagi itu berurusan dengan harta benda dia tak ada hak dan tak boleh menghalangi Apapun karena anakku adalah anak sah. kecuali jika setelah kalian menikah dan kalian punya anak lagi tapi aku yakin sebelum kalian punya anak lagi kita tidak akan bersama!!". . Senyum tipis ia perlihatkan tanda akan menang "Apa maksudmu??". tanyaku dengan kening mengkerut tanda tak mengerti. " Aku tidak yakin kalau kakak menjadi cukup adil dari segi apapun mungkin dari segi finansial iya, tapi masalah lainnya kita lihat saja siapa yang akan menang akhirnya!!". Dengan senyuman tipis "ini bukan permainan Khumairah, apa kamu sebegitu egoisnya!!". Mengacak rambutku kasar jengah dengan sikapnya yang keterlaluan itu. "Aku hanya belajar dari kakak saja!!". hanya ingin dimengerti dan dipahami tapi lupa kalau tidak semua orang akan memahami itu!!". Dan satu lagi dalam rumah tangga tidak hanya satu pendapat tapi semuanya harus ikut dan aku tidak akan menyetujui perempuan itu terlibat apapun itu!! ".Aku memandang Khumairah berjalan menjahuiku setelah membanting gelas. Aku tak menyangka jika dia berubah menjadi sangat kasar dan penuh amarah seperti ini. Aku hanya bisa memandang nanar bagaimana dia bersikap sekarang, tak ada lagi kelembutan apalagi sikap hangat yang ada hanya sikap ketus walau dia masih menjalankan kewajibannya sehari-hari. Drt.. drt.. suara seringan telpon mengganggu lamunan Arman. "Hallo Assalamualaikum??". " Maaf ini siapa ya???". Tanyaku penasaran. Karena yang menelpon tertera nomor baru yang tidak kukenal. " Waalaikumsalam, dengan pak Arman??". Tanya dari pihak seberang. "Iya benar saya sendiri, maaf ini siapa ya pak ???". tanyaku dengan penasaran " Kami dari pihak rumah sakit Ibnu Sina pak, kami ingin menyampaikan kalau hasilnya sudah bisa dicek sekarang. Bisaka anda datang mengambil hasil lab??". ucapan seberang membuatku tersentak "Hasil lab??". loe bukannya hasilnya nanti ya pak??". Tanyaku kebingungan " Benar pak kebetulan hasilnya ke
Maafkan aku kak karena memperlakukan kakak seperti ini tapi aku harus terbiasa mulai dari sekarang karena aku tau aku belum ada di hatimu selama ini. curahan Hati Khumairah. drt.. drt...Suara seringan telpon membuat langkah Khumairah terhenti. kemudian mengangkat telponnya. " Hallo Assalamualaikum". Khumairah mengucapkan salam. "Wa'alaikum salam Khumairah!!", Apakah kamu sedang sibuk??". Tanya Rani di seberang telpon. " Tidak juga. Aku sedang dirumah menjaga anakku. Ada kah yang bisa aku bantu ukhti???". Tanya Khumairah dengan penasaran. "Aku ingin memesan Nasi Kuning buatanmu, 1000 dos untuk jumat berkah, kira-kira kamu bisa??". Tanya Rani lagi dengan harap. " Jumat kapan ukhti??". Tanya Khumairah dengan antusias. karena mendapatkan orderan baru lagi. dan ini jumlah lumayan besar. "Pekan ini Khumairah, kamu bisa kan??". Tanya Rani penasaran sekaligus cemas. " Tentu saja aku bisa!!". Masih tau kan bagaimana prosedur pemesanannya??". Khumairah bertanya dengan s
"Arman tidak bisa ayah, kalian semua jangan keterlaluan!! ".Bentakku dengan Amarah meledak. " Baiklah tapi jangan harap kau bisa menikah resmi dengannya!!". Ayahku menjawab dengan tajam Aku mengalihkan pandanganku kepada Khumairah yang sejak tadi diam. Entah apa yang dia pikirkan sampai membuat perjanjian konyol ini. Aku tidak menyangkah dia bisa merinci perjanjian tidak masuk akal bagiku. "Khumairah jangan seperti ini!! kamu sudah merasakan bagaimana rasanya punya orangtua yang bahkan tidak bisa ada untukmu dan sekarang kamu melakukannya kepada anak itu??". Tanyaku dengan marah dan tatapan nyalang. Khumairah tersenyum simpul tapi aku tau kata-kata ku barusan membuatnya pasti terluka. karena mengungkit bagaimana perlakuan orangtua nya kepadanya. Dengan berlipat tangan Khumairah menatapku dengan tatapan penuh intimidasi. Tatapan yang tak pernah kuterima selama menikah dengannya. "Aku dengannya berbeda kak, begitupun dengan anakku!!". Bukan aku menghinanya, tapi jika dilah
