Jam menunjukan hampir tengah malam, keadaan jalanan pun sudah sedikit sepi, hanya pedagang-pedagang gerobak yang menjajakan kuliner khas malam yang kelihatan sibuk melayani konsumennya. Dhila yang baru saja menyelesaikan syutingnya sedang dalam perjalanan pulang. Di dalam mobil yang dia tumpangi semua orang terdiam dan sibuk dengan ponselnya masing-masing
"Sayang kamu langsung istirahat ya, jangan lupa cuci muka dan langsung pake masker agar besok wajahmu fresh," ucap Bu Marta yang adalah ibu sekaligus manager Dhila memecah kesunyian.
"Memang Mama tidak langsung pulang?" tanya Dhila.
"Mama ada perlu dulu sebentar."
"Jangan bilang Mama mau pergi ke kasino lagi!" Suara Dhila agak meninggi.
"Hey! Sejak kapan kamu ngatur-ngatur Mama? Mama itu jenuh dan capek nungguin kamu syuting seharian, jadi wajar dong Mama butuh refresing dan me time sebentar," jawab Bu Marta santai.
"Kalau Mama yang hanya nunggu sambil duduk saja sudah cape apalagi Dhila yang kerjanya," ucap Dhila ketus.
"Makanya tadi Mama nyuruh kamu langsung istirahat kan!"
"Mam, Wanita cantik itu lahir setiap detik. Jadi lambat laun Dhila bakal tersisih oleh wajah-wajah baru yang lebih cantik dan fresh, kalau Mama terus-terusan berjudi dan berfoya-foya kerja keras Dhila selama ini akan terbuang percuma." Dhila menunduk dan membuang nafas berat.
"Sudahlah sayang! Bukankah dulu kamu bilang ingin membahagiakan Mama."
Dhila pun memilih diam dan mengakhiri perdebatannya, dulu setelah Papanya meninggal Dhila memang berjanji untuk selalu membahagiakan ibunya, maka dari itu sejak usia belia dia sudah bekerja keras agar kelak bisa hidup nyaman bersama sang ibu. Tapi ternyata semua kerja kerasnya selama ini terbuang percuma di meja judi, ibunya sangat senang pergi ke kasino dan berfoya-foya dengan para brondong di sana.
Di dalam sebuah kamar bergaya minimalis yang didominasi warna putih Dhila mondar mandir dan terus mencoba menghubungi kekasihnya, entah sudah berapa kali Dhila mencoba menelpon tapi jawabannya tetap sama "Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan cobalah beberapa saat lagi".
Dhila yang kesal lantas melemparkan handphone nya keatas kasur. Dia lalu beranjak menuju balkon di samping kamarnya, malam sudah semakin larut yang ditandai dengan sudah tidak adanya aktifitas orang-orang di luar rumah, udara pun semakin dingin, Dhila menengadahkan wajahnya ke atas, malam ini langit begitu indah bintang-bintang bertebaran dan berkelap-kelip.
Tiba-tiba bayangan 15 tahun yang lalu terlintas kembali di ingatan Dhila, masih sangat jelas kenangan saat camping bersama Papahnya di halaman belakang rumah. Malam itu Papahnya bercerita bahwa bintang-bintang yang ada di langit adalah wujud lain dari orang-orang yang kita sayangi tetapi telah pergi ke surga, dari surga mereka melihat dan memperhatikan kita serta menjaga kita saat tidur di malam hari.
" Pah, apa Papah melihat Dhila? Dhila kesepian, Dhila kangen pelukan Papah," ucapnya lirih diikuti sudut matanya yang mulai memanas.
Tak ingin terus dirasuki kesedihan, Dhila memutuskan masuk ke dalam kamar , jam menunjukan pukul 03.00 dini hari, tapi ibunya belum pulang, begitu pun dengan sang pacar yang masih belum bisa dihubungi. Karena kesal Dhila memutuskan untuk tidur karena besok pasti kegiatannya sangat padat.
