Hadap kanan, dagunya angkat sedikit. Ya begitu, bagus. Tahan!
Dua orang fotografer dibantu asistennya yang menangani set lokasi dan pencahayaan sedang sibuk memotret seorang model yang bergaya dengan berbagai pose.
Seorang fotomodel bekerja tanpa lelah, dalam satu kali pemotretan dia bisa beberapa kali mengganti kostum dan riasan.
Anandhila Prameswary dialah fotomodel yang sekarang sedang berlenggak lenggok didepan kamera, kadang dia melakukan pose duduk, tersenyum menggoda dan pose-pose sensual lainnya, dalam hal fotosyut Dhila begitu dia biasa dipanggil bukanlah pekerjaan baru baginya, dia sudah banyak melakukan fashion show di dalam maupun di luar negeri, bahkan sekarang dia juga melebarkan sayapnya di dunia akting dan bintang iklan.
Dengan tinggi 178cm, kulit yang putih, hidung bangir dan bibir yang sensual juga lesung pipi yang menambah daya tariknya sebagai wanita, maka tak heran banyak laki-laki dari kalangan artis, model maupun pengusaha yang sangat terpesona padanya.
Sempurna. Itulah satu-satunya kata yang dapat menggambarkan seorang Anandhila Prameswary. Semua wanita di dunia mendambakan hidup seperti Dhila sekarang. Cantik, terkenal dan digilai banyak laki-laki.
Hadap kiri, ya cantik. Tahan dan uke finish! Thanks semua untuk hari ini.
Seseorang berteriak dan bertepuk tangan yang menandakan pekerjaan Dhila hari ini telah selesai, Dhila beranjak menuju kursi tunggunya dan menengguk sebotol air mineral dingin.
"Dari sini kita langsung ke lokasi syuting iklan ya sayang." Seorang wanita berumur 50 tahunan berkata dengan pandangan tetap menatap pada layar ponsel.
"What!" Dhila terkejut dan menatap pada manager dan sekaligus ibunya itu.
"Kenapa?" Bu Marta menatap sekilas pada anaknya lalu kembali sibuk dengan ponselnya.
"Mam Dhila cape, ini foto syut kedua Dhila hari ini, syutingnya di undur besok saja," ucap Dhila memelas sambil merebahkan pungungnya pada sandaran kursi.
"Sayang! Kita sudah tanda tangan kontrak, kalau kita cancel itu akan berakibat buruk pada image kamu."
"Tapi mam.... "
"Tomi. Cepat bantu Dhila ganti pakaian, kita dikejar deadline, para kru sudah siap di lokasi," ucap Bu Marta memotong perkataan Dhila dan beranjak pergi.
"Mam Please!" Teriak Dhila namun percuma Bu Marta tak menghiraukannya.
Dengan kesal Dhila pun beranjak ke ruang ganti di temani Tomi sang asisten. 10 menit kemudian Dhila keluar dengan dress selutut bermotif bunga-bunga yang membuat kulit putihnya semakin terpancar walaupun bibirnya terlihat cemberut.
Di mobil saat dalam perjalanan menuju lokasi asistennya sibuk membacakan skrip untuk syuting hari ini, sedang ibunya tidak lepas dari layar ponsel. Dhila yang masih kesal memilih memalingkan muka dan melihat pemandangan dari balik jendela mobilnya.
Seulas senyum tercipta di sudut bibir Dhila manakala melihat banyak orang yang berlalu lalang di jalan, mereka bebas melakukan apa pun yang mereka mau, pergi ke manapun yang mereka suka dan makan apa pun yang mereka inginkan, hal yang berbeda 180 derajat dengan keadaan Dhila sekarang. Dia layaknya burung dalam sangkar emas dan hanya bisa melompat-lompat dalam kandang.
Di tempat lain di sebuah bangunan bertingkat yang merupakan sebuah perusahaan raksasa yang bergerak dalam bidang export import, di ruangan yang bertuliskan Ceo room seorang laki-laki terpaku memandang sampul pada sebuah majalah.
Laki-laki itu adalah Dipta Wisnu Pratama, seorang pewaris tunggal dari Pratama Grup sebuah perusahaan yang bergerak dalam export import barang tambang, rempah-rempah, hasil perkebunan dan juga bisnis properti. Di usianya yang masih muda dia sudah merajai bisnis di dalam maupun luar negeri maka tidak heran kalau dia termasuk salah satu orang yang paling di segani dalam dunia bisnis.
"Rei, keruangan saya sekarang." Dia berbicara pada asistennya melalui ponsel.
Tidak lama seorang laki-laki berpakaian rapi masuk kedalam ruangan.
"Ia Tuan, ada yang bisa saya bantu?" ucap laki-laki itu dengan hormat.
"Aku ingin kau mencari tau data lengkap mengenai gadis ini." Dipta menyodorkan sebuah majalah pada asistennya.
"Baik Tuan secepatnya anda akan mendapatkan informasi yang Anda inginkan."
"Apa hari ini kita masih punya jadwal pertemuan dengan klien?"
"Tidak Tuan! Namun nanti malam anda ada janji untuk makan malam dengan Tuan dan Nyonya besar."
"Baiklah, kau bisa keluar sekarang."
"Anandhila Prameswary, entah kenapa aku sangat tergila-gila padamu, dan bagaimana pun caranya kau harus menjadi miliku," Batinnya .
Sebuah mobil sport warna hitam melaju mulus di jalanan. Mobil keluaran Itali yang hanya diproduksi 100 unit di seluruh dunia yang salah satunya adalah milik Dipta.
Tidak lama mobil pun berhenti di sebuah restauran mewah yang sudah dipesan khusus oleh kedua orang tua Dipta, saat dia turun dari mobil seseorang langsung menghampiri dan memberi hormat, lalu mengantarkan nya pada sebuah ruangan VVIP dimana orang tuanya sudah menunggu.
"Sayang, kenapa terlambat?" Seorang wanita berbicara dengan wajah cemberut.
"Sorry Mam, tadi mendadak ada berkas yang harus Dipta tanda tangani dulu." Jawab Dipta sambil mengecup pipi sang ibu.
"Kau ini sama saja seperti papamu, sama-sama gila kerja." Wanita berumur pertengahan lima puluh tahun namun masih kelihatan fresh dan fashionable itu berkata sambil melirik laki-laki yang ada di sebelahnya.
"Hei, kenapa Papa di bawa-bawa!" Laki-laki yang masih kelihatan gagah walau umurnya sudah melewati pertengahan abad itu menatap pada istrinya.
Tidak lama setelah kedatangan Dipta beberapa pelayan pun masuk dan menghidangkan berbagai macam hidangan Itali yang merupakan hidangan favorit Dipta.
"Sayang coba gnocchi ini, ini salah satu hidangan favorit di sini." Ibunya menyuapkan sesendok gnocchi pada Dipta, yaitu sejenis pangsit yang diisi daging dan disiram dengan saus keju.
"Mam, Dipta bisa makan sendiri," ucap Dipta kesal.
"Iya sayang, putramu itu bukan bayi lagi yang harus kamu suapin ketika makan," ucap Ayah Dipta terkekeh.
"Bagi Mama Dipta ini masih pangeran kecil Mama yang manis, jadi Mama bisa menyuapinya kapan pun, kecuali kalau Dipta sudah memberi Mama cucu baru Mama akan berhenti menyuapinya karna Mama akan beralih menyuapi cucu Mama."
Dipta pun mau tidak mau terus menerima suapan ibunya walau dengan raut wajah yang terpaksa, ayahnya yang melihat pemandangan itu hanya bisa tertawa tanpa bisa melakukan apa-apa.
