Kirana tersenyum melihat Sabian yang manis saat merasa cemburu, wajahnya terlihat semakin tampan di mata Kirana.
"Lepaskan tangan kotormu, aku akan memenggal kepalamu jika berani lama-lama memegang tangan wanita milikku," Sabian terlihat geram.
"Sabian sudahlah jangan marah lagi, Dokter Jay hanya menyapaku pagi ini," Kirana mengelus pundak Sabian menenangkan dirinya.
Sabian menegaskan jika Jay berani menyentuh sembarangan sekecil apapun bagian dari tubuh Kirana, ia tak akan segan-segan memotong tangan pria yang sudah sejak kecil menjadi sahabatnya itu.
"Ah Sabian bercandamu tidaklah lucu, kalau kau memotong tanganku bagaimana aku bisa berdansa dengan gadis cantik nanti," Jay tersenyum riang setelah mengatakan kalimat gurauan pada Sabian.
"Itu urusanmu, anggap saja hukuman karena terlalu banyak mempermainkan pada wanita," ucap Sabian.
Kalimat menohok yang memb
Dani Wijaya murka dan menuding istrinya telah sengaja membuat berita agar nama Kirana tercemar, apakah dia tidak memikirkan bahwa akan berdampak dengan hotelnya."Tentu saja aku tega karena kamu dan anak kesayangan mu ini telah berani berbuat hal yang memalukan," bentak Dani Wijaya."A-aku hanya ingin memberi peringatan kepada Kirana bahwa perbuatannya itu tidak benar, menyembunyikan kehamilan dari keluarga," ucap istri Dani Wijaya.Ayah Kirana semakin murka mendengar jawaban dari istrinya, pasalnya saat berita itu terkuat nama Dani Wijaya semakin tercemar, dia masih ingat hari itu saat Dani Wijaya mengusir Kirana dari rumah karena hasutan istrinya."Kamu yang menghasut ku waktu itu untuk mengusir Kirana dari rumah karena dia tak pulang semalam, padahal putrimu sendiri yang sedang berbuat tak senonoh dengan kekasih adiknya," ucap Dani Wijaya."Sayangku jangan marah terus, semuany
Mereka kaget melihat dua orang yang muncul dari balik keramaian, apa jangan-jangan semua orang ramai ini adalah masa yang di bawa Kirana untuk menuntut Dani Wijaya mengganti rugi atas pencemaran nama baik yang di terima oleh Kirana."Apa kabar ayah dan ibu yang merebut posisi nyonya di rumahku?" Kirana mendekat dengan memberikan aura menekan."A-apa yang kamu inginkan dari kami?" ucap Dani Wijaya terbata.Kirana tersenyum mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Dani Wijaya melihat wajahnya yang pucat ketakutan membuatnya ingin memberikan beberapa tekanan lagi."Pertama-tama aku akan menolong tamu yang akan reservasi di hotel milikku ini dulu, baru mengurus kalian," ucap Kirana sambil mendekati salah satu pengunjung yang tadi terjatuh akibat di dorong oleh nyonya Wijaya."Nona, apa kamu baik-baik saja, aku akan memberimu diskon sebagai permintaan maaf, dan aku sendiri yang akan melayanimu u
Kirana berjalan dengan langkah santai namun, tatapan kearah lawan yang tegas, ia berhenti di samping Sabian."Semenjak aku kecil aku selalu di tindas oleh ayah kandung dan ibu tiriku, Tania anak pelakor ini mempunyai uang saku yang lebih besar dariku," ucap Kirana."Kirana apa yang kamu bicarakan, ayah selalu menyayangimu sepenuh hati, uang jajanmu dan Tania selalu sama?" ucap Dani Wijaya.Kirana menggelengkan kepalanya, yang mengatur keuangan adalah istrinya yang sekarang, bahkan ibu tiri kerap menyiksanya secara mental mengatakan bahwa Kirana anak orang lemah, mereka sering makan di luar menghamburkan uang ibunya tetapi Kirana tetap tinggal di rumah berteman dengan sepi."Dani Wijaya bahkan kamu selalu membela Tania anak pelakor itu dan tak segan memukul tubuhku jika kami berselisih," ucap Kirana menekan Dani Wijaya."Mana mungkin aku memukulmu Kirana, ayah sangat menyayangimu,
Dani Wijaya mundur secara perlahan, ia tak menyangka sebelumnya bahwa Kirana akan tumbuh menjadi seorang wanita dewasa yang kejam, mungkin ini karma atas apa yang di perbuat oleh Dani dan istrinya beberapa waktu silam."Tidak jangan sakiti anak dan istri kesayanganku, kamu dan Tania adalah darah dagingku aku tidak pernah membedakan kasih sayang di antara kalian berdua," Dani Wijaya berbicara berubah-ubah untuk melindungi dirinya sendiri."Tidak membedakan di antara aku dan Tania katamu, ayahku tersayang hari ini mungkin sudah saatnya untuk kita mengakhiri semuanya," Kirana berbicara dengan nada mengancam.Dani Wijaya tidak ingin jatuh miskin dan hidup menderita di jalanan, ia berlutut dan memohon kepada Kirana untuk memberinya satu kesempatan lagi, ia akan menjadi ayah yang baik dan adil ia bersumpah akan memperbaiki sikapnya yang di rasa tidak menguntungkan Kirana di masa lalu."Kirana aku ini adala