*****
Tok tok tok
"Non, bangun Non, Nyonya sudah menunggu untuk sarapan." Suara wanita paruh baya yang sudah bekerja sejak Dhila bayi terdengar dari balik pintu.
Dhila membuka matanya walaupun terasa sangat berat, sang mentari ternyata sudah tersenyum lebar, cahayanya terasa hangat walaupun terhalang oleh jendela kaca, Dhila bangun dengan malas, dia mengucek mata lalu meregangkan kedua tangannya, "Ia bi, Dhila sebentar lagi keluar," ucapnya sambil terus menguap.
Tidak berapa lama Dhila sudah duduk di meja makan, dia melihat 4 potong putih telur dan segelas minuman berwarna hijau sudah tersaji di depannya dan sukses membuat selera makan Dhila hilang.
"Mama pulang jam berapa semalam. Berapa uang yang Mama buang di meja judi dan di pelukan berondong peliharaan Mama?" Tanya Dhila ketus.
"Sudahlah sayang, ini masih pagi lebih baik kamu segera habiskan sarapan kamu," jawab Bu Marta santai.
"Pagi semua!" Tomi yang adalah asisten sekaligus make-up artis pribadi Dhila tiba-tiba datang dan menyudahi perdebatan antara Dhila dan ibunya.
"Tom, kamu sudah siapkan semua keperluan Dhila untuk hari ini?" Tanya Bu Marta sambil memasukan sepotong roti ke dalam mulut.
"Beres Madam," jawab Tomi sambil mengacungkan jempolnya.
"Ayo sayang, cepat habiskan sarapan mu lalu siap-siap kita ada latihan dan fitting baju untuk fashion show lusa," ucap Bu Marta sambil meminum segelas jus jeruk.
"Eh ya, kalo sempat pas istirahat latihan kita bisa sambil promosiin endorsan soalnya udah numpuk banget," tambahnya.
Dhila yang masih kesal dengan ibunya tak mengeluarkan sepatah kata pun dan segera berdiri dari tempat dia duduk dan berlalu menuju kamar tanpa menyentuh sarapannya sedikit pun. Tomi yang melihat Dhila pergi segera mengikutinya dengan menenteng kotak make-up dan sebuah majalah fashion dari luar negeri.
"Cantik, ini aku bawakan majalah fashion dari Itali buat referensi gaya kamu nanti di catwalk agar penonton ngak boring liat gaya yang gitu-gitu mulu. Kamu lihat-lihat dan pelajari dulu deh," cerocos Tomi. Dhila tidak menghiraukan ucapan asisten nya dan terus berjalan menuju kamar, Tomi pun terus membuntuti nya.Bughk
Dhila menutup pintu kamarnya dengan keras tepat di depan wajah Tomi sang asisten lalu mengunci pintu.
"Sayang aku belum selesai." Teriak Tomi dari luar. " Bodo, " jawab Dhila dengan nada kesal dan nada tinggi. Dhila lalu masuk kamar mandi dan segera merebahkan tubuhnya ke dalam bathup yang telah diisi air hangat dan cairan aroma terapi."A..h gila ya baru juga melek, sarapan juga belum, udah bad mood aja," teriaknya di kamar mandi. Setelah itu Dhila memejamkan mata dan menghembuskan nafas pelan-pelan, berharap air hangat dan wangi aroma terapi bisa merilekskan otot-ototnya yang menegang.
40 menit kemudian Dhila keluar dari kamar dan siap untuk memulai hari yang bagi Dhila sangat membosankan karena setiap hari rutinitasnya hanya fotosyut, shooting berbagai iklan dan endorse juga sinetron, catwalk dan menghadiri undangan bebagai acara sebagai bintang tamu.
"Kenapa lama sekali? Jalanan keburu macet, bisa-bisa kita terlambat kalo begini." Bu Marta memasang ekspresi kesal.
"Oh Tuhan, untuk menikmati waktu mandi saja aku tidak boleh," batin Dhila.
Tidak menunggu lama Dhila, ibunya dan sang asisten segera pergi ke tempat latihan dan fitting baju untuk acara fashion show yang diadakan oleh sebuah brand fashion terkenal yang pemiliknya adalah seorang desainer terkenal juga baik di dalam atau pun di luar negeri.
Di tempat lain di sebuah ruangan bergaya modern Dipta berdiri termenung sambil melihat ke luar jendela pikirannya jauh menerawang setiap kejadian, hingga sebuah ketukan pada pintu membuyarkan lamunannya.
"Masuk!" ucapnya setelah duduk kembali di atas kursi kerja.Reihan yang merupakan asisten sekaligus tangan kanan Dipta pun masuk dan duduk tepat di hadapannya."Saya sudah mendapatkan informasi lengkap tentang model yang Tuan inginkan," ucapnya to the point. Dipta hanya tersenyum kecil mendengar laporan dari asistennya itu."Nama lengkapnya Anandhila prameswary, berumur 22 tahun, ayahnya sudah meninggal sekitar 15 tahun yang lalu. Sepeninggal sang ayah bisnisnya pun bangkrut karena gaya hidup ibunya yang suka berfoya-foya. Ibunya bernama Marta hampir setiap malam dia pergi ke kasino untuk berjudi dan mabuk-mabukan, dia juga seorang suggar mommy yang suka bersenang-senang dengan berondong. Sekarang Dhila adalah tulang punggung keluarga sekaligus sapi perah ibunya. Dia sudah mempunyai pacar, yaitu seorang atlit basket nasional yang juga anak dari petinggi salah satu partai politik," jelas Rei panjang lebar.Dipta tersenyum kecut me
"Dari mana kamu pagi-pagi baru pulang?" bentak Bu Marta saat Dhila baru saja memasuki rumah."Seperti Mamah, meetime!" jawab Dhila singkat.Tanpa menghiraukan ekspresi ibunya yang marah Dhila langsung menuju kamar dan membersihkan diri, setelah 30 menit Dhila pun keluar kamar dan menuju meja makan."Tom, semua perlengkapan aku untuk fashion show udah kamu siapkan? Aku ingin penampilanku sempurna nanti malam," ucap Dhila. "Oh iya, bagaimana kalo sebelum berangkat ke hotel kita shooting dulu beberapa endoresan, " tambahnya.Tomi dan Bu Marta saling berpandangan dengan ekspresi aneh karena tidak biasanya Dhila penuh semangat seperti sekarang."Dhila, apa kamu baik-baik saja?" tanya Tomi heran."Tentu saja," jawab Dhila riang. Dia lalu mengambil mayones dan mengoleskannya pada putih telur yang sudah di siapkan.Pertemuan dan pergumulannya dengan Adam semalam benar-benar me-refresh mood Dhila. Dia
"Oke. Kita istirahat makan siang dulu!" Teriak sutradara. Semua kru dan para aktris pun membubarkan diri, begitu juga dengan Dhila, dia segera mengambil ponsel dan melakukan panggilan telepon."Sayang, kenapa hari ini kamu tidak fokus, beberapa kali kamu bahkan lupa skrip," tanya Bu Marta."Sudah dua hari Adam tidak bisa dihubungi Mam, Dhila bingung padahal sebelumnya kami baik-baik saja." Dhila menjawab sambil terus melakukan panggilan dengan ponselnya."Sudahlah sayang, kamu tidak usah memikirkan atlit itu lagi, lagi pula Mama kan sudah pernah bilang kalau dia itu playboy.""Maaf Nyonya, ada kiriman untuk Nona Dhila." Seseorang mengantarkan sebuket bunga mawar merah yang dibentuk lambang love.Bu Marta menerima bunga itu dan membuka sebuah kartu ucapan yang terselip di dalamnya, "Saya harap kita bisa makan malam bersama besok, dan terimakasih untuk kuenya, Dipta.""Kue? Kapan aku memberinya kue," gumam Dhila.