"Sayang mulai sekarang kamu jangan terlalu fokus dengan pekerjaan, umur Mama sudah tidak lagi muda. Mama ingin cepat-cepat menimbang cucu," ucapnya serius dengan menatap wajah Dipta.
"Mam, Mama tau kan untuk urusan yang satu itu Dipta sangat kesulitan, apalagi dengan keadaan Dipta, Mama sabar ya!" Ucap Dipta sambil memegang tangan sang ibu.
"Percayalah Nak, suatu saat kamu pasti bertemu seorang wanita yang benar-benar tulus mencintai kamu tanpa perduli bagaimana pun keadaan fisik kamu." Ayahnya ikut bicara sambil menepuk-nepuk pundak putra semata wayangnya itu.
"Wanita yang tulus mencintaiku? Dengan keterbatasan fisik yang aku miliki, sepertinya itu hal yang mustahil," batin Dipta.
Jam menunjukan hampir tengah malam, keadaan jalanan pun sudah sedikit sepi, hanya pedagang-pedagang gerobak yang menjajakan kuliner khas malam yang kelihatan sibuk melayani konsumennya. Dhila yang baru saja menyelesaikan syutingnya sedang dalam perjalanan pulang. Di dalam mobil yang dia tumpangi semua orang terdiam dan sibuk dengan ponselnya masing-masing"Sayang kamu langsung istirahat ya, jangan lupa cuci muka dan langsung pake masker agar besok wajahmu fresh," ucap Bu Marta yang adalah ibu sekaligus manager Dhila memecah kesunyian."Memang Mama tidak langsung pulang?" tanya Dhila."Mama ada perlu dulu sebentar.""Jangan bilang Mama mau pergi ke kasino lagi!" Suara Dhila agak meninggi."Hey! Sejak kapan kamu ngatur-ngatur Mama? Mama itu jenuh dan capek nungguin kamu syuting seharian, jadi wajar dong Mama butuh refresing dan me time sebentar," jawab Bu Marta santai."Kalau Mama yang hanya nunggu sambil
"Masuk!" ucapnya setelah duduk kembali di atas kursi kerja.Reihan yang merupakan asisten sekaligus tangan kanan Dipta pun masuk dan duduk tepat di hadapannya."Saya sudah mendapatkan informasi lengkap tentang model yang Tuan inginkan," ucapnya to the point. Dipta hanya tersenyum kecil mendengar laporan dari asistennya itu."Nama lengkapnya Anandhila prameswary, berumur 22 tahun, ayahnya sudah meninggal sekitar 15 tahun yang lalu. Sepeninggal sang ayah bisnisnya pun bangkrut karena gaya hidup ibunya yang suka berfoya-foya. Ibunya bernama Marta hampir setiap malam dia pergi ke kasino untuk berjudi dan mabuk-mabukan, dia juga seorang suggar mommy yang suka bersenang-senang dengan berondong. Sekarang Dhila adalah tulang punggung keluarga sekaligus sapi perah ibunya. Dia sudah mempunyai pacar, yaitu seorang atlit basket nasional yang juga anak dari petinggi salah satu partai politik," jelas Rei panjang lebar.Dipta tersenyum kecut me
"Dari mana kamu pagi-pagi baru pulang?" bentak Bu Marta saat Dhila baru saja memasuki rumah."Seperti Mamah, meetime!" jawab Dhila singkat.Tanpa menghiraukan ekspresi ibunya yang marah Dhila langsung menuju kamar dan membersihkan diri, setelah 30 menit Dhila pun keluar kamar dan menuju meja makan."Tom, semua perlengkapan aku untuk fashion show udah kamu siapkan? Aku ingin penampilanku sempurna nanti malam," ucap Dhila. "Oh iya, bagaimana kalo sebelum berangkat ke hotel kita shooting dulu beberapa endoresan, " tambahnya.Tomi dan Bu Marta saling berpandangan dengan ekspresi aneh karena tidak biasanya Dhila penuh semangat seperti sekarang."Dhila, apa kamu baik-baik saja?" tanya Tomi heran."Tentu saja," jawab Dhila riang. Dia lalu mengambil mayones dan mengoleskannya pada putih telur yang sudah di siapkan.Pertemuan dan pergumulannya dengan Adam semalam benar-benar me-refresh mood Dhila. Dia
"Oke. Kita istirahat makan siang dulu!" Teriak sutradara. Semua kru dan para aktris pun membubarkan diri, begitu juga dengan Dhila, dia segera mengambil ponsel dan melakukan panggilan telepon."Sayang, kenapa hari ini kamu tidak fokus, beberapa kali kamu bahkan lupa skrip," tanya Bu Marta."Sudah dua hari Adam tidak bisa dihubungi Mam, Dhila bingung padahal sebelumnya kami baik-baik saja." Dhila menjawab sambil terus melakukan panggilan dengan ponselnya."Sudahlah sayang, kamu tidak usah memikirkan atlit itu lagi, lagi pula Mama kan sudah pernah bilang kalau dia itu playboy.""Maaf Nyonya, ada kiriman untuk Nona Dhila." Seseorang mengantarkan sebuket bunga mawar merah yang dibentuk lambang love.Bu Marta menerima bunga itu dan membuka sebuah kartu ucapan yang terselip di dalamnya, "Saya harap kita bisa makan malam bersama besok, dan terimakasih untuk kuenya, Dipta.""Kue? Kapan aku memberinya kue," gumam Dhila.
Walau sebenarnya Dhila tidak ingin pergi menghadiri undangan makan malam dari Dipta tapi apalah daya dia juga tidak bisa menolak semua keinginan ibunya, dari kecil dia merasa hanya menjadi sebuah boneka yang di mainan dan di kontrol oleh sang ibu. Dia tidak bisa melakukan apapun yang dia suka, bahkan dia kehilangan moment-moment remajanya, dia tidak pernah merasakan bagaimana serunya pergi jalan-jalan ke mall, makan dan nonton bioskop atau sekedar berbincang menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya.Seperti malam ini, Dhila melihat pantulan dirinya dalam cermin. Ia terlihat sangat memukau memakai mini dress berwarna pastel dengan panjang selutut dan belahan dada yang sedikit rendah, rambut yang dibiarkan tergerai dan hiasan anting kecil membuat Dhila menjadi sangat elegan dan cantik apalagi hiasan wajahnya pun di buat senatural mungkin menambah sempurna penampilannya malam ini.“ Ayo sayang kita berangkat sekarang,” ucap Bu Marta a
Dhila menunduk dan menahan tawa ketika melihat ekspresi mamanya dan Tomi yang tercengang dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dhila sebenarnya juga sangat terkejut saat melihat laki-laki yang baru saja memperkenalkan diri di hapadannya. Menurut Dhila laki-lali di hadapannya itu sangat lucu dan aneh karena seperti anak usia 11 tahun yang akan mengikuti karnaval pakaian resmi. Jauh dari ekspektasi yang dibayangkan oleh ibunya.“Selamat malam Tuan Dipta, kami benar-benar merasa tersanjung bisa makan malam dengan laki-laki hebat seperti anda, benarkan mam?” Dhila melihat kearah kearah ibunya .“I-iya tentu saja,” jawab Bu Marta dengan gugup.“Tuan, maaf saya ke toilet sebentar,” ucap Dhila sambil tersenyum ke arah Dipta.Dhila bergegas dan mempercepat langkahnya menuju toilet, di toilet tawanya pun pecah . Dia merasa puas sekaligus lucu melihat ekspresi ibunya dan Tomi saat melihat Dipta.“Puas kamu!&