Kirana tersenyum melihat wajah penuh putus asa yang di perlihatkan Dani Wijaya, menyiksanya secara perlahan adalah penderitaan yang harus ayah kandung kirana rasakan setelah banyak kejahatan yang ia lakukan di masa lalu."Kamu cukup menandatangai pengalihan saham hotel, seluruh aset dan properti yang kamu kumpulkan dengan uang ibuku serahkan kembali padaku, termasuk perhiasan dan benda berharga milik istri dan anakmu," Kirana mengibaskan rambutnya."Kamu jangan keterlaluan Kirana, Tania adalah kakakmu bagaimana kamu bisa kejam terhadapnya," ucap Dani Wijaya."Tania merebut apa yang aku miliki sebelumnya bagaimana bisa aku yang di katakan kejam, jika ayah tidak mau, mulai sekarang ayah hiduplah di jalanan seperti gelandangan karena aku sudah menggandeg pihak kepolisian untuk mengawal kasus korupsinya istrimu," ucap Kirana mengancam.Kirana membeberkan banyak uang operasional hotel di
Bibi Kirana tertawa merendahkan Tania dan ibunya yang membanggakan keluarga ayahnya, karena sesungguhnya Dani Wijaya sebenarnya adalah karyawan teladan yang di sayang oleh tuan Handoko, di sekolahkan dan di angkat derajatnya oleh orang yang kini menjadi mertuanya."Tentu saja ayahku punya segalanya," ucap Tania."Sebenarnya ayahmu hanya jongos dari keluarga Handoko, beruntung sekali kakakku jatuh cinta padanya, lalu ibumu yang hanya seorang pembantu itu mencoba naik ke ranjangnya dan membuat kakakku meninggal dunia," Bibi Kirana memberikan tekanan kepada Tania.Tania tidak percaya atas apa yang di ucapkan oleh bibi Kirana, bagaimanapun juga Tania adalah darah daging Dani Wijaya seharusnya masih berhak mendapatkan warisan hotel,dan aset yang di miliki perusahaan Wijaya."Pembohong, aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan, ayahku punya segalanya hotel dan aset adalah milik ayahku," ucap Tania ya
Sabian dan kirana menerobos masuk ke kediaman tuan Handoko tanpa permisi, sebelumnya ia berhasil melumpuhkan penjaga di kediaman Handoko yang profesional itu."Maaf tuan Handoko saya tidak sopan menerobos ke kediaman anda," Kirana membungkukkan setengah badannya."Bagaimana bisa kalian masuk, sedankan di depan aku pasang para pengawal yang profesional?" tuan Handoko merasa tidak senang karena ada yang lebih kuat dari pertahanannya.Kirana menjelaskan bahwa orang yang di pasang menjaga keamanan di rumah tuan Handoko berhasil ia lumpukan berkat strategi yang di miliki kekasih hatinya, Kirana meminta Sabian untuk menjelaskan ke tuan Handoko."Tuan Handoko sebelum aku menjelaskan kenapa aku bisa melumpuhkan pengawalmu, berjanjilah anda merestui aku menikahi Kirana?" Sabian merangkul mesra Kirana."Kurang ajar sekali, berani bermesraan di depanku, kalian anak muda tidak bermoral," uca
Sabian tersenyum mendapat jawaban dari kakek Kirana, jawaban atas pertanyaan itu sepertinya tidak usah di ungkapkan juga semua orang mengerti betapa Sabian mencintai Kirana."Kakek, maksudku tuan Handoko jika aku tidak mencintai Kirana untuk apa aku menghabiskan waktu, tenaga serta biaya untuk mencari Kirana selama lima tahun ini, aku bahkan hampir gila kehilangan Kirana," Sabian mengungkapkan isi hatinya."Panggil aku kakek saja, baiklah kalau begitu aku akan mengatur pertemuan dengan tuan besar Alexander aku juga ingin bertemu dengan cicitku, Luna urus masalah keponakanmu, aku akan kembali ke gudang," ucap Tuan Handoko seraya berdiri dan pergi meninggalkan ruang tamu.Tinggal sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara dan juga Bibi yang masih muda di ruang tamu, sepertinya akan mudah untuk mengobrol di bandingkan masih ada tuan Handoko tadi."Kalian tidak usah sungkan terhadapku, Kirana anak kaka