"Dari mana kamu pagi-pagi baru pulang?" bentak Bu Marta saat Dhila baru saja memasuki rumah.
"Seperti Mamah, meetime!" jawab Dhila singkat.
Tanpa menghiraukan ekspresi ibunya yang marah Dhila langsung menuju kamar dan membersihkan diri, setelah 30 menit Dhila pun keluar kamar dan menuju meja makan.
"Tom, semua perlengkapan aku untuk fashion show udah kamu siapkan? Aku ingin penampilanku sempurna nanti malam," ucap Dhila. "Oh iya, bagaimana kalo sebelum berangkat ke hotel kita shooting dulu beberapa endoresan, " tambahnya.
Tomi dan Bu Marta saling berpandangan dengan ekspresi aneh karena tidak biasanya Dhila penuh semangat seperti sekarang.
"Dhila, apa kamu baik-baik saja?" tanya Tomi heran.
"Tentu saja," jawab Dhila riang. Dia lalu mengambil mayones dan mengoleskannya pada putih telur yang sudah di siapkan.
Pertemuan dan pergumulannya dengan Adam semalam benar-benar me-refresh mood Dhila. Dia seperti mendapatkan energi baru yang positif bahkan bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum.
Sesuai yang tertera dalam kartu undangan, acara fashion show Dhila dimulai tepat pada pukul 8 malam, fashion show tersebut digelar di sebuah hotel mewah di tengah kota dengan mengusung tema 'Keindahan Wanita'. Acara tersebut juga dilengkapi dengan dekorasi dan lighting yang modern yang menambah kesan mewah pada tampilannya. Para tamu undangan yang hadir pun kebanyakan adalah kaum jet set dan para sosialita. Terlihat dari penampilan mereka, mulai dari pakaian, tas, sepatu, jam tangan dan aksesoris lain yang kesemuanya adalah barang branded.
Malam itu Dhila beberapa kali tampil dan berlenggak lenggok di panggung catwalk dengan membawakan berbagai macam rancangan sang desainer mulai dari setelan kerja modern, gaun untuk pesta, baju musim semi, setelan batik dan yang terakhir adalah gaun pernikahan berwarna putih dengan bahan brukat yang dihiasi berbagai macam payet dan manik-manik yang sangat apik, indah, elegan dan pastinya mewah.
Semua mata terpesona melihat kelihaian Dhila dalam mempresentasikan pakaian yang dia pakai sehingga terlihat begitu pas dan cantik. Dipta yang duduk pada barisan ketiga pun tidak bisa untuk tidak terpesona bahkan dari semenjak Dhila pertama keluar sampai acara selesai Dipta tidak membuang pandangannya sedikit pun dari sosok Dhila.
Setelah 2 jam acara selesai dan ditutup dengan ucapan terima kasih dari sang desainer untuk para tamu undangan karena sudah berkenan untuk hadir. Para undangan pun berdiri dan bertepuk tangan sebagai penghormatan pada sang desainer dan para model.
Sang desainer, model dan para kru yang terlibat dalam acara tersebut puas dengan hasil kerja keras mereka malam ini terutama Dhila yang penampilannya berhasil membuat penonton terkagum-kagum dan memberikan banyak pujian.
Di belakang backstage, para model bersiap untuk berganti kostum. Dhila yang menjadi bintang malam ini tersenyum puas karena bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
"Permisi, dapatkah saya bertemu dengan Nona Anandhila prameswary?" Reihan bertanya dengan sopan.
"Ya, saya Dhila. Maaf, apa saya mengenal anda?" jawab Dhila sedikit kaget karena baru pertama kali bertemu dengan Reihan.
" Perkenalkan saya Reihan, saya diutus oleh Tuan saya untuk memberikan hadiah ini pada anda." Rei menyodorkan sebuah totebag kecil tapi cantik.
Dhila mengernyitkan dahi. Merasa aneh karena diberi hadiah oleh orang yang tidak dikenalnya.
"Hadiah untuk apa?" tanya Dhila. "Dan Tuan siapa yang anda maksud?" Dhila semakin bingung.
"Tuan saya adalah Tuan Dipta Wisnu pratama, beliau adalah anak tunggal dari pemilik sekaligus pendiri Pratama Grup, dan hadiah ini sebagai perkenalan juga ucapan selamat atas kesuksesan Nona malam ini.
Bu Marta yang mendengar kata Pratama Grup langsung menghampiri Reihan dan Dhila.