Pukul Sebelas malam, dalam perjalanan pulang tidak ada obrolan antara tiga orang manusia yang sama-sama berada dalam mobil tersebut , mereka seakan tenggelam dalam dunia dan pikirannya masing-masing, Tomi begitu konsentrasi menyetir walau dalam keadaan capek dan mengantuk, Dhila terus memikirkan Adam dan terus melakukan panggilan telepon walau nomor ponsel kekasihnya itu tetap tidak dapat di hubungi sedang Bu Marta terus merokok dan terlihat gelisah. Hingga mobil mereka masuk dalam pelantaran garasi mereka masih tetap diam dan begitu mobil berhenti Dhila dan Bu Marta segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.“Dhila, mama ingin bicara sebentar,” pinta Bu Marta.Dhila yang hendak menaiki tangga menuju kamarnya berhenti dan menoleh ke arah ibunya , Bu Marta pun berjalan ke arah sofa diikuti Dhila.“Dhila, dulu kamu sudah berjanji pada papamu bahwa kamu akan selalu membahagiakan mama, dan sekarang mama menagih janjimu itu.&r
Sepuluh langkah berjalan ia dengan jelas di pertontonkan adegan panas laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat liar dan diliputi gairah. Dalam pantulan sinar rembulan yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka dua orang manusia yang sama-sama di perbudak nafsu itu terus mengeluarkan suara-suara desahan dan erangan yang menggema memenuhi ruangan tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang berdiri di belakang mereka dengan perasaan hancur dan lelehan airmata yang tiba-tiba turun.KlikLampu ruangan tiba-tiba menyala, dua orang yang sedang bergumul itu pun kaget dan sontak menghentikan kegiatan mereka.“Kenapa kalian berhenti hah, ayo lanjutkan.” Dhila duduk di sofa tepat di hadapan Adam dan wanita yang Dhila kenal sebagai model pendatang baru.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya adam sambil menutup bagian bawah badannya dengan kemeja, wanita pasangannya pun terlihat kalang kabut dan berlari menuju kamar mandi.&l
Sepuluh langkah berjalan ia dengan jelas di pertontonkan adegan panas laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat liar dan diliputi gairah. Dalam pantulan sinar rembulan yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka dua orang manusia yang sama-sama di perbudak nafsu itu terus mengeluarkan suara-suara desahan dan erangan yang menggema memenuhi ruangan tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang berdiri di belakang mereka dengan perasaan hancur dan lelehan airmata yang tiba-tiba turun.KlikLampu ruangan tiba-tiba menyala, dua orang yang sedang bergumul itu pun kaget dan sontak menghentikan kegiatan mereka.“Kenapa kalian berhenti hah, ayo lanjutkan.” Dhila duduk di sofa tepat di hadapan Adam dan wanita yang Dhila kenal sebagai model pendatang baru.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya adam sambil menutup bagian bawah badannya dengan kemeja, wanita pasangannya pun terlihat kalang kabut dan berlari menuju kamar mandi.&l
Pukul Sebelas malam, dalam perjalanan pulang tidak ada obrolan antara tiga orang manusia yang sama-sama berada dalam mobil tersebut , mereka seakan tenggelam dalam dunia dan pikirannya masing-masing, Tomi begitu konsentrasi menyetir walau dalam keadaan capek dan mengantuk, Dhila terus memikirkan Adam dan terus melakukan panggilan telepon walau nomor ponsel kekasihnya itu tetap tidak dapat di hubungi sedang Bu Marta terus merokok dan terlihat gelisah. Hingga mobil mereka masuk dalam pelantaran garasi mereka masih tetap diam dan begitu mobil berhenti Dhila dan Bu Marta segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.“Dhila, mama ingin bicara sebentar,” pinta Bu Marta.Dhila yang hendak menaiki tangga menuju kamarnya berhenti dan menoleh ke arah ibunya , Bu Marta pun berjalan ke arah sofa diikuti Dhila.“Dhila, dulu kamu sudah berjanji pada papamu bahwa kamu akan selalu membahagiakan mama, dan sekarang mama menagih janjimu itu.&r
Dhila menunduk dan menahan tawa ketika melihat ekspresi mamanya dan Tomi yang tercengang dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dhila sebenarnya juga sangat terkejut saat melihat laki-laki yang baru saja memperkenalkan diri di hapadannya. Menurut Dhila laki-lali di hadapannya itu sangat lucu dan aneh karena seperti anak usia 11 tahun yang akan mengikuti karnaval pakaian resmi. Jauh dari ekspektasi yang dibayangkan oleh ibunya.“Selamat malam Tuan Dipta, kami benar-benar merasa tersanjung bisa makan malam dengan laki-laki hebat seperti anda, benarkan mam?” Dhila melihat kearah kearah ibunya .“I-iya tentu saja,” jawab Bu Marta dengan gugup.“Tuan, maaf saya ke toilet sebentar,” ucap Dhila sambil tersenyum ke arah Dipta.Dhila bergegas dan mempercepat langkahnya menuju toilet, di toilet tawanya pun pecah . Dia merasa puas sekaligus lucu melihat ekspresi ibunya dan Tomi saat melihat Dipta.“Puas kamu!&
Walau sebenarnya Dhila tidak ingin pergi menghadiri undangan makan malam dari Dipta tapi apalah daya dia juga tidak bisa menolak semua keinginan ibunya, dari kecil dia merasa hanya menjadi sebuah boneka yang di mainan dan di kontrol oleh sang ibu. Dia tidak bisa melakukan apapun yang dia suka, bahkan dia kehilangan moment-moment remajanya, dia tidak pernah merasakan bagaimana serunya pergi jalan-jalan ke mall, makan dan nonton bioskop atau sekedar berbincang menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya.Seperti malam ini, Dhila melihat pantulan dirinya dalam cermin. Ia terlihat sangat memukau memakai mini dress berwarna pastel dengan panjang selutut dan belahan dada yang sedikit rendah, rambut yang dibiarkan tergerai dan hiasan anting kecil membuat Dhila menjadi sangat elegan dan cantik apalagi hiasan wajahnya pun di buat senatural mungkin menambah sempurna penampilannya malam ini.“ Ayo sayang kita berangkat sekarang,” ucap Bu Marta a
"Oke. Kita istirahat makan siang dulu!" Teriak sutradara. Semua kru dan para aktris pun membubarkan diri, begitu juga dengan Dhila, dia segera mengambil ponsel dan melakukan panggilan telepon."Sayang, kenapa hari ini kamu tidak fokus, beberapa kali kamu bahkan lupa skrip," tanya Bu Marta."Sudah dua hari Adam tidak bisa dihubungi Mam, Dhila bingung padahal sebelumnya kami baik-baik saja." Dhila menjawab sambil terus melakukan panggilan dengan ponselnya."Sudahlah sayang, kamu tidak usah memikirkan atlit itu lagi, lagi pula Mama kan sudah pernah bilang kalau dia itu playboy.""Maaf Nyonya, ada kiriman untuk Nona Dhila." Seseorang mengantarkan sebuket bunga mawar merah yang dibentuk lambang love.Bu Marta menerima bunga itu dan membuka sebuah kartu ucapan yang terselip di dalamnya, "Saya harap kita bisa makan malam bersama besok, dan terimakasih untuk kuenya, Dipta.""Kue? Kapan aku memberinya kue," gumam Dhila.