Walau sebenarnya Dhila tidak ingin pergi menghadiri undangan makan malam dari Dipta tapi apalah daya dia juga tidak bisa menolak semua keinginan ibunya, dari kecil dia merasa hanya menjadi sebuah boneka yang di mainan dan di kontrol oleh sang ibu. Dia tidak bisa melakukan apapun yang dia suka, bahkan dia kehilangan moment-moment remajanya, dia tidak pernah merasakan bagaimana serunya pergi jalan-jalan ke mall, makan dan nonton bioskop atau sekedar berbincang menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya.Seperti malam ini, Dhila melihat pantulan dirinya dalam cermin. Ia terlihat sangat memukau memakai mini dress berwarna pastel dengan panjang selutut dan belahan dada yang sedikit rendah, rambut yang dibiarkan tergerai dan hiasan anting kecil membuat Dhila menjadi sangat elegan dan cantik apalagi hiasan wajahnya pun di buat senatural mungkin menambah sempurna penampilannya malam ini.“ Ayo sayang kita berangkat sekarang,” ucap Bu Marta a
Dhila menunduk dan menahan tawa ketika melihat ekspresi mamanya dan Tomi yang tercengang dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dhila sebenarnya juga sangat terkejut saat melihat laki-laki yang baru saja memperkenalkan diri di hapadannya. Menurut Dhila laki-lali di hadapannya itu sangat lucu dan aneh karena seperti anak usia 11 tahun yang akan mengikuti karnaval pakaian resmi. Jauh dari ekspektasi yang dibayangkan oleh ibunya.“Selamat malam Tuan Dipta, kami benar-benar merasa tersanjung bisa makan malam dengan laki-laki hebat seperti anda, benarkan mam?” Dhila melihat kearah kearah ibunya .“I-iya tentu saja,” jawab Bu Marta dengan gugup.“Tuan, maaf saya ke toilet sebentar,” ucap Dhila sambil tersenyum ke arah Dipta.Dhila bergegas dan mempercepat langkahnya menuju toilet, di toilet tawanya pun pecah . Dia merasa puas sekaligus lucu melihat ekspresi ibunya dan Tomi saat melihat Dipta.“Puas kamu!&
Pukul Sebelas malam, dalam perjalanan pulang tidak ada obrolan antara tiga orang manusia yang sama-sama berada dalam mobil tersebut , mereka seakan tenggelam dalam dunia dan pikirannya masing-masing, Tomi begitu konsentrasi menyetir walau dalam keadaan capek dan mengantuk, Dhila terus memikirkan Adam dan terus melakukan panggilan telepon walau nomor ponsel kekasihnya itu tetap tidak dapat di hubungi sedang Bu Marta terus merokok dan terlihat gelisah. Hingga mobil mereka masuk dalam pelantaran garasi mereka masih tetap diam dan begitu mobil berhenti Dhila dan Bu Marta segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.“Dhila, mama ingin bicara sebentar,” pinta Bu Marta.Dhila yang hendak menaiki tangga menuju kamarnya berhenti dan menoleh ke arah ibunya , Bu Marta pun berjalan ke arah sofa diikuti Dhila.“Dhila, dulu kamu sudah berjanji pada papamu bahwa kamu akan selalu membahagiakan mama, dan sekarang mama menagih janjimu itu.&r
Sepuluh langkah berjalan ia dengan jelas di pertontonkan adegan panas laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat liar dan diliputi gairah. Dalam pantulan sinar rembulan yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka dua orang manusia yang sama-sama di perbudak nafsu itu terus mengeluarkan suara-suara desahan dan erangan yang menggema memenuhi ruangan tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang berdiri di belakang mereka dengan perasaan hancur dan lelehan airmata yang tiba-tiba turun.KlikLampu ruangan tiba-tiba menyala, dua orang yang sedang bergumul itu pun kaget dan sontak menghentikan kegiatan mereka.“Kenapa kalian berhenti hah, ayo lanjutkan.” Dhila duduk di sofa tepat di hadapan Adam dan wanita yang Dhila kenal sebagai model pendatang baru.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya adam sambil menutup bagian bawah badannya dengan kemeja, wanita pasangannya pun terlihat kalang kabut dan berlari menuju kamar mandi.&l
Hadap kanan, dagunya angkat sedikit. Ya begitu, bagus. Tahan!Dua orang fotografer dibantu asistennya yang menangani set lokasi dan pencahayaan sedang sibuk memotret seorang model yang bergaya dengan berbagai pose.Seorang fotomodel bekerja tanpa lelah, dalam satu kali pemotretan dia bisa beberapa kali mengganti kostum dan riasan.Anandhila Prameswary dialah fotomodel yang sekarang sedang berlenggak lenggok didepan kamera, kadang dia melakukan pose duduk, tersenyum menggoda dan pose-pose sensual lainnya, dalam hal fotosyut Dhila begitu dia biasa dipanggil bukanlah pekerjaan baru baginya, dia sudah banyak melakukan fashion show di dalam maupun di luar negeri, bahkan sekarang dia juga melebarkan sayapnya di dunia akting dan bintang iklan.Dengan tinggi 178cm, kulit yang putih, hidung bangir dan bibir yang sensual juga lesung pipi yang menambah daya tariknya sebagai wanita, maka tak heran banyak laki-laki dari kalangan artis, model maupun
Sepuluh langkah berjalan ia dengan jelas di pertontonkan adegan panas laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat liar dan diliputi gairah. Dalam pantulan sinar rembulan yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka dua orang manusia yang sama-sama di perbudak nafsu itu terus mengeluarkan suara-suara desahan dan erangan yang menggema memenuhi ruangan tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang berdiri di belakang mereka dengan perasaan hancur dan lelehan airmata yang tiba-tiba turun.KlikLampu ruangan tiba-tiba menyala, dua orang yang sedang bergumul itu pun kaget dan sontak menghentikan kegiatan mereka.“Kenapa kalian berhenti hah, ayo lanjutkan.” Dhila duduk di sofa tepat di hadapan Adam dan wanita yang Dhila kenal sebagai model pendatang baru.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya adam sambil menutup bagian bawah badannya dengan kemeja, wanita pasangannya pun terlihat kalang kabut dan berlari menuju kamar mandi.&l
Pukul Sebelas malam, dalam perjalanan pulang tidak ada obrolan antara tiga orang manusia yang sama-sama berada dalam mobil tersebut , mereka seakan tenggelam dalam dunia dan pikirannya masing-masing, Tomi begitu konsentrasi menyetir walau dalam keadaan capek dan mengantuk, Dhila terus memikirkan Adam dan terus melakukan panggilan telepon walau nomor ponsel kekasihnya itu tetap tidak dapat di hubungi sedang Bu Marta terus merokok dan terlihat gelisah. Hingga mobil mereka masuk dalam pelantaran garasi mereka masih tetap diam dan begitu mobil berhenti Dhila dan Bu Marta segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.“Dhila, mama ingin bicara sebentar,” pinta Bu Marta.Dhila yang hendak menaiki tangga menuju kamarnya berhenti dan menoleh ke arah ibunya , Bu Marta pun berjalan ke arah sofa diikuti Dhila.“Dhila, dulu kamu sudah berjanji pada papamu bahwa kamu akan selalu membahagiakan mama, dan sekarang mama menagih janjimu itu.&r
Dhila menunduk dan menahan tawa ketika melihat ekspresi mamanya dan Tomi yang tercengang dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dhila sebenarnya juga sangat terkejut saat melihat laki-laki yang baru saja memperkenalkan diri di hapadannya. Menurut Dhila laki-lali di hadapannya itu sangat lucu dan aneh karena seperti anak usia 11 tahun yang akan mengikuti karnaval pakaian resmi. Jauh dari ekspektasi yang dibayangkan oleh ibunya.“Selamat malam Tuan Dipta, kami benar-benar merasa tersanjung bisa makan malam dengan laki-laki hebat seperti anda, benarkan mam?” Dhila melihat kearah kearah ibunya .“I-iya tentu saja,” jawab Bu Marta dengan gugup.“Tuan, maaf saya ke toilet sebentar,” ucap Dhila sambil tersenyum ke arah Dipta.Dhila bergegas dan mempercepat langkahnya menuju toilet, di toilet tawanya pun pecah . Dia merasa puas sekaligus lucu melihat ekspresi ibunya dan Tomi saat melihat Dipta.“Puas kamu!&
Walau sebenarnya Dhila tidak ingin pergi menghadiri undangan makan malam dari Dipta tapi apalah daya dia juga tidak bisa menolak semua keinginan ibunya, dari kecil dia merasa hanya menjadi sebuah boneka yang di mainan dan di kontrol oleh sang ibu. Dia tidak bisa melakukan apapun yang dia suka, bahkan dia kehilangan moment-moment remajanya, dia tidak pernah merasakan bagaimana serunya pergi jalan-jalan ke mall, makan dan nonton bioskop atau sekedar berbincang menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya.Seperti malam ini, Dhila melihat pantulan dirinya dalam cermin. Ia terlihat sangat memukau memakai mini dress berwarna pastel dengan panjang selutut dan belahan dada yang sedikit rendah, rambut yang dibiarkan tergerai dan hiasan anting kecil membuat Dhila menjadi sangat elegan dan cantik apalagi hiasan wajahnya pun di buat senatural mungkin menambah sempurna penampilannya malam ini.“ Ayo sayang kita berangkat sekarang,” ucap Bu Marta a
"Oke. Kita istirahat makan siang dulu!" Teriak sutradara. Semua kru dan para aktris pun membubarkan diri, begitu juga dengan Dhila, dia segera mengambil ponsel dan melakukan panggilan telepon."Sayang, kenapa hari ini kamu tidak fokus, beberapa kali kamu bahkan lupa skrip," tanya Bu Marta."Sudah dua hari Adam tidak bisa dihubungi Mam, Dhila bingung padahal sebelumnya kami baik-baik saja." Dhila menjawab sambil terus melakukan panggilan dengan ponselnya."Sudahlah sayang, kamu tidak usah memikirkan atlit itu lagi, lagi pula Mama kan sudah pernah bilang kalau dia itu playboy.""Maaf Nyonya, ada kiriman untuk Nona Dhila." Seseorang mengantarkan sebuket bunga mawar merah yang dibentuk lambang love.Bu Marta menerima bunga itu dan membuka sebuah kartu ucapan yang terselip di dalamnya, "Saya harap kita bisa makan malam bersama besok, dan terimakasih untuk kuenya, Dipta.""Kue? Kapan aku memberinya kue," gumam Dhila.
"Dari mana kamu pagi-pagi baru pulang?" bentak Bu Marta saat Dhila baru saja memasuki rumah."Seperti Mamah, meetime!" jawab Dhila singkat.Tanpa menghiraukan ekspresi ibunya yang marah Dhila langsung menuju kamar dan membersihkan diri, setelah 30 menit Dhila pun keluar kamar dan menuju meja makan."Tom, semua perlengkapan aku untuk fashion show udah kamu siapkan? Aku ingin penampilanku sempurna nanti malam," ucap Dhila. "Oh iya, bagaimana kalo sebelum berangkat ke hotel kita shooting dulu beberapa endoresan, " tambahnya.Tomi dan Bu Marta saling berpandangan dengan ekspresi aneh karena tidak biasanya Dhila penuh semangat seperti sekarang."Dhila, apa kamu baik-baik saja?" tanya Tomi heran."Tentu saja," jawab Dhila riang. Dia lalu mengambil mayones dan mengoleskannya pada putih telur yang sudah di siapkan.Pertemuan dan pergumulannya dengan Adam semalam benar-benar me-refresh mood Dhila. Dia
"Masuk!" ucapnya setelah duduk kembali di atas kursi kerja.Reihan yang merupakan asisten sekaligus tangan kanan Dipta pun masuk dan duduk tepat di hadapannya."Saya sudah mendapatkan informasi lengkap tentang model yang Tuan inginkan," ucapnya to the point. Dipta hanya tersenyum kecil mendengar laporan dari asistennya itu."Nama lengkapnya Anandhila prameswary, berumur 22 tahun, ayahnya sudah meninggal sekitar 15 tahun yang lalu. Sepeninggal sang ayah bisnisnya pun bangkrut karena gaya hidup ibunya yang suka berfoya-foya. Ibunya bernama Marta hampir setiap malam dia pergi ke kasino untuk berjudi dan mabuk-mabukan, dia juga seorang suggar mommy yang suka bersenang-senang dengan berondong. Sekarang Dhila adalah tulang punggung keluarga sekaligus sapi perah ibunya. Dia sudah mempunyai pacar, yaitu seorang atlit basket nasional yang juga anak dari petinggi salah satu partai politik," jelas Rei panjang lebar.Dipta tersenyum kecut me
Jam menunjukan hampir tengah malam, keadaan jalanan pun sudah sedikit sepi, hanya pedagang-pedagang gerobak yang menjajakan kuliner khas malam yang kelihatan sibuk melayani konsumennya. Dhila yang baru saja menyelesaikan syutingnya sedang dalam perjalanan pulang. Di dalam mobil yang dia tumpangi semua orang terdiam dan sibuk dengan ponselnya masing-masing"Sayang kamu langsung istirahat ya, jangan lupa cuci muka dan langsung pake masker agar besok wajahmu fresh," ucap Bu Marta yang adalah ibu sekaligus manager Dhila memecah kesunyian."Memang Mama tidak langsung pulang?" tanya Dhila."Mama ada perlu dulu sebentar.""Jangan bilang Mama mau pergi ke kasino lagi!" Suara Dhila agak meninggi."Hey! Sejak kapan kamu ngatur-ngatur Mama? Mama itu jenuh dan capek nungguin kamu syuting seharian, jadi wajar dong Mama butuh refresing dan me time sebentar," jawab Bu Marta santai."Kalau Mama yang hanya nunggu sambil
Hadap kanan, dagunya angkat sedikit. Ya begitu, bagus. Tahan!Dua orang fotografer dibantu asistennya yang menangani set lokasi dan pencahayaan sedang sibuk memotret seorang model yang bergaya dengan berbagai pose.Seorang fotomodel bekerja tanpa lelah, dalam satu kali pemotretan dia bisa beberapa kali mengganti kostum dan riasan.Anandhila Prameswary dialah fotomodel yang sekarang sedang berlenggak lenggok didepan kamera, kadang dia melakukan pose duduk, tersenyum menggoda dan pose-pose sensual lainnya, dalam hal fotosyut Dhila begitu dia biasa dipanggil bukanlah pekerjaan baru baginya, dia sudah banyak melakukan fashion show di dalam maupun di luar negeri, bahkan sekarang dia juga melebarkan sayapnya di dunia akting dan bintang iklan.Dengan tinggi 178cm, kulit yang putih, hidung bangir dan bibir yang sensual juga lesung pipi yang menambah daya tariknya sebagai wanita, maka tak heran banyak laki-laki dari kalangan artis, model maupun