"Maaf Tuan anak saya mungkin masih lelah, jadi biar saya yang menerima hadiah ini." Bu Marta mengambil totebag hadiah dari tangan Rei.
"Sayang, ucapkan terimakasih untuk Tuan Dipta." Bu Marta menyikut Dhila yang masih berdiri bingung.
"Oh iya, te-terima kasih atas hadiahnya," ucap Dhila terbata.
"Baiklah, saya permisi dulu kalau begitu." Rei menganggukan kepala lalu pergi.
"Mama, kenapa Mama ambil hadiahnya, kita kan tidak kenal dengan mereka," protes Dhila kesal.
"Apa kamu tidak dengar, tadi dia bilang yang mengirim hadiah ini adalah anak tunggal dari pemilik Pramata Grup."
"Trus kenapa?"
"Dhila, apa kamu tidak tau kalau Pratama Grup itu perusahan export import terbesar ke 3 se-Asia," ucap Bu Marta lagi.
Bu Marta pun membuka totebag yang di dalamnya terdapat sebuah kotak berwarna merah dengan hiasan pita di atasnya. Dan seketika matanya melotot ketika melihat isi dari kotak yang baru saja dia buka. Mulutnya ternganga-nganga dan langsung refleks berteriak yang membuat semua orang yang ada di ruangan itu menoleh ke arahnya.
"Ya Tuhan! Coba lihat, ini kalung berlian," pekik Bu Marta dengan ekpresi tidak percaya.
"Benar madam, ini berlian model terbaru dan limited edition, kemarin baru saja dipromosikan di majalah jewelry," timpal Tomi tak kalah antusias.
Reihan yang ternyata belum pergi dan mengintip dari balik pintu, tersenyum sinis melihat kelakuan Bu Marta dan Tomi sedang Dhila tidak mengeluarkan ekspresi apapun dan malah sibuk dengan ponselnya.
Malam menjelang larut sang mentari pun sudah tertidur di peraduannya. Kini cahaya dari lampulah yang menggatikan peran sang surya, Dipta yang menunggu di dalam mobil larut dalam gejolak batinnya sendiri, dia menatap pantulan dirinya dari kaca spion depan mobil. Terbersit rasa kecewa terhadap keadaannya sekarang. Kecewa karena dia harus berbeda dengan orang lain, kecewa karena untuk bisa menikah dengan wanita pujaannya dia harus melakukan banyak permainan kotor dan kecewa karena semua penghormatan yang dia dapatkan di latar belakangi oleh status sosial dan nama besar kedua orang tuanya.
Klek
Pintu depan mobil terbuka dan membuyarkan lamunan Dipta.
"Bagaimana apa hadiahnya sudah sampai di tangan Dhila?" tanya Dipta saat Rei masuk ke dalam mobil.
"Sudah tuan," jawab Rei singkat.
"Apa dia senang?" tanya Dipta lagi.
"Nona Dhila terlihat biasa saja, tapi nyonya Marta terlihat sangat senang dan sumringah saat melihat hadiahnya."
"Sudah ku duga, bagaimana tentang laki-laki yang kemarin bersama Dhila?"
"Menurut informasi laki-laki itu bernama Adam Wiguna dan merupakan kekasih dari Nona Dhila, profesinya sebagai atlit basket nasional. Ayahnya bernama Wiguna, seorang petinggi pada sebuah partai politik. Dia terkenal playboy dan sering gonta ganti pacar bahkan sekarang sedang melakukan pendekatan dengan seorang model pendatang baru,selain itu dia juga mengkonsumsi obat terlarang dan sering memesan wanita malam," terang Rei sambil mengemudikan mobil.
"Hemmm, bagus kalau begitu, kamu urus laki-laki itu secepatnya," ucap Dipta santai. "Kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan?"
"Tentu tuan, saya mengerti maksud anda," jawab Rei tersenyum.
"Oke. Kita istirahat makan siang dulu!" Teriak sutradara. Semua kru dan para aktris pun membubarkan diri, begitu juga dengan Dhila, dia segera mengambil ponsel dan melakukan panggilan telepon."Sayang, kenapa hari ini kamu tidak fokus, beberapa kali kamu bahkan lupa skrip," tanya Bu Marta."Sudah dua hari Adam tidak bisa dihubungi Mam, Dhila bingung padahal sebelumnya kami baik-baik saja." Dhila menjawab sambil terus melakukan panggilan dengan ponselnya."Sudahlah sayang, kamu tidak usah memikirkan atlit itu lagi, lagi pula Mama kan sudah pernah bilang kalau dia itu playboy.""Maaf Nyonya, ada kiriman untuk Nona Dhila." Seseorang mengantarkan sebuket bunga mawar merah yang dibentuk lambang love.Bu Marta menerima bunga itu dan membuka sebuah kartu ucapan yang terselip di dalamnya, "Saya harap kita bisa makan malam bersama besok, dan terimakasih untuk kuenya, Dipta.""Kue? Kapan aku memberinya kue," gumam Dhila.
Walau sebenarnya Dhila tidak ingin pergi menghadiri undangan makan malam dari Dipta tapi apalah daya dia juga tidak bisa menolak semua keinginan ibunya, dari kecil dia merasa hanya menjadi sebuah boneka yang di mainan dan di kontrol oleh sang ibu. Dia tidak bisa melakukan apapun yang dia suka, bahkan dia kehilangan moment-moment remajanya, dia tidak pernah merasakan bagaimana serunya pergi jalan-jalan ke mall, makan dan nonton bioskop atau sekedar berbincang menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya.Seperti malam ini, Dhila melihat pantulan dirinya dalam cermin. Ia terlihat sangat memukau memakai mini dress berwarna pastel dengan panjang selutut dan belahan dada yang sedikit rendah, rambut yang dibiarkan tergerai dan hiasan anting kecil membuat Dhila menjadi sangat elegan dan cantik apalagi hiasan wajahnya pun di buat senatural mungkin menambah sempurna penampilannya malam ini.“ Ayo sayang kita berangkat sekarang,” ucap Bu Marta a
Dhila menunduk dan menahan tawa ketika melihat ekspresi mamanya dan Tomi yang tercengang dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dhila sebenarnya juga sangat terkejut saat melihat laki-laki yang baru saja memperkenalkan diri di hapadannya. Menurut Dhila laki-lali di hadapannya itu sangat lucu dan aneh karena seperti anak usia 11 tahun yang akan mengikuti karnaval pakaian resmi. Jauh dari ekspektasi yang dibayangkan oleh ibunya.“Selamat malam Tuan Dipta, kami benar-benar merasa tersanjung bisa makan malam dengan laki-laki hebat seperti anda, benarkan mam?” Dhila melihat kearah kearah ibunya .“I-iya tentu saja,” jawab Bu Marta dengan gugup.“Tuan, maaf saya ke toilet sebentar,” ucap Dhila sambil tersenyum ke arah Dipta.Dhila bergegas dan mempercepat langkahnya menuju toilet, di toilet tawanya pun pecah . Dia merasa puas sekaligus lucu melihat ekspresi ibunya dan Tomi saat melihat Dipta.“Puas kamu!&
Pukul Sebelas malam, dalam perjalanan pulang tidak ada obrolan antara tiga orang manusia yang sama-sama berada dalam mobil tersebut , mereka seakan tenggelam dalam dunia dan pikirannya masing-masing, Tomi begitu konsentrasi menyetir walau dalam keadaan capek dan mengantuk, Dhila terus memikirkan Adam dan terus melakukan panggilan telepon walau nomor ponsel kekasihnya itu tetap tidak dapat di hubungi sedang Bu Marta terus merokok dan terlihat gelisah. Hingga mobil mereka masuk dalam pelantaran garasi mereka masih tetap diam dan begitu mobil berhenti Dhila dan Bu Marta segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.“Dhila, mama ingin bicara sebentar,” pinta Bu Marta.Dhila yang hendak menaiki tangga menuju kamarnya berhenti dan menoleh ke arah ibunya , Bu Marta pun berjalan ke arah sofa diikuti Dhila.“Dhila, dulu kamu sudah berjanji pada papamu bahwa kamu akan selalu membahagiakan mama, dan sekarang mama menagih janjimu itu.&r
Sepuluh langkah berjalan ia dengan jelas di pertontonkan adegan panas laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat liar dan diliputi gairah. Dalam pantulan sinar rembulan yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka dua orang manusia yang sama-sama di perbudak nafsu itu terus mengeluarkan suara-suara desahan dan erangan yang menggema memenuhi ruangan tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang berdiri di belakang mereka dengan perasaan hancur dan lelehan airmata yang tiba-tiba turun.KlikLampu ruangan tiba-tiba menyala, dua orang yang sedang bergumul itu pun kaget dan sontak menghentikan kegiatan mereka.“Kenapa kalian berhenti hah, ayo lanjutkan.” Dhila duduk di sofa tepat di hadapan Adam dan wanita yang Dhila kenal sebagai model pendatang baru.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya adam sambil menutup bagian bawah badannya dengan kemeja, wanita pasangannya pun terlihat kalang kabut dan berlari menuju kamar mandi.&l