"Dari mana kamu pagi-pagi baru pulang?" bentak Bu Marta saat Dhila baru saja memasuki rumah."Seperti Mamah, meetime!" jawab Dhila singkat.Tanpa menghiraukan ekspresi ibunya yang marah Dhila langsung menuju kamar dan membersihkan diri, setelah 30 menit Dhila pun keluar kamar dan menuju meja makan."Tom, semua perlengkapan aku untuk fashion show udah kamu siapkan? Aku ingin penampilanku sempurna nanti malam," ucap Dhila. "Oh iya, bagaimana kalo sebelum berangkat ke hotel kita shooting dulu beberapa endoresan, " tambahnya.Tomi dan Bu Marta saling berpandangan dengan ekspresi aneh karena tidak biasanya Dhila penuh semangat seperti sekarang."Dhila, apa kamu baik-baik saja?" tanya Tomi heran."Tentu saja," jawab Dhila riang. Dia lalu mengambil mayones dan mengoleskannya pada putih telur yang sudah di siapkan.Pertemuan dan pergumulannya dengan Adam semalam benar-benar me-refresh mood Dhila. Dia
"Masuk!" ucapnya setelah duduk kembali di atas kursi kerja.Reihan yang merupakan asisten sekaligus tangan kanan Dipta pun masuk dan duduk tepat di hadapannya."Saya sudah mendapatkan informasi lengkap tentang model yang Tuan inginkan," ucapnya to the point. Dipta hanya tersenyum kecil mendengar laporan dari asistennya itu."Nama lengkapnya Anandhila prameswary, berumur 22 tahun, ayahnya sudah meninggal sekitar 15 tahun yang lalu. Sepeninggal sang ayah bisnisnya pun bangkrut karena gaya hidup ibunya yang suka berfoya-foya. Ibunya bernama Marta hampir setiap malam dia pergi ke kasino untuk berjudi dan mabuk-mabukan, dia juga seorang suggar mommy yang suka bersenang-senang dengan berondong. Sekarang Dhila adalah tulang punggung keluarga sekaligus sapi perah ibunya. Dia sudah mempunyai pacar, yaitu seorang atlit basket nasional yang juga anak dari petinggi salah satu partai politik," jelas Rei panjang lebar.Dipta tersenyum kecut me
Jam menunjukan hampir tengah malam, keadaan jalanan pun sudah sedikit sepi, hanya pedagang-pedagang gerobak yang menjajakan kuliner khas malam yang kelihatan sibuk melayani konsumennya. Dhila yang baru saja menyelesaikan syutingnya sedang dalam perjalanan pulang. Di dalam mobil yang dia tumpangi semua orang terdiam dan sibuk dengan ponselnya masing-masing"Sayang kamu langsung istirahat ya, jangan lupa cuci muka dan langsung pake masker agar besok wajahmu fresh," ucap Bu Marta yang adalah ibu sekaligus manager Dhila memecah kesunyian."Memang Mama tidak langsung pulang?" tanya Dhila."Mama ada perlu dulu sebentar.""Jangan bilang Mama mau pergi ke kasino lagi!" Suara Dhila agak meninggi."Hey! Sejak kapan kamu ngatur-ngatur Mama? Mama itu jenuh dan capek nungguin kamu syuting seharian, jadi wajar dong Mama butuh refresing dan me time sebentar," jawab Bu Marta santai."Kalau Mama yang hanya nunggu sambil
Hadap kanan, dagunya angkat sedikit. Ya begitu, bagus. Tahan!Dua orang fotografer dibantu asistennya yang menangani set lokasi dan pencahayaan sedang sibuk memotret seorang model yang bergaya dengan berbagai pose.Seorang fotomodel bekerja tanpa lelah, dalam satu kali pemotretan dia bisa beberapa kali mengganti kostum dan riasan.Anandhila Prameswary dialah fotomodel yang sekarang sedang berlenggak lenggok didepan kamera, kadang dia melakukan pose duduk, tersenyum menggoda dan pose-pose sensual lainnya, dalam hal fotosyut Dhila begitu dia biasa dipanggil bukanlah pekerjaan baru baginya, dia sudah banyak melakukan fashion show di dalam maupun di luar negeri, bahkan sekarang dia juga melebarkan sayapnya di dunia akting dan bintang iklan.Dengan tinggi 178cm, kulit yang putih, hidung bangir dan bibir yang sensual juga lesung pipi yang menambah daya tariknya sebagai wanita, maka tak heran banyak laki-laki dari kalangan artis, model maupun