Aku kembali ke kantor karena tadi aku izin terlambat kepada atasanku. kini pikiranku bercabang-cabang tidak tenang bahkan sampai sore pulang kantor seperti ini pun belum bisa membuat pikiranku tenang. drt.. drt.. Hana Is calling Aku yang melihat siapa yang menelpon itu langsung menghembuskan nafas kasar. Serasa sangat malas untuk meladeninya. "Hallo. Assalamualaikum". Ucapku dengan malas " Waalaikumsalam, Arman kamu dimana??". tanya Hana. "Dijalan menuju cafe tempat janjian, ada apa?? ". Tanyaku dengan dingin. Entahlah sejak mendengar percakapan rekaman tadi aku malas meladeni nya. cintaku padanya yang dulunya menggebu kini seakan terkikis tak bersisa. " Tidak ada, aku hanya memastikan pertemuan itu jadi atau tidak!!". Hana berucap kembali "Jadi kok!!". Khumairah juga akan datang beserta dengan keluargaku". Ya, aku menelpon kedua orang tuaku dan khumairah untuk datang membahas kelanjutan dari perjanjian itu. sekaligus mengurus pernikahan itu secepatnya. " Mak
Melihat suasana yang tiba-tiba tegang saat mendengar perkataan Arha tadi, aku berusaha mengalihkan pembicaraan. "Hana, ada yang akan kami bahas denganmu!!". Ucapku memandang Hana dengan tatapan membunuh. Bisa-bisanya dia mengajarkan yang tidak-tidak pada anakku. " Silahkan saja, memang membahas apa ya??". Tanya Hana dengan sikap angkuh seolah-olah apa yang barusan terjadi bukan apa-apa. "Tentang Arha dan pernikahan kita!!".Ucapku dingin masih diliputi amarah. " Oh.. Sudah ada keputusan ternyata!!". Baguslah kalau mau menepati janji!!". Ucapnya sambil mengibaskan rambutnya. Merasa menang karena akhirnya keinginannya menikah denganku terlaksana. Aku bisa melihat tatapan marah dan emosi dari raut kedua orang tuaku. Bunda mengambil surat perjanjian itu dan memberikannya kepada Hana. "Bacalah itu surat yang harus kamu tandatangani jika ingin pernikahan ini terlaksana!! ". Bunda memberikan surat perjanjian itu kepada Hana dengan kasar. Hana mengambil kertas tersebut kemu
Setelah perdebatan panjang didalam cafe, kami pulang kerumah dengan keputusan yang final. Aku akan menikah dengan Hana dengan resmi walau tak akan ada pesta seperti pernikahan ku dengan Khumairah. Sangat banyak drama menguras emosi sejak tadi, tak tau harus ku lampiaskan kepada siapa. sedangkan sejak pulang keluar dari cafe Khumairah diam seribu bahasa bahkan dia tak ingin pulang bersama ku. tapi setelah aku paksa barulah dia mau. "Apa yang sebenarnya kamu dan orangtuaku rencanakan Khumairah??".Tanyaku kepadanya saat kami dijalan menuju rumah. " Kami hanya melindungi seharusnya dilindungi".Ucap Khumairah dengan tenang "Apa maksudmu Khumairah??".Tanyaku penasaran. " Tidak da kok, nanti kakak akan tau sendiri apa tujuan kami melakukan semua ini".Ucap Khumairah mengindikkan bahunya tanda tidak peduli. Aku semakin penasaran apa sebenarnya yang dia lakukan bersama kedua orangtuaku karena perjanjian itu memang sangat tepat untuk orang berjaga-jaga.
Setelah menelpon aku kembali kekamar untuk istirahat bersama dengan kedua anakku. Dan mungkin setelah ini dan seterusnya akan tidur disini. Aku juga sudah memindahkan semua barangku kemar ini. Saat Aku sampai didepan pintu hendak masuk, Kak Arman memanggilku. "Khumairah!! ". Panggil kak Arman " hmm".. Aku hanya menjawab dengan deheman "Aku Pengen minta itu, ini malam jumat".Ucapnya tanpa malu. Aku berbalik memandangnya dengan tatapan sendu, artiku hanya sebatas penyalur hasrat biologis baginya ternyata. Aku hanya bisa tersenyum kecut, dan mengangguk karena bagaimanapun dia adalah suamiku dan aku wajib melayaninya. Ya malam ini kami bergumul dengan baik walau tak ada cinta, aku diam saja saat kak Arman menyentuh ku. Aku hanya menjalankan kewajibanku saja selebihnya aku tidak tidak perduli. "Khumairah, aku".. Ucapan kak Arman terbata melihatku menangis ketika pergerumulan halal itu selesai. " Sudah selesaikan?? Tanyaku sera
"Wa.. Parah itu bro kalau gitu, pantas aja ortu dan istri loe berubah gitu".Ucap Raihan lagi " Entahlah aku pusing harus melakukan apa. Apalagi aku akan menikah dengan Hana minggu depan".Ucapku menunduk lemas. "Apa?? teriaknya lagi. " Dasar pea, berisik tau ga!!. Orang pusing malah loe tambahin".Ucap Rama memukul kepala Reihan dengan jengkel. "Ya maaf bro, gue kan terkejut".Ucap Raihan mengelus kepalanya karena tabokan. "Jadi Istri dan keluarga loe mengizinkan loe nikah lagi?? Tanya Rama penasaran. Raihan juga memasang telinga dan wajahnya baik-baik untuk mendengarkan penjelasan sahabatnya ini. " Iya mereka mengizinkanku menikahi Hana, Hanya saja semuanya tera