Hadap kanan, dagunya angkat sedikit. Ya begitu, bagus. Tahan!Dua orang fotografer dibantu asistennya yang menangani set lokasi dan pencahayaan sedang sibuk memotret seorang model yang bergaya dengan berbagai pose.Seorang fotomodel bekerja tanpa lelah, dalam satu kali pemotretan dia bisa beberapa kali mengganti kostum dan riasan.Anandhila Prameswary dialah fotomodel yang sekarang sedang berlenggak lenggok didepan kamera, kadang dia melakukan pose duduk, tersenyum menggoda dan pose-pose sensual lainnya, dalam hal fotosyut Dhila begitu dia biasa dipanggil bukanlah pekerjaan baru baginya, dia sudah banyak melakukan fashion show di dalam maupun di luar negeri, bahkan sekarang dia juga melebarkan sayapnya di dunia akting dan bintang iklan.Dengan tinggi 178cm, kulit yang putih, hidung bangir dan bibir yang sensual juga lesung pipi yang menambah daya tariknya sebagai wanita, maka tak heran banyak laki-laki dari kalangan artis, model maupun
Jam menunjukan hampir tengah malam, keadaan jalanan pun sudah sedikit sepi, hanya pedagang-pedagang gerobak yang menjajakan kuliner khas malam yang kelihatan sibuk melayani konsumennya. Dhila yang baru saja menyelesaikan syutingnya sedang dalam perjalanan pulang. Di dalam mobil yang dia tumpangi semua orang terdiam dan sibuk dengan ponselnya masing-masing"Sayang kamu langsung istirahat ya, jangan lupa cuci muka dan langsung pake masker agar besok wajahmu fresh," ucap Bu Marta yang adalah ibu sekaligus manager Dhila memecah kesunyian."Memang Mama tidak langsung pulang?" tanya Dhila."Mama ada perlu dulu sebentar.""Jangan bilang Mama mau pergi ke kasino lagi!" Suara Dhila agak meninggi."Hey! Sejak kapan kamu ngatur-ngatur Mama? Mama itu jenuh dan capek nungguin kamu syuting seharian, jadi wajar dong Mama butuh refresing dan me time sebentar," jawab Bu Marta santai."Kalau Mama yang hanya nunggu sambil
"Masuk!" ucapnya setelah duduk kembali di atas kursi kerja.Reihan yang merupakan asisten sekaligus tangan kanan Dipta pun masuk dan duduk tepat di hadapannya."Saya sudah mendapatkan informasi lengkap tentang model yang Tuan inginkan," ucapnya to the point. Dipta hanya tersenyum kecil mendengar laporan dari asistennya itu."Nama lengkapnya Anandhila prameswary, berumur 22 tahun, ayahnya sudah meninggal sekitar 15 tahun yang lalu. Sepeninggal sang ayah bisnisnya pun bangkrut karena gaya hidup ibunya yang suka berfoya-foya. Ibunya bernama Marta hampir setiap malam dia pergi ke kasino untuk berjudi dan mabuk-mabukan, dia juga seorang suggar mommy yang suka bersenang-senang dengan berondong. Sekarang Dhila adalah tulang punggung keluarga sekaligus sapi perah ibunya. Dia sudah mempunyai pacar, yaitu seorang atlit basket nasional yang juga anak dari petinggi salah satu partai politik," jelas Rei panjang lebar.Dipta tersenyum kecut me
Sepuluh langkah berjalan ia dengan jelas di pertontonkan adegan panas laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat liar dan diliputi gairah. Dalam pantulan sinar rembulan yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka dua orang manusia yang sama-sama di perbudak nafsu itu terus mengeluarkan suara-suara desahan dan erangan yang menggema memenuhi ruangan tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang berdiri di belakang mereka dengan perasaan hancur dan lelehan airmata yang tiba-tiba turun.KlikLampu ruangan tiba-tiba menyala, dua orang yang sedang bergumul itu pun kaget dan sontak menghentikan kegiatan mereka.“Kenapa kalian berhenti hah, ayo lanjutkan.” Dhila duduk di sofa tepat di hadapan Adam dan wanita yang Dhila kenal sebagai model pendatang baru.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya adam sambil menutup bagian bawah badannya dengan kemeja, wanita pasangannya pun terlihat kalang kabut dan berlari menuju kamar mandi.&l
Pukul Sebelas malam, dalam perjalanan pulang tidak ada obrolan antara tiga orang manusia yang sama-sama berada dalam mobil tersebut , mereka seakan tenggelam dalam dunia dan pikirannya masing-masing, Tomi begitu konsentrasi menyetir walau dalam keadaan capek dan mengantuk, Dhila terus memikirkan Adam dan terus melakukan panggilan telepon walau nomor ponsel kekasihnya itu tetap tidak dapat di hubungi sedang Bu Marta terus merokok dan terlihat gelisah. Hingga mobil mereka masuk dalam pelantaran garasi mereka masih tetap diam dan begitu mobil berhenti Dhila dan Bu Marta segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.“Dhila, mama ingin bicara sebentar,” pinta Bu Marta.Dhila yang hendak menaiki tangga menuju kamarnya berhenti dan menoleh ke arah ibunya , Bu Marta pun berjalan ke arah sofa diikuti Dhila.“Dhila, dulu kamu sudah berjanji pada papamu bahwa kamu akan selalu membahagiakan mama, dan sekarang mama menagih janjimu itu.&r
Dhila menunduk dan menahan tawa ketika melihat ekspresi mamanya dan Tomi yang tercengang dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dhila sebenarnya juga sangat terkejut saat melihat laki-laki yang baru saja memperkenalkan diri di hapadannya. Menurut Dhila laki-lali di hadapannya itu sangat lucu dan aneh karena seperti anak usia 11 tahun yang akan mengikuti karnaval pakaian resmi. Jauh dari ekspektasi yang dibayangkan oleh ibunya.“Selamat malam Tuan Dipta, kami benar-benar merasa tersanjung bisa makan malam dengan laki-laki hebat seperti anda, benarkan mam?” Dhila melihat kearah kearah ibunya .“I-iya tentu saja,” jawab Bu Marta dengan gugup.“Tuan, maaf saya ke toilet sebentar,” ucap Dhila sambil tersenyum ke arah Dipta.Dhila bergegas dan mempercepat langkahnya menuju toilet, di toilet tawanya pun pecah . Dia merasa puas sekaligus lucu melihat ekspresi ibunya dan Tomi saat melihat Dipta.“Puas kamu!&
Walau sebenarnya Dhila tidak ingin pergi menghadiri undangan makan malam dari Dipta tapi apalah daya dia juga tidak bisa menolak semua keinginan ibunya, dari kecil dia merasa hanya menjadi sebuah boneka yang di mainan dan di kontrol oleh sang ibu. Dia tidak bisa melakukan apapun yang dia suka, bahkan dia kehilangan moment-moment remajanya, dia tidak pernah merasakan bagaimana serunya pergi jalan-jalan ke mall, makan dan nonton bioskop atau sekedar berbincang menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya.Seperti malam ini, Dhila melihat pantulan dirinya dalam cermin. Ia terlihat sangat memukau memakai mini dress berwarna pastel dengan panjang selutut dan belahan dada yang sedikit rendah, rambut yang dibiarkan tergerai dan hiasan anting kecil membuat Dhila menjadi sangat elegan dan cantik apalagi hiasan wajahnya pun di buat senatural mungkin menambah sempurna penampilannya malam ini.“ Ayo sayang kita berangkat sekarang,” ucap Bu Marta a
"Oke. Kita istirahat makan siang dulu!" Teriak sutradara. Semua kru dan para aktris pun membubarkan diri, begitu juga dengan Dhila, dia segera mengambil ponsel dan melakukan panggilan telepon."Sayang, kenapa hari ini kamu tidak fokus, beberapa kali kamu bahkan lupa skrip," tanya Bu Marta."Sudah dua hari Adam tidak bisa dihubungi Mam, Dhila bingung padahal sebelumnya kami baik-baik saja." Dhila menjawab sambil terus melakukan panggilan dengan ponselnya."Sudahlah sayang, kamu tidak usah memikirkan atlit itu lagi, lagi pula Mama kan sudah pernah bilang kalau dia itu playboy.""Maaf Nyonya, ada kiriman untuk Nona Dhila." Seseorang mengantarkan sebuket bunga mawar merah yang dibentuk lambang love.Bu Marta menerima bunga itu dan membuka sebuah kartu ucapan yang terselip di dalamnya, "Saya harap kita bisa makan malam bersama besok, dan terimakasih untuk kuenya, Dipta.""Kue? Kapan aku memberinya kue," gumam Dhila.
"Dari mana kamu pagi-pagi baru pulang?" bentak Bu Marta saat Dhila baru saja memasuki rumah."Seperti Mamah, meetime!" jawab Dhila singkat.Tanpa menghiraukan ekspresi ibunya yang marah Dhila langsung menuju kamar dan membersihkan diri, setelah 30 menit Dhila pun keluar kamar dan menuju meja makan."Tom, semua perlengkapan aku untuk fashion show udah kamu siapkan? Aku ingin penampilanku sempurna nanti malam," ucap Dhila. "Oh iya, bagaimana kalo sebelum berangkat ke hotel kita shooting dulu beberapa endoresan, " tambahnya.Tomi dan Bu Marta saling berpandangan dengan ekspresi aneh karena tidak biasanya Dhila penuh semangat seperti sekarang."Dhila, apa kamu baik-baik saja?" tanya Tomi heran."Tentu saja," jawab Dhila riang. Dia lalu mengambil mayones dan mengoleskannya pada putih telur yang sudah di siapkan.Pertemuan dan pergumulannya dengan Adam semalam benar-benar me-refresh mood Dhila. Dia
"Masuk!" ucapnya setelah duduk kembali di atas kursi kerja.Reihan yang merupakan asisten sekaligus tangan kanan Dipta pun masuk dan duduk tepat di hadapannya."Saya sudah mendapatkan informasi lengkap tentang model yang Tuan inginkan," ucapnya to the point. Dipta hanya tersenyum kecil mendengar laporan dari asistennya itu."Nama lengkapnya Anandhila prameswary, berumur 22 tahun, ayahnya sudah meninggal sekitar 15 tahun yang lalu. Sepeninggal sang ayah bisnisnya pun bangkrut karena gaya hidup ibunya yang suka berfoya-foya. Ibunya bernama Marta hampir setiap malam dia pergi ke kasino untuk berjudi dan mabuk-mabukan, dia juga seorang suggar mommy yang suka bersenang-senang dengan berondong. Sekarang Dhila adalah tulang punggung keluarga sekaligus sapi perah ibunya. Dia sudah mempunyai pacar, yaitu seorang atlit basket nasional yang juga anak dari petinggi salah satu partai politik," jelas Rei panjang lebar.Dipta tersenyum kecut me
Jam menunjukan hampir tengah malam, keadaan jalanan pun sudah sedikit sepi, hanya pedagang-pedagang gerobak yang menjajakan kuliner khas malam yang kelihatan sibuk melayani konsumennya. Dhila yang baru saja menyelesaikan syutingnya sedang dalam perjalanan pulang. Di dalam mobil yang dia tumpangi semua orang terdiam dan sibuk dengan ponselnya masing-masing"Sayang kamu langsung istirahat ya, jangan lupa cuci muka dan langsung pake masker agar besok wajahmu fresh," ucap Bu Marta yang adalah ibu sekaligus manager Dhila memecah kesunyian."Memang Mama tidak langsung pulang?" tanya Dhila."Mama ada perlu dulu sebentar.""Jangan bilang Mama mau pergi ke kasino lagi!" Suara Dhila agak meninggi."Hey! Sejak kapan kamu ngatur-ngatur Mama? Mama itu jenuh dan capek nungguin kamu syuting seharian, jadi wajar dong Mama butuh refresing dan me time sebentar," jawab Bu Marta santai."Kalau Mama yang hanya nunggu sambil
Hadap kanan, dagunya angkat sedikit. Ya begitu, bagus. Tahan!Dua orang fotografer dibantu asistennya yang menangani set lokasi dan pencahayaan sedang sibuk memotret seorang model yang bergaya dengan berbagai pose.Seorang fotomodel bekerja tanpa lelah, dalam satu kali pemotretan dia bisa beberapa kali mengganti kostum dan riasan.Anandhila Prameswary dialah fotomodel yang sekarang sedang berlenggak lenggok didepan kamera, kadang dia melakukan pose duduk, tersenyum menggoda dan pose-pose sensual lainnya, dalam hal fotosyut Dhila begitu dia biasa dipanggil bukanlah pekerjaan baru baginya, dia sudah banyak melakukan fashion show di dalam maupun di luar negeri, bahkan sekarang dia juga melebarkan sayapnya di dunia akting dan bintang iklan.Dengan tinggi 178cm, kulit yang putih, hidung bangir dan bibir yang sensual juga lesung pipi yang menambah daya tariknya sebagai wanita, maka tak heran banyak laki-laki dari kalangan artis, model maupun