Mereka kaget melihat dua orang yang muncul dari balik keramaian, apa jangan-jangan semua orang ramai ini adalah masa yang di bawa Kirana untuk menuntut Dani Wijaya mengganti rugi atas pencemaran nama baik yang di terima oleh Kirana.
"Apa kabar ayah dan ibu yang merebut posisi nyonya di rumahku?" Kirana mendekat dengan memberikan aura menekan.
"A-apa yang kamu inginkan dari kami?" ucap Dani Wijaya terbata.
Kirana tersenyum mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Dani Wijaya melihat wajahnya yang pucat ketakutan membuatnya ingin memberikan beberapa tekanan lagi.
"Pertama-tama aku akan menolong tamu yang akan reservasi di hotel milikku ini dulu, baru mengurus kalian," ucap Kirana sambil mendekati salah satu pengunjung yang tadi terjatuh akibat di dorong oleh nyonya Wijaya.
"Nona, apa kamu baik-baik saja, aku akan memberimu diskon sebagai permintaan maaf, dan aku sendiri yang akan melayanimu u
Kirana berjalan dengan langkah santai namun, tatapan kearah lawan yang tegas, ia berhenti di samping Sabian."Semenjak aku kecil aku selalu di tindas oleh ayah kandung dan ibu tiriku, Tania anak pelakor ini mempunyai uang saku yang lebih besar dariku," ucap Kirana."Kirana apa yang kamu bicarakan, ayah selalu menyayangimu sepenuh hati, uang jajanmu dan Tania selalu sama?" ucap Dani Wijaya.Kirana menggelengkan kepalanya, yang mengatur keuangan adalah istrinya yang sekarang, bahkan ibu tiri kerap menyiksanya secara mental mengatakan bahwa Kirana anak orang lemah, mereka sering makan di luar menghamburkan uang ibunya tetapi Kirana tetap tinggal di rumah berteman dengan sepi."Dani Wijaya bahkan kamu selalu membela Tania anak pelakor itu dan tak segan memukul tubuhku jika kami berselisih," ucap Kirana menekan Dani Wijaya."Mana mungkin aku memukulmu Kirana, ayah sangat menyayangimu,
Dani Wijaya mundur secara perlahan, ia tak menyangka sebelumnya bahwa Kirana akan tumbuh menjadi seorang wanita dewasa yang kejam, mungkin ini karma atas apa yang di perbuat oleh Dani dan istrinya beberapa waktu silam."Tidak jangan sakiti anak dan istri kesayanganku, kamu dan Tania adalah darah dagingku aku tidak pernah membedakan kasih sayang di antara kalian berdua," Dani Wijaya berbicara berubah-ubah untuk melindungi dirinya sendiri."Tidak membedakan di antara aku dan Tania katamu, ayahku tersayang hari ini mungkin sudah saatnya untuk kita mengakhiri semuanya," Kirana berbicara dengan nada mengancam.Dani Wijaya tidak ingin jatuh miskin dan hidup menderita di jalanan, ia berlutut dan memohon kepada Kirana untuk memberinya satu kesempatan lagi, ia akan menjadi ayah yang baik dan adil ia bersumpah akan memperbaiki sikapnya yang di rasa tidak menguntungkan Kirana di masa lalu."Kirana aku ini adala
Kirana tersenyum melihat wajah penuh putus asa yang di perlihatkan Dani Wijaya, menyiksanya secara perlahan adalah penderitaan yang harus ayah kandung kirana rasakan setelah banyak kejahatan yang ia lakukan di masa lalu."Kamu cukup menandatangai pengalihan saham hotel, seluruh aset dan properti yang kamu kumpulkan dengan uang ibuku serahkan kembali padaku, termasuk perhiasan dan benda berharga milik istri dan anakmu," Kirana mengibaskan rambutnya."Kamu jangan keterlaluan Kirana, Tania adalah kakakmu bagaimana kamu bisa kejam terhadapnya," ucap Dani Wijaya."Tania merebut apa yang aku miliki sebelumnya bagaimana bisa aku yang di katakan kejam, jika ayah tidak mau, mulai sekarang ayah hiduplah di jalanan seperti gelandangan karena aku sudah menggandeg pihak kepolisian untuk mengawal kasus korupsinya istrimu," ucap Kirana mengancam.Kirana membeberkan banyak uang operasional hotel di
Bibi Kirana tertawa merendahkan Tania dan ibunya yang membanggakan keluarga ayahnya, karena sesungguhnya Dani Wijaya sebenarnya adalah karyawan teladan yang di sayang oleh tuan Handoko, di sekolahkan dan di angkat derajatnya oleh orang yang kini menjadi mertuanya."Tentu saja ayahku punya segalanya," ucap Tania."Sebenarnya ayahmu hanya jongos dari keluarga Handoko, beruntung sekali kakakku jatuh cinta padanya, lalu ibumu yang hanya seorang pembantu itu mencoba naik ke ranjangnya dan membuat kakakku meninggal dunia," Bibi Kirana memberikan tekanan kepada Tania.Tania tidak percaya atas apa yang di ucapkan oleh bibi