Tania dan ibunya saling pandang saat Kirana mengeluarkan pertanyaan kepada neneknya. ibu Tania mengangguk memberi kode ke Tania jika ingin meluapkan kekesalannya kepada Kirana.
"Perempuan jalang bisa-bisanya kamu hidup mewah sementara nenekmu hidup susah," Tania berdiri ingin menampar wajah Kirana.
"Kakakku sayang sebenarnya siapa yang jalang, kamu sepertinya sudah tak sabar ingin menjadi gelandangan?" Kirana menahan tangan Tania yang ingin menampar Kirana.
Kirana mendorong Tania hingga terjatuh ke tanah, ia pantas mendapatkan penghinaan seperti itu karena semasa jayanya selalu menindas Kirana sang pemilik kemewahan yang sebenarnya.
"Kirana kenapa kamu jahat kepada kakakmu?" Teriak ibu Tania.
"Ibu kenapa aku yang di salahkan sementara anakmu sendiri yang membuat onar?" Ucap Kirana sambil tersenyum kecut ke arah ibu dan kakak tirinya.
Nenek Kirana juga membela
kirana berlari menuju putranya memeluknya sambil menitikakn ari mata, Bima seorang anak yang berusia empat tahun selalu menguatkan hatinya, apapun masalah yang selalu ia hadapi ketika ia melihat wajah Bima ia selalu merasa kuat, dan kembali tegar beridiri, lelaki kecil yang saat ini Kirana peluk adalah segalanya untuknya karena Bima juga Kirana bertahan sampai sejauh ini, ia ingin melihat Bima tumbuh bahagia saat bersamanya."Bima anak mama, terima kasih telah megisi hati-hari mama saat ini, doakan mama selalu sehat agar bisa menemanimu sampai nanti, karena tidak ada yang bisa menyayangimu melebihi rasa sayang mama padamu," Kirana memeluk Bima sambil menangis."Mama jangan menangis lagi, Bima jadi sedih kalau mama cantik Bima menangis." Bima mengusap air mata yang kelaur dari mata Kirana.Kirana tersenyum berjanji tidak akan menangis lagi untuk kedepannya karena kehidupannya sudah di selimuti kebahagiaan, ada Bima ada Sa
Tuan Handoko memberi tahu bahwa Dani Wijaya ada di ruang bawah tanah di rumah yang mereka pakai buat makan malam ini, jika ingin bertemu maka akan di antar ke ruangan bawah tanah dimana Dani Wijaya di tahan."Dani ada di ruangan bawah tanah kediaman ini, jika tuan Alexander ingin bertemu saya bisa antar kesana," ucap tuan Handoko."Boleh ayo kita temui Dani Wijaya, semoga dia tidak meminta yang aneh-aneh karena kita membutuhkannya," ucap tuan Alexander.Di temani beberapa pengawal mereka semua turun ke ruangan bawah tanah kediaman tuan Handoko, yang kini di warisakan kepada Kirana tetapi karena rumah itu meninggalkan banyak luka, akan di rombak total agar hal yang tidak di inginkan tidak akan terjadi."Selamat malam calon besan?" Sapa tuan Alexander."Calon besan, beginikah perlakuan calon besan itu?" ucap Dani Wijaya.Tuan Alexander mewakili putranya untuk m
Sabian merangkul tubuh Kirana yang memeluknya, menurut Sabian Kirana tidaklah kejam, ia masih mempunyai kemurahan hati hanya dengan sebuah kalimat tanpa tindakan yang keji membunuh atau mengasingkan orang yang mencelakainya di tempat yang jauh dan tidak mengenal siapapun."Kamu tidak kejam, yang kejam adalah orang-orang yang berusaha membunuhmu demi sebuah harta yang ibumu tinggalkan," ucap Sabian sambil memeluk erat Kirana."Terima kasih Sabian selalu ada di saat aku membutuhkan mu, maafkan hatiku yang gampang rapuh ini," Kirana masih memeluk Sabian.Sabian tidak ingin wanita pujaan hatinya itu bersedih dalam waktu yang lama sehingga mempengaruhi mentalnya, Kirana tidak boleh banyak pikiran, dia harus tetap waspada marena ada anak kecil yang harus dia perhatikan."Mama apakah orang tua itu menindasmu, aku akan membuat perhitungan dengannya," Bima mendekati ibunya yang sedang menangis dalam pel
Dani Wijaya tertawa keras mendengar tuan Alexander bertanya apakah dia mau menjadi wali Kirana, pertanyaan serius kenapa di tanggapi dengan tertawa keras, apakah Dani wijaya sudah mulai gila?.Tuan Handoko dan tuan Alexander saling menatap karena heran dengan sikap Dani Wijaya yang tidak masuk akal."Jika kalian ingin aku menjadi wali nikah Kirana, maka kalian harus memenuhi permintaan ku," Dani Wijaya mulai licik."Jangan meminta lebih, jika tidak ingin ibumu menderita, aku sudah cukup sabar menghadapimu," ucap tuan Handoko yang mulai geram.Dani Wijaya lagi-lagi tak berdaya saat nama ibunya di sebut, dia kembali berpikir bagaimana jika tidak bisa bertemu dan membahagiakan ibunya di sisa hidupnya ini, saat ini bahkan semutpun tidak akan percaya dengan apa yang dia katakan, berbeda dengan dulu saat dia memiliki banyak uang di tangan, semua bisa dia lakukan termasuk membeli orang."Aku minta se
Bima menggelengkan kepalanya, dia sungguh tidak ingin mengganggu keromantisan mama dan papnya, mereka harus menyatukan hati mereka yang dulu pernah retak karena terpisah jarak dan waktu begitu lama."Mama bersenang-senanglah bersama ayah, aku akan menunggu kabar baik dari kalian," ucap Bima yang seprti uang dewasa."Bima kamu masih kecil tapi bersikap seperti orang dewasa mama sungguh tidak mengerti dengan apa yang kamu pikirkan," Kirana menggelengkan kepalanya.Bima menjelaskan sekali lagi maksud hatinya, agar kedua orang tuanya memperbaiki mood yang ada di hati keduanya, beberapa hari ini banyak masalah yang mereka hadapi mungkin mereka butuh sesuatu yang baru untuk menjernihkan pikiran mereka."Aku hanya ingin mama dan ayah memperdalam rasa cinta, karena aku butuh kasih sayang yang sempurna dari kedua orang tua," Bima mengedipkan matanya tanda kata-katanya dapat di percaya."T
Sabian berpikir sejenak kemana mereka akan pergi untuk berkencan, karena selama ini Sabian tidak pernah berkencan dengan seorang wanita manapun."Aku tidak pernah berkencan selama ini, ini baru pertama kalinya dalam hidupku, apa kamu punya rekomendasi tempat kencan yang bagus," ucap Sabian yang merasa malu."Kamu lucu sekali, cukup bersamamu aku sudah bahagia," ucap Kirana menggoda Sabian.Sabian semakin malu mendengar godaan dari mulut manis Kirana, bagaimana bisa Sabian tergoda oleh Kirana selama ini tidak ada satupun perempuan yang mampu menggetarkan hatinya. Kirana wanita yang mampu membuatnya jatuh hati."Kirana jangan begitu itu membuatku merasa ingin memakanmu malam ini hingga tak tersisa," ucap Sabian sambil fokus menyetir."Kalau begitu bagaimana kalau kita menikmati secangkir kopi dan juga roti panggang yangezat saja," ucap Kirana memberikan sebuah ide.Sabian me
Kirana menatap Sabian, sepertinya pertanyaan seperti sudah berkali-kali dia tanyakan, entah sudah yang keberapa."Tentu saja aku mencintaimu, untuk apa aku berjalan sampai sejauh ini kalau tidak punya rasa untukmu," ucap Kirana dengan tatapan wajah yang serius."Aku hanya merasa kamu masih memikirkan pria brengsek itu saat mengajakku ke kedai tempat biasa kamu nongkrong," ucap Sabian.Sabian memang terlalu peka, memang Kirana selalu menghabiskan waktunya bersama Han kala itu di kedai yang akan mereka kunjungi selain dengan Lusi tapi, itu masa lalu Kirana sudah pendam semua yang berhubungan dengan masa lalunya, ia tak akan pernah mengingat lagi orang-orang yang menyakiti hatinya, menimbulkan trauma yang mendalam bagi Kirana."Sabian kenapa kamu berpikir seperti itu, hari ini ceritanya sudah beda, aku memilikimu untuk apa memikirkan seorang pria brengsek yang hampir saja mencecikku demi wanita murahan,
Sabian menoleh ke seseorang yang menghampiri ke meja kencannya, Sabian sungguh tidak senang dengan kedatangan pengacau seperti ini."Apakah tuan muda Han ini seorang yang tidak bisa move on?" sabian senagja mengucapkan kalimat pedas untuk Han."Aku tidak ada urusan denganmu, untuk apa berbicara denganku?" Han membuat Sabian cemburu.Kirana memegang kepalanya, untuk apa suami kakaknya ini sengaja memprovokasi calon suaminya sungguh tidak ada kerjaan,"Sabian apakah kamu sudah kenyang, anak kita sudah menunggu di rumah jangan hiraukan orang yang tak penting, putra kita pasti sangat khawatir karena kita tidak kunjung pulang," Kirana mengedipkan mata kepada Sabian."Kau benar kesayanganku, kita sudah mempunyai keturunan yang selalu menunggu kita pulang kerja, pasti seseorang yang sudah menikah lama tapi tak kunjung punya momongan tidak akan pernah bisa merasakan bagaimana
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun