Kirana menatap Sabian, sepertinya pertanyaan seperti sudah berkali-kali dia tanyakan, entah sudah yang keberapa.
"Tentu saja aku mencintaimu, untuk apa aku berjalan sampai sejauh ini kalau tidak punya rasa untukmu," ucap Kirana dengan tatapan wajah yang serius.
"Aku hanya merasa kamu masih memikirkan pria brengsek itu saat mengajakku ke kedai tempat biasa kamu nongkrong," ucap Sabian.
Sabian memang terlalu peka, memang Kirana selalu menghabiskan waktunya bersama Han kala itu di kedai yang akan mereka kunjungi selain dengan Lusi tapi, itu masa lalu Kirana sudah pendam semua yang berhubungan dengan masa lalunya, ia tak akan pernah mengingat lagi orang-orang yang menyakiti hatinya, menimbulkan trauma yang mendalam bagi Kirana.
"Sabian kenapa kamu berpikir seperti itu, hari ini ceritanya sudah beda, aku memilikimu untuk apa memikirkan seorang pria brengsek yang hampir saja mencecikku demi wanita murahan,
Sabian menoleh ke seseorang yang menghampiri ke meja kencannya, Sabian sungguh tidak senang dengan kedatangan pengacau seperti ini."Apakah tuan muda Han ini seorang yang tidak bisa move on?" sabian senagja mengucapkan kalimat pedas untuk Han."Aku tidak ada urusan denganmu, untuk apa berbicara denganku?" Han membuat Sabian cemburu.Kirana memegang kepalanya, untuk apa suami kakaknya ini sengaja memprovokasi calon suaminya sungguh tidak ada kerjaan,"Sabian apakah kamu sudah kenyang, anak kita sudah menunggu di rumah jangan hiraukan orang yang tak penting, putra kita pasti sangat khawatir karena kita tidak kunjung pulang," Kirana mengedipkan mata kepada Sabian."Kau benar kesayanganku, kita sudah mempunyai keturunan yang selalu menunggu kita pulang kerja, pasti seseorang yang sudah menikah lama tapi tak kunjung punya momongan tidak akan pernah bisa merasakan bagaimana
Kirana menangis karena Sabian terluka karena melindunginya, darahnya mengalir deras sampai dia pingsan, Kirana meminta Sandra agar Han di hukum dengan berat, selain merencanakan pembunuhan dia juga pernah mencelakai Kirana berkali-kali."Kakak ipar, Sabian terluka karena aku," Kirana terus menangis."Tenanglah aku akan mengutus asistenku untuk mengurus hukuman untuk Han," ucap Sandra menenangkan Kirana."Kakak ipar tolong hukum dia dengan berat karena dia melakukan pembunuhan berencana, dia sudah membawa pisau sebelumnya," ucap Kirana yang sedih karena harus melihat Sabian tertusuk pisau.Krieeet, seorang Dokter keluar dari ruang UGD bersama seorang suster, dia memanggil keluarga korban yang sudah selesai di tangani."Dimana kelaurga korban," ucap Dokter yang kelaur dari ruang UGD."Saya kakak kandungnya Dok, bagaimana luka adik saya?" ucap Sandra.&nb
Nyonya Subroto menghampiri suaminya yang terlihat lemas di atas sofa dengan rambut acak-acakan dan juga raut wajah yang tidak biasa."Papa ada apa yang terjadi padamu, kenapa wajahmu menjadi kusut seperti itu?" Ucap nyonya Subroto mengambilkan air putih untuk di minum."Ini semua karena kamu selalu memanjakan anakmu, aku akan meenceraikanmu jika sampai perusahaan ku hancur," ucap tuan Sunrorto marah-marah.Tuan Subroto marah besar kepada istrinya, dia berpikir bahwa suaminya tidak tahu istrinya mendukung Han untuk merebut Kirana dari tangan Sabian dan juga masuk ke keluarga Handoko untuk menarik hati tuan Handoko tanpa berunding dulu dengan kepala keluarga.Sekarang nasi sudah menjadi bubur Han berani karena di dukung oleh mamanya, sehingga Ham nekat mencelakai Sabian semua bukti dan saksi mata sudah jelas mengarah pada Han.Plakk! Tuan Subroto menampar istrinya selama ini beliau sudah cukup d
Sabian belum bisa memberi jawaban pasti pada Kirana, ia masih sibuk bermain dengan putra kesayangannya lagipula kondisi tubuhnya sedang tidak dalam kondisi prima, tidak seperti masa lampau jika ada masalah dia tak segan untuk mengambil tindakan.Saat ini Sabian memilih untuk berpikir secara matang karena sudah ada putra yang harus dia lindungi dan wanita pujaan hatinya."Aku akan berunding dulu pada Sandra dan ayah, tenang saja Kirana semuanya pasti beres," ucap Sabian sambil mengelus rambut Kirana."Baiklah kalau begitu, istirahatlah karena kondisi tubuhmu masih belum stabil, Bima bisa menemanimu tidur di ranjang ini, sementara aku tidur di sofa," ucap Kirana sambil menyiapkan selimut untuk tidur.Kirana membiarkan Sabian untuk istirahat bersama sang buah hati, sementara Kirana menyiapkan makanan untuk makan siang Bima, ia memesan makanan online sebelum ikut istirahat.Tak lama kemudian suster datang untuk
Tuan Alexander menitikkan air mata mengingat mendiang sang istri yang telah menghadap Tuhan lebih dulu daripada dia, beliau memilih setia dan tidak menikah lagi karena masih ada dua orang putra yang harus di besarkannya buah cintanya bersama sang istri yang dicintainya."Ayah maafkan aku, aku lihat ketika kami ada masalah ayah selalu teringat mendiang mama, maafkan anak yang belum bisa membahagiakan ayah sampai saat ini," Sabian berlutut kepada ayahnya meminta ampunan."Berdirilah anakku, kamu sudah banyak membanggakan ayah, mungkin mamamu di surga juga tersenyum melihta kamu berhasil menciptakan bisnismu sendiri," tuan Alexander memeluk putranya.Sabian mengucapkan terima kasih kepada sang ayah karena selama ini selalu menyemangati Sabian, selalu ada di saat Sabian rapuh lemah tak berdaya, di balik semangatnya mendirikan perusahaan adalah sang ayah yang tak kenal lelah membiayai semua kebutuhan dan studinya sampai luar negeri."Terima kas
Nyonya subroto mengatakan beliau telah siap untuk bertemu dengan keluarga Alexander, dan telah bersiap dengan apa yang akan terjadi, ia berdoa supaya kedepannya kelaarga subroto akan di berikan keberkahan dalam mengumpulkan rejeki, setelah mendapatkan masalah yang di lakukan sendiri semoga Han semakin dewasa dan bijak dalam memilih tidakan yang akan dia lakukan.“Aku telah siap suamiku, bahkan dengan apa yang akan terjadi, jika seandainya keluarga Alexander akan menuntut lebih atas apa yang di perbuat oleh putra kita,” ucap nyonya subroto.Nyonya subroto mengatakan beliau telah siap untuk bertemu dengan keluarga Alexander, dan telah bersiap dengan apa yang akan terjadi, ia berdoa supaya kedepannya kelaarga subroto akan di berikan keberkahan dalam mengumpulkan rejeki, setelah mendapatkan masalah yang di lakukan sendiri semoga Han semakin dewasa dan bijak dalam memilih tidakan yang akan dia lakukan.“Aku telah siap sua
Tuan subroto menandatangi surat perjanjian yang audah di sepakati antara Alex Farm Corp dan subroto grup, sempga kedepannya kerjasama perusahan mereka akan mencapai keuntungan yang besar."Saya mengucapkan terima kasih kepada tuan Alexander pada khusunya karena tidak menuntut banyak atas perilaku tak menyenangkan putra saya," ucap tuan Subroto."Tuan Subroto, semua orang perbah melakukan kesalahan, tergantung bagaimana kita menyikapinya, saya pribadi mengucapkan banyak terima kasih karena anda tidak meminta kebebasan untuk putta anda yang jelas-jelas bersalah," ucap tuan Alexander.Tuan subroto mengungkapkan jika itu benar permintaan yang di ajukan oleh pihaknya pastilah tidak akan di setujui oleh pihak keluarga Alexander, Han terbukti bersalah dari rekam cctv dan juga saksi mata yang ada di lokasi kejadian.Biarlah Han untuk sementara berada di tahanan bertanggung jawab atas kejahatan yang ia lakukan.&nbs
Pilihan yang tepat jika Tuan dan Nyonya Subroto mengiklaskan putranya di hukum, selama ini dia selalu bertindak seenaknya karena mempunyai orang tua yang bisa menjamin agar tidak di hukum, nyonya subroto pulang dengan keadaan tidak tega melihat anaknya di balik jeruji besi."Sudahlah semua sudah terjadi, jangan menangis lagi, ayo kita pulang yang penting kita masih bisa mengoperasikan perusahaan yang kita bangun dengan susah payah itu," ucap tuan subroto."Kamu benar suamiku, kita masih dapat bersyukur bisa mempertahankan perusahaan yang kita bangun mulai dari nol, ak harus iklas lahir batin memang harus ada pilihan, menyelamatkan banyak pencari nafkah, atau orang yang ita sayangi," ucap nyonya subroto..Nyonya subroto memilih untuk menyelamatkan perusahaannya, yang artinya menyelamatkan juga nasib banyak pemangku nafkah dalam perusahannya yang hanay bekerja mengandalkan penghasilan gaji dari perusahan subroto, jika dia
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun