kirana berlari menuju putranya memeluknya sambil menitikakn ari mata, Bima seorang anak yang berusia empat tahun selalu menguatkan hatinya, apapun masalah yang selalu ia hadapi ketika ia melihat wajah Bima ia selalu merasa kuat, dan kembali tegar beridiri, lelaki kecil yang saat ini Kirana peluk adalah segalanya untuknya karena Bima juga Kirana bertahan sampai sejauh ini, ia ingin melihat Bima tumbuh bahagia saat bersamanya.
"Bima anak mama, terima kasih telah megisi hati-hari mama saat ini, doakan mama selalu sehat agar bisa menemanimu sampai nanti, karena tidak ada yang bisa menyayangimu melebihi rasa sayang mama padamu," Kirana memeluk Bima sambil menangis.
"Mama jangan menangis lagi, Bima jadi sedih kalau mama cantik Bima menangis." Bima mengusap air mata yang kelaur dari mata Kirana.
Kirana tersenyum berjanji tidak akan menangis lagi untuk kedepannya karena kehidupannya sudah di selimuti kebahagiaan, ada Bima ada Sa
Tuan Handoko memberi tahu bahwa Dani Wijaya ada di ruang bawah tanah di rumah yang mereka pakai buat makan malam ini, jika ingin bertemu maka akan di antar ke ruangan bawah tanah dimana Dani Wijaya di tahan."Dani ada di ruangan bawah tanah kediaman ini, jika tuan Alexander ingin bertemu saya bisa antar kesana," ucap tuan Handoko."Boleh ayo kita temui Dani Wijaya, semoga dia tidak meminta yang aneh-aneh karena kita membutuhkannya," ucap tuan Alexander.Di temani beberapa pengawal mereka semua turun ke ruangan bawah tanah kediaman tuan Handoko, yang kini di warisakan kepada Kirana tetapi karena rumah itu meninggalkan banyak luka, akan di rombak total agar hal yang tidak di inginkan tidak akan terjadi."Selamat malam calon besan?" Sapa tuan Alexander."Calon besan, beginikah perlakuan calon besan itu?" ucap Dani Wijaya.Tuan Alexander mewakili putranya untuk m
Sabian merangkul tubuh Kirana yang memeluknya, menurut Sabian Kirana tidaklah kejam, ia masih mempunyai kemurahan hati hanya dengan sebuah kalimat tanpa tindakan yang keji membunuh atau mengasingkan orang yang mencelakainya di tempat yang jauh dan tidak mengenal siapapun."Kamu tidak kejam, yang kejam adalah orang-orang yang berusaha membunuhmu demi sebuah harta yang ibumu tinggalkan," ucap Sabian sambil memeluk erat Kirana."Terima kasih Sabian selalu ada di saat aku membutuhkan mu, maafkan hatiku yang gampang rapuh ini," Kirana masih memeluk Sabian.Sabian tidak ingin wanita pujaan hatinya itu bersedih dalam waktu yang lama sehingga mempengaruhi mentalnya, Kirana tidak boleh banyak pikiran, dia harus tetap waspada marena ada anak kecil yang harus dia perhatikan."Mama apakah orang tua itu menindasmu, aku akan membuat perhitungan dengannya," Bima mendekati ibunya yang sedang menangis dalam pel
Dani Wijaya tertawa keras mendengar tuan Alexander bertanya apakah dia mau menjadi wali Kirana, pertanyaan serius kenapa di tanggapi dengan tertawa keras, apakah Dani wijaya sudah mulai gila?.Tuan Handoko dan tuan Alexander saling menatap karena heran dengan sikap Dani Wijaya yang tidak masuk akal."Jika kalian ingin aku menjadi wali nikah Kirana, maka kalian harus memenuhi permintaan ku," Dani Wijaya mulai licik."Jangan meminta lebih, jika tidak ingin ibumu menderita, aku sudah cukup sabar menghadapimu," ucap tuan Handoko yang mulai geram.Dani Wijaya lagi-lagi tak berdaya saat nama ibunya di sebut, dia kembali berpikir bagaimana jika tidak bisa bertemu dan membahagiakan ibunya di sisa hidupnya ini, saat ini bahkan semutpun tidak akan percaya dengan apa yang dia katakan, berbeda dengan dulu saat dia memiliki banyak uang di tangan, semua bisa dia lakukan termasuk membeli orang."Aku minta se
Bima menggelengkan kepalanya, dia sungguh tidak ingin mengganggu keromantisan mama dan papnya, mereka harus menyatukan hati mereka yang dulu pernah retak karena terpisah jarak dan waktu begitu lama."Mama bersenang-senanglah bersama ayah, aku akan menunggu kabar baik dari kalian," ucap Bima yang seprti uang dewasa."Bima kamu masih kecil tapi bersikap seperti orang dewasa mama sungguh tidak mengerti dengan apa yang kamu pikirkan," Kirana menggelengkan kepalanya.Bima menjelaskan sekali lagi maksud hatinya, agar kedua orang tuanya memperbaiki mood yang ada di hati keduanya, beberapa hari ini banyak masalah yang mereka hadapi mungkin mereka butuh sesuatu yang baru untuk menjernihkan pikiran mereka."Aku hanya ingin mama dan ayah memperdalam rasa cinta, karena aku butuh kasih sayang yang sempurna dari kedua orang tua," Bima mengedipkan matanya tanda kata-katanya dapat di percaya."T
Sabian berpikir sejenak kemana mereka akan pergi untuk berkencan, karena selama ini Sabian tidak pernah berkencan dengan seorang wanita manapun."Aku tidak pernah berkencan selama ini, ini baru pertama kalinya dalam hidupku, apa kamu punya rekomendasi tempat kencan yang bagus," ucap Sabian yang merasa malu."Kamu lucu sekali, cukup bersamamu aku sudah bahagia," ucap Kirana menggoda Sabian.Sabian semakin malu mendengar godaan dari mulut manis Kirana, bagaimana bisa Sabian tergoda oleh Kirana selama ini tidak ada satupun perempuan yang mampu menggetarkan hatinya. Kirana wanita yang mampu membuatnya jatuh hati."Kirana jangan begitu itu membuatku merasa ingin memakanmu malam ini hingga tak tersisa," ucap Sabian sambil fokus menyetir."Kalau begitu bagaimana kalau kita menikmati secangkir kopi dan juga roti panggang yangezat saja," ucap Kirana memberikan sebuah ide.Sabian me
Kirana menatap Sabian, sepertinya pertanyaan seperti sudah berkali-kali dia tanyakan, entah sudah yang keberapa."Tentu saja aku mencintaimu, untuk apa aku berjalan sampai sejauh ini kalau tidak punya rasa untukmu," ucap Kirana dengan tatapan wajah yang serius."Aku hanya merasa kamu masih memikirkan pria brengsek itu saat mengajakku ke kedai tempat biasa kamu nongkrong," ucap Sabian.Sabian memang terlalu peka, memang Kirana selalu menghabiskan waktunya bersama Han kala itu di kedai yang akan mereka kunjungi selain dengan Lusi tapi, itu masa lalu Kirana sudah pendam semua yang berhubungan dengan masa lalunya, ia tak akan pernah mengingat lagi orang-orang yang menyakiti hatinya, menimbulkan trauma yang mendalam bagi Kirana."Sabian kenapa kamu berpikir seperti itu, hari ini ceritanya sudah beda, aku memilikimu untuk apa memikirkan seorang pria brengsek yang hampir saja mencecikku demi wanita murahan,
Sabian menoleh ke seseorang yang menghampiri ke meja kencannya, Sabian sungguh tidak senang dengan kedatangan pengacau seperti ini."Apakah tuan muda Han ini seorang yang tidak bisa move on?" sabian senagja mengucapkan kalimat pedas untuk Han."Aku tidak ada urusan denganmu, untuk apa berbicara denganku?" Han membuat Sabian cemburu.Kirana memegang kepalanya, untuk apa suami kakaknya ini sengaja memprovokasi calon suaminya sungguh tidak ada kerjaan,"Sabian apakah kamu sudah kenyang, anak kita sudah menunggu di rumah jangan hiraukan orang yang tak penting, putra kita pasti sangat khawatir karena kita tidak kunjung pulang," Kirana mengedipkan mata kepada Sabian."Kau benar kesayanganku, kita sudah mempunyai keturunan yang selalu menunggu kita pulang kerja, pasti seseorang yang sudah menikah lama tapi tak kunjung punya momongan tidak akan pernah bisa merasakan bagaimana
Kirana menangis karena Sabian terluka karena melindunginya, darahnya mengalir deras sampai dia pingsan, Kirana meminta Sandra agar Han di hukum dengan berat, selain merencanakan pembunuhan dia juga pernah mencelakai Kirana berkali-kali."Kakak ipar, Sabian terluka karena aku," Kirana terus menangis."Tenanglah aku akan mengutus asistenku untuk mengurus hukuman untuk Han," ucap Sandra menenangkan Kirana."Kakak ipar tolong hukum dia dengan berat karena dia melakukan pembunuhan berencana, dia sudah membawa pisau sebelumnya," ucap Kirana yang sedih karena harus melihat Sabian tertusuk pisau.Krieeet, seorang Dokter keluar dari ruang UGD bersama seorang suster, dia memanggil keluarga korban yang sudah selesai di tangani."Dimana kelaurga korban," ucap Dokter yang kelaur dari ruang UGD."Saya kakak kandungnya Dok, bagaimana luka adik saya?" ucap Sandra.&nb