Kirana membenarkan pertanyaan Han, bahwa anak laki-laki yang di lihatnya adalah darah dagingnya bersama Sabian.
"Seperti yang kamu lihat, aku berada di tengah-tengah keluarga Alexander lalu apa menurutmu aku sedang berbohong?" Kirana merangkul putranya.
"Bisa-bisanya kamu bangga melahirkan anak haram," Tania menyindir Kirana.
Pernyataan Tania membuat petaka bagi dirinya sendiri, tentu saja Sabian marah mendengar Tania mengatakan bahwa Bima adalah seorang anak haram.
"Jaga mulutmu perempuan rendahan, memangnya siapa dulu yang mengirim Kirana ke kamarku, satu hal lagi jangan pernah menganggap keturunanku adalah anak haram," Sabian tidak terima.
"Atau Jangan-jangan kamu iri karena sudah lima tahun menikah tetapi belum juga di karunai buah hati?" Lusi menyindir Tania.
Tania ketakutan saat Sabian marah, dia lebih sakit hati lagi saat di singgung mengenai buah hati oleh Lusi, ji
Tuan Alexander kembali ke kediamannya bersama anak, menantu, serta cucunya kejadian hari ini adalah di luar batas kendalinya, yang jelas saat ini Bima terbukti sebagai cucu kandungnya."Kirana mulai malam ini tinggallah di rumah ini, barang-barang mu akan di pindahkan ke sini oleh orang-orang ku besok pagi," ucap tuan Alexander."Terima kasih tuan Alexander, aku sudah memikirkan dengan matang keselamatan Bima pasti orang dari kediaman Dani Wijaya tidak akan tinggal diam," jawab Kirana.Hari sudah malam tuan Alexander meminta anak-anak untuk istirahat, untuk Kirana karena belum resmi menjadi istri Sabian maka kamar mereka terpisa dulu dia akan tidur bersama Bima."Pelayan tolong tunjukkan kamar Kirana dan cucuku," tuan Alexander meminta pelayan melayani Kirana."Nona dan tuan muda kecil silahkan lewat sini," pelayan menunjukkan jalan menuju kamar Kirana.Kiran
"Jangan lakukan ini sabian, aku takut ada yang melihatnya," ucap Kirana mendorong tubuh Sabian.Sabian hanya tersenyum kecil dan meminta Kirana untuk menggandeng tangannya masuk ke dalam perusahaan.Semua mata memandang saat Sabian dan Kirana masuk ke dalam kantor banyak juga yang berbisik karena Sabian terkenal alergi terhadap perempuan."Apakah itu adalah nyonya kita dia cantik sekali?" Ucap salah satu karyawan yang melihat."Akhirnya kita akan memiliki nyonya di perusahaan ini," ucap satu karyawan lagi.Sabian berhenti di tengah-tengah ruangan perusahaan yang banyak orangnya, ia melirik kanan dan kiri memperhatikan karyawannya yang salah tingkah karena biasanya dia akan marah ketika melihat karyawannya asyik bercengkrama saat jam kerja."Mulai hari ini wanita di samping ku kedepannya akan menjadi nyonya kalian, berilah salam kepada nyonya," ucap Sabian tegas.&nb
Karyawan yang menghina Kirana bertekut lutut meminta maaf, ia menyadari kesalahannya tidak sepantasnya melawan seorang nyonya yang berkuasa."Tuan Presdir maafkan aku, aku tahu salah tolong jangan pecat saya," karyawan itu berlutut memohon ampunan."Kenapa kamu takut sementara tadi kamu begitu angkuh menghina istriku, pengawal bawa wanita rendahan ini berikan pesangon dan surat pemecatan," ucap Sabian memerintahkan pengawalnya.Karyawan itu berteriak meronta meminta belas kasihan karena masih ada tanggungan orang tua yang harus ia hidupi. Sabian tidak menghiraukan wanita rendahan itu karena telah membuatnya merasa tidak senang."Sabian, aku rasa dia seorang tulang punggung demi aku tolong jangan pecat perempuan itu, jangan kamu tambah beban hidupnya," ucap Kirana memohon."Kamu terlalu baik kepada orang yang menindasmu, tapi lebih baik kita ikuti dulu perempuan itu," ucap Sabian.
Mike mengerti dan segera ke ruang Hrd untuk bertanya tentang karyawan yang bernama Lani, seseorang yang baru saja di pecat tapi di jemput lagi oleh nyonya yang baik hati."Tuan Mike berikut adalah data dari dari karyawan bernama Lani, setahu saya dia seorang yang giat bekerja bahkan suka lembur, sakit juga masuk kerja pernah pingsan juga di perusahaan karena semangat bekerja," ucap kepala departemen HRD."Terima kasih banyak informasi yang kamu berikan, copyan data diri karyawan saya terima ya," ucap Mike sambil meninggalkan ruang HRD.Mike menyusuri lorong menuju departemen pemasaran tempat dimana Lani bekerja, Mike menggali informasi mengenai perilaku Lani dari teman-temannya."Tuan Mike Lani biasanya tidak seperti itu, mungkin saja dia sedang khilaf," ucap teman satu departemen."Benar tuan Mike dia pernah bercerita padaku kalau ayahnya tidak mengijinkan dia di rumah, setiap h
Bima belum menjawab pertanyaan ayahnya saat ini ia ingin makan malam di temani ayah dan mamanya, ia berjanji akan bercerita kepada ayahnya saat selesai makan malam. "Ayah aku akan menceritakan kehidupan ku, tapi temani aku makan malam dulu," ucap Bima. "Kalau begitu ayah akan menemanimu makan malam, ayah sudah tak sabar mendengar ceritamu," Sabian menggandeng Bima ke meja makan. Di meja makan yang sama di rumah tuan Alexander, Kirana menikmati hidangan enak setiap harinya ia sampai menitikkan air mata kebahagian, mengingat ia tak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya di masa lalu semenjak kehilangan ibunya. "Apa yang membuatmu sedih Kirana?" ucap tuan Alexander. "Maafkan aku tuan Alexander, keluarga ini menunjukkan kehangatan, di rumah peninggalan ibuku sendiri aku tidak mendapatkan kasih sayang yang tulus seperti di keluarha Alexander," ucap Kirana.
Air mata kebahagiaan mengalir dari pelupuk mata Sabian, mulut kecil putranya mengeluarkan kalimat yang membuat hatinya terenyuh, Sabian mengelus rambut putra kesayangannya."Nak apa kamu tahu juga hari ini ayah nagaia sekali bisa memelukmu selama ini, perjuangan ayah untuk kembali bersatu dengan Bima dan Mama mu sungguh di penuhi jallan terjal dan berliku, ayah sangat menyayangi Bima jangan pernah pergi lagi dari kehidupan ayah," ucap Sabian dengan perasaan yang tak bisa di ungkapkan."Ayah berjanjilah pada Bima jika selamanya kita akan bersama," ucap Bima sambil mengelap air mata yang jatuh ke pipi ayahnya.Sabian baru kali ini mengeluarkan air mata di depan seorang anak kecil, biasanya dia sangat garang dan jarang menangis tetapi di hadapan darah dagingnya ia tak malu mengeluarkan air mata kebahagiaan."Ayah berjanji nak, selamanya hingga akhir usia akan selalu bersama kamu dan mamamu," Sabian ters
Ehemm...Sabian berdegem ketika memperhatikan sepasang mata lelaki lain menatap tanpa berkedip wanita pujaannya."Aku akan mencongkel mata pria lain yang menatap sembarangan wanita milikku," Sabian berbicara sambil mengambil gelas air minum."Sabian kamu tak perlu cemburu padaku, kamu juga tahu aku sudah bertunangan, aku tidak akan merebut barang milik adikku," Sandra menepuk pundak Sabian.Walaupun sebenarnya hati Sandra belum sepenuhnya melepas Kirana tetapi, dia sadar diri semuanya tak mungkin terjadi antara dia dan Kirana tak akan pernah bersatu, mengingat takdir yang sudah di tetapkan oleh yang maha kuasa."Baguslah kalau kamu mengingat sudah bertunangan, sebentar lagi akan menikah dan punya keturunan sendiri," Sabian masih saja sewot."Adikku sayang cepat selesaikan urusan mu dan urus surat resmi menikah di kantor urusan agama," Sandra mengedipkan matanya.&nb
Kirana tersenyum melihat Sabian yang manis saat merasa cemburu, wajahnya terlihat semakin tampan di mata Kirana."Lepaskan tangan kotormu, aku akan memenggal kepalamu jika berani lama-lama memegang tangan wanita milikku," Sabian terlihat geram."Sabian sudahlah jangan marah lagi, Dokter Jay hanya menyapaku pagi ini," Kirana mengelus pundak Sabian menenangkan dirinya.Sabian menegaskan jika Jay berani menyentuh sembarangan sekecil apapun bagian dari tubuh Kirana, ia tak akan segan-segan memotong tangan pria yang sudah sejak kecil menjadi sahabatnya itu."Ah Sabian bercandamu tidaklah lucu, kalau kau memotong tanganku bagaimana aku bisa berdansa dengan gadis cantik nanti," Jay tersenyum riang setelah mengatakan kalimat gurauan pada Sabian."Itu urusanmu, anggap saja hukuman karena terlalu banyak mempermainkan pada wanita," ucap Sabian.Kalimat menohok yang memb