Nyonya Subroto tersenyum licik sebelum menjawab pertanyaan putranya, tentu saja pertama dengan berpura-pura akan menjemput istrinya, bagaimanapun dia masih menjadi tanggung jawab Han walaupun belum di ketuk palu di penagdilan, sebelumnya Han sudah memberitahu mamanya jika Tania dan Han sudah menandatangi surat permohonan perceraian tetapi belum melaksanakan sidang perceraian.
"Berpura-puralah akan menjemput Tania, lalu kamu mengobrol dengan tuan Handoko tentang masa lalumu dengan Kirana, katakan bahwa kamu dan Kirana saling mencintai jika bukan di rayu oleh Tania mungkin kamu dan Kirana sudah menikah sekarang," ucap nyonya Subroto."Apakah itu akan berhasil ma?" Han tampak merasa ragu."Jika kita tidak mencobanya mana tahu rencana kita akan berhasil atau tdak, anakku mama akan mendoakan yang terbaik untukmu, Kirana dan Keluarga Handoko akan menjadi milikmu," Nyonya Subroto memberikan semangat untuk anaknya.Han kembali bersemangat saat mamanya mTuan Alexander meradang ia mengutus Sabian untuk tetap tenang, karena mungkin ini siasat keluarga Subroto untuk menjatuhkan bisnis besar yang di miliki oleh Sabian, di kota ini siapa yang tidak tahu nama Sabian, seorang pembsnis muda yang merajai bisnin farmasi di kota jakarta."Sabian aku rasa kamu jangan terpancing dengan umpan tuan muda keluarga Subroto itu, ingat jangan sampai lawan bisnis di luaran sana mengetahui kelemahanmu adalah Kirana," Sandra mengingatkan adik satu-satunya yang dia miliki."Kakak bahkan kamu juga berfikir seperti itu, kemarin Luna juga memperingatkanku tentang hal ini, lalu kak menurutmu aku harus bagaimana?" Sabian mencoba untuk tidak langsung mengambil tindakan, kali ini dia harus berpikir dua kali untuk melangkah karena ada Bima dan Kirana di sisinya.Sandra mengemukakan pendapatnya bahwa sang adik tidak boleh bertindak gegabah mengambil langkah, karena pasti ada sesuatu di balik semua ini, Han yang dulunya membuang Kirana
Han sangat ingin menangis saat ini, bagaimana tidak sang ayah sudah melepas tanggung jawab untuk membantunya lolos dari masalah serius yang ia hadapi saat ini, datang ke keluarga Handoko seorang diri tanpa berpikir panjang sebelumnya membuatnya kesulitan untuk melepaskan diri dari jerat maut yang sudah ada di depan mata. "Tuan Handoko aku mohon lepaskan aku, aku sangat tulus mencintai Kirana, aku berjanji akan membahagiakan dia setelah resmi bercerai dari Tania," ucap Han meyakinkan tuan Handoko. "Tidak bisa kamu turut andil menyengsarakan cucuku lima tahun lalu, aku sudah menyelediki semuanya, kamu hidup bahagia sementara cucuku bertahan hidup sendirian mengandung anak sambil mencari uang untuk membiayai hidupnya, lalu apa yang kamu lakukan saat itu, kamu setiap hari bersenang-senang dengan wanita pujaan hatiimu itu," ucap tuan Handoko setengah marah atas ulah Han yang tidak tahu malu itu. Han masih menyangkal sem
Han duduk di kursi gudang sambil memegangi kepalanya yang pusing, memikirkan caranya agar bisa keluar dari gudang pengap yang dia anggap tak layak untuk di tinggali manusia ini, ia merogoh sakunya mencoba mencari ponsel untuk menghubungi orang luar yang bisa menolongnya. sementara Tania menyimpan dendam di hatinya untuk Kirana, kenapa Kirana yang harus menjadi cucu orang kaya, menjadi seorang putri yang lahir dari rahim perempuan kaya."Han kamu tidak boleh berkata seperti itu, bagaimanapun juga kamu dahulu pernah mencintaiku, aku bukan orang jahat semua karena takdir yang maha kuasa jadi kita menikah," ucap Tania yang merasa geram dengan ucapan Han."Jika kamu tidak menggodaku dan menghasutku agar membenci Kirana mana mungkin aku bisa tertarik dengan seorang yang lahir karena menggoda majikan, sama sekali tidak menguntungkan keluarga Subrotoku, lihatlah sekarang ini apa ada orang yang menolong kalian?" ucap Han dengan nada marah.&nb
Jay tersenyum girang melihat sahabatnya yang sekarang sudah menggilai wanita, sebelum menjawab Jay mengeluarkan ponsel."Jay aku meminta jawabanmu bagaiamana cara aku harus memanjakan wanita, kenapa kamu malah mengeluarkan ponsel," ucap Sabian yang geregetan."Tenang dulu Sabian yang ganteng, aku ingin menunjukkan kamu ini," memperlihatkan layar ponsel kepada Sabian.Sabian melihat layar ponsel milik Dokter Jay secara seksama, Dokter Jay juga menjelaskan bahwa wanita itu suka belanja, suka di surprise dan juga kelembuatan, apalagi mereka suka keperkasaan pria di atas ranjang."Kamu harus memberi bunga atau hadiah kecil untuk wanita tersayang, ajak mereka berbelanja manjakan mereka dengan kemewahan, satu lagi Sabain buat dia kualahan di atas ranjang," bisik Dokter Jay di telinga Sabian."Lalu novel-novel romance yang kamu rekomendasikan di layar ponselmuini untuk apa?" ucap Sabian. 
Tuan Handoko melihat ke arah wajah Luna, beliau mengisyaratkan tentu saja membuat mereka berdua malu atau dengan cara membuat mereka miskin semiskin miskinnya, karena dari awla mereka adalah orang miskin yang menguasai harta milik Loretta."Buat mereka semua tidak memiliki sepeserpun uang dan juga sebarkan berita bahwa mereka telah membunuh Loretta tahun itu, dia mencoba beberapa percobaan pembunuhan terhadap ahli waris yang sah atas harta peninggalan Loretta putri pertamaku," ucap tuan Handoko dengan bengis."Ada satu lagi ayah, apakah kita harus melepaskan mereka dari gudang kita?" Luna sudah tidak sabar melihat kedua perempuan hina itu menderita."Lepaskan saja jika urusan semua aset, saham, dan juga properti milik loretta sudah berhasil kamu ambil alih, serta barang dan benda berharga milik Dani wijaya atau istrinya serta ibu Dani Wijaya yang di beli dari uang Loretta sudah kembali ke tangan Kirana," ucap Tua Handoko
Tania mengingat apa yang dia lakukan lima tahun yang lalu, menyadari semua kesalahan yang pernah ia perbuat kepada Kirana, memang benar dia telah merebut Han yang saat itu adalah kekasih Kirana tetapi selama janur belum melengkung semua masih bisa memilih hati yang dia inginkan."Bibi tolong aku akan melakukan apapun agar anda mau menyelamatkan nyawa ibuku," ucap Tania sambil menangis tersedu."Jangan panggil aku bibi karena aku merasa jijik padamu," ucap Luna dengan geramnya.Tania semakin menangis kencang sekali, ia tak tahu harus berbuat apalagi, tubuh ibunya sudah lemas bahkan untuk berbicara saja sudah susah, Tania berharap Han akan membantunya, ia juga akan menuruti semua yang Han inginkan termasuk dengan perceraian."Han kenapa kamu diam saja, aku mau bercerai denganmu tapi tolong selamatkan Ibuki dulu," ucap Tania memohon pada Han."Aku saja masih tertahan di sini bagaima
Tania terhuyung dan jatuh ke tanah, ia sedih karena dengan penampilannya yang seperti ini tidak di kenali oleh nenek yang begitu mencintainya."Ibu ini aku istri Dani Wijaya dan ini cucumu Tania," ucap ibu Tania dengan lembut."Apa mana mungkin cucuku sampai begiru bau seperti ini," ucap nenek Tania.Tania memutar balikkan fakta bahwa yang membuatnya seperti ini adalah Kirana, ia begitu cemburu karena ayahnya lebih menyayangi Tania daripada Kirana, makanya Kirana menindas Tania dan ibunya, semua orang juga tahu bahwa mereka satu ayah beda ibu makanya terus berselisih sejak kecil."Apa katamu semua ini ulah Kirana, aku harus menemuinya dan menghukumnya, berani sekali bertengkar karena masalah sepele," ucap nenek Tania."Bukan hanya itu Kirana melahirkan putra sebelum menikah, pergaulannya sangat bebas," ucap ibu Tania.Tania dan ibunya menghasut ibu dari Dani
Tania dan ibunya saling pandang saat Kirana mengeluarkan pertanyaan kepada neneknya. ibu Tania mengangguk memberi kode ke Tania jika ingin meluapkan kekesalannya kepada Kirana."Perempuan jalang bisa-bisanya kamu hidup mewah sementara nenekmu hidup susah," Tania berdiri ingin menampar wajah Kirana."Kakakku sayang sebenarnya siapa yang jalang, kamu sepertinya sudah tak sabar ingin menjadi gelandangan?" Kirana menahan tangan Tania yang ingin menampar Kirana.Kirana mendorong Tania hingga terjatuh ke tanah, ia pantas mendapatkan penghinaan seperti itu karena semasa jayanya selalu menindas Kirana sang pemilik kemewahan yang sebenarnya."Kirana kenapa kamu jahat kepada kakakmu?" Teriak ibu Tania."Ibu kenapa aku yang di salahkan sementara anakmu sendiri yang membuat onar?" Ucap Kirana sambil tersenyum kecut ke arah ibu dan kakak tirinya.Nenek Kirana juga membela
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun