Sabian dan kirana menerobos masuk ke kediaman tuan Handoko tanpa permisi, sebelumnya ia berhasil melumpuhkan penjaga di kediaman Handoko yang profesional itu.
"Maaf tuan Handoko saya tidak sopan menerobos ke kediaman anda," Kirana membungkukkan setengah badannya.
"Bagaimana bisa kalian masuk, sedankan di depan aku pasang para pengawal yang profesional?" tuan Handoko merasa tidak senang karena ada yang lebih kuat dari pertahanannya.
Kirana menjelaskan bahwa orang yang di pasang menjaga keamanan di rumah tuan Handoko berhasil ia lumpukan berkat strategi yang di miliki kekasih hatinya, Kirana meminta Sabian untuk menjelaskan ke tuan Handoko.
"Tuan Handoko sebelum aku menjelaskan kenapa aku bisa melumpuhkan pengawalmu, berjanjilah anda merestui aku menikahi Kirana?" Sabian merangkul mesra Kirana.
"Kurang ajar sekali, berani bermesraan di depanku, kalian anak muda tidak bermoral," uca
Sabian tersenyum mendapat jawaban dari kakek Kirana, jawaban atas pertanyaan itu sepertinya tidak usah di ungkapkan juga semua orang mengerti betapa Sabian mencintai Kirana."Kakek, maksudku tuan Handoko jika aku tidak mencintai Kirana untuk apa aku menghabiskan waktu, tenaga serta biaya untuk mencari Kirana selama lima tahun ini, aku bahkan hampir gila kehilangan Kirana," Sabian mengungkapkan isi hatinya."Panggil aku kakek saja, baiklah kalau begitu aku akan mengatur pertemuan dengan tuan besar Alexander aku juga ingin bertemu dengan cicitku, Luna urus masalah keponakanmu, aku akan kembali ke gudang," ucap Tuan Handoko seraya berdiri dan pergi meninggalkan ruang tamu.Tinggal sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara dan juga Bibi yang masih muda di ruang tamu, sepertinya akan mudah untuk mengobrol di bandingkan masih ada tuan Handoko tadi."Kalian tidak usah sungkan terhadapku, Kirana anak kaka
Tuan Handoko dan Luna saling pandang beberapa saat seolah sedang berdiskusi menentukan mau menerima undangan dari keluarga Alexander atau tidak, Luna mengangguk ke arah ayahnya berharap beliau menerima tawaran makan malam di keluarga Alexander."Kalian berangkat saja dulu, aku akan mengutus pengawal terlatih menjaga rumah ini agar dua orang tahananku tidak bisa kabur," ucap tuan Handoko."Terima kasih tuan Handoko, kami tunggu kedatangan anda di kediaman Alexander," Sabian tersenyum bahagia.Sabian meninggalkan kediaman Handoko dengan perasaan senang, akhirnya Sebentar lagi dia bisa menyatukan kedua keluarga besar."Luna aku butuh bukti bahwa laki-laki yang bersama cucuku benar-benar Sabian Alexander seorang bos berhati dingin dan kejam, aku tidak mau cucuku tertipu pemuda yang hanya mengaku-ngaku sebagai Sabian," ucap Tuan Handoko."Ayah aku punya bukti bahwa dia benar-benar Sab
Sandra tak menyadari ada orang masuk kedalam kamarnya, ia meneguk kembali wine yang ada di tangannya sampai habis dan meletaklan gelas ke atas meja. Sandra memeluk adiknya."Apa yang kamu pikirkan, kamu adikku tentu saja aku menginginkan kebahagiaan untukmu, aku sudah mengikhlaskan, maafkan aku telah mencintai orang yang ada di hatimu kala itu," Sandra merangkul erat Sabian."Kakak terima kasih, aku juga berharap kita akan selalu menjaga seperti ini, aku juga minta maaf, karena kita mencintai wanita yang sama," Sabian juga memeluk Sandra di dalam hatinya kini berkecamuk banyak pertanyaan.Sandra menceritakan awal bertemunya dia dengan Kirana, berita pernikahan keluarga Subroto dan Wijaya yang membuatnya terpukul saat itu, mengandung anak dari pria asing yang tak pernah di temui sebelumnya, waktu itu pikiran Kirana sedang kacau dan dia juga harus menyelesaikan kuliahnya, dia kabur ke desa mencari ketenangan, membiayai kul
Baru saja tuan Alexander berucap jika akan ada masalah walau Dani Wijaya beserta anak istrinya telah di amankan, kita Rana lupa bahwa Han adalah satu bencana untuknya. Sabian merasa kesal untuk apa orang di masa lalu Kirana ini masih saja menghampiri Kirana yang telah terlapas dari penderitaan di masa lalunya."Tuan muda Han sepertinya banyak waktu luang sampai ada waktu menunggu tunanganku?" Sabian mencibir Han."Aku tidak ada urusan dengan mu, aku ingin berbicara empat mata dengan Kirana," ucap Han dengan angkuhnya.Sabian merasa di Hima oleh orang yang telah menyakiti hati Kirana di masa lalu, tangannya sudah siap mengepal dan meninju Han tetapi, di tahan oleh Kirana yang berada di sampingnya."Sepertinya aku tidak ada urusan dengan tuan muda Han, aku dan ayah dari putraku sedang dibuk mempersiapkan pesta pernikahan, jadi katakan saja di depan calon suamiku ini, jika ada yang ingin di sampaikan, k
Tuan Subroto menyerahkan surat yang baru saja di terimanya kepada Han, beliau meminta Han untuk membaca surat itu."Baca surat ini dengan seksama, apa kamu ingin mencelakai papamu?" tuan Subroto sangat emosi."Ayah surat apa yang membuatmu marah kepadaku," Han menerima surat itu.Han membaca surat yang berisi sebuah gertakan untuk keluarga Subroto.Dear Tuan Subroto yang terhormat.Melalui surat ini saya Sabian Alexander menyatakan perang dagang karena putra anda telah berani secara terang-terangan menyatakan cintanya pada wanita milikku, dengan surat ini pula saya akan menarik semua investasi dan kerjasama di antara perusahaan kita, jika anda keberatan silahkan datang membuat perjanjian baru dengan putra anda.Salam Sabian Alexander.Han meremas kertas itu, ia melemparnya ke tempat sampah atas dasar apa Sabian berbuat seenaknya."Omong kosong macam apa, sebelum bertemu de
"Ke Alex Farm-Crop," jawab Luna singkat.Sopir melajukan mobil dengan kecepatan sedang emnuju perusahaan farmasi besar milik Sabian Alexander, Luna sengaja datang kesana untuk bertemu sang keponakan."Permisi nona, anda mau bertemu dengan siapa?" Resepsionis menghandang Luna."Bawa aku bertemu dengan presdir kalian," Luna melepas kaca mata hitamnya.Resepsionis bertanya apakah sudah membuat janji bertemu sebelumnya atau belum, karena biasanya Presdir mereka tidak akan sembarangan bertemu dengan orang apalagi tanpa sebuah janji."Maaf dengan nona siapa, apakah sudah membuat janji dengan Presdir kami?" ucap resepsionis."Bawa saja aku bertemu Presdir kalian, karena pasti tidak akan menolak kedatanganku," Luna memakai kembali kaca matanya.Resepsionis kecil itu tidak berani melanggar aturan karena bosnya sangat galak dan tidak main-main dalam memberikan hukuman. Mike y
Han kebingubgab menjawab saat mamanya menanyakan ada dimana Tania, apakah ia harus menjawab jujur bahwa Tania sedang berada di kediaman Handoko untuk memperhitungkan kejahatan yang telah dilakukan terhadap Kirana selama bertahun-tahun."Kenapa bingung seperti itu, katakan dengan jelas dimana wanita yang berstatus istri tapi yang dia pikirkan adalah kesenangannya sendiri?" tuan Subroto sudah sangat kesal."Ta-tania sedang liburan," ucap Han singkat."Jangan bohong, lebih baik jawab jujur aku merasa keluarga ini akan segera hancur saat kamu menikahi wanita yang tidak bisa mencari uang itu, bisanya hanya menghamburkan uang demi terlihat kaya," ucap tuan Subroto.Han hanya terdiam di hatinya mengucap sumpah serapah untuk ayahnya juga Tania yang memang tidak bisa memberikan pikiran atau sumbangan apapun untuk menaikkan status atau derajat keluarga Subroto."Sial sekali orang tua ini sudah mul
Nyonya Subroto tersenyum licik sebelum menjawab pertanyaan putranya, tentu saja pertama dengan berpura-pura akan menjemput istrinya, bagaimanapun dia masih menjadi tanggung jawab Han walaupun belum di ketuk palu di penagdilan, sebelumnya Han sudah memberitahu mamanya jika Tania dan Han sudah menandatangi surat permohonan perceraian tetapi belum melaksanakan sidang perceraian."Berpura-puralah akan menjemput Tania, lalu kamu mengobrol dengan tuan Handoko tentang masa lalumu dengan Kirana, katakan bahwa kamu dan Kirana saling mencintai jika bukan di rayu oleh Tania mungkin kamu dan Kirana sudah menikah sekarang," ucap nyonya Subroto."Apakah itu akan berhasil ma?" Han tampak merasa ragu."Jika kita tidak mencobanya mana tahu rencana kita akan berhasil atau tdak, anakku mama akan mendoakan yang terbaik untukmu, Kirana dan Keluarga Handoko akan menjadi milikmu," Nyonya Subroto memberikan semangat untuk anaknya.Han kembali bersemangat saat mamanya m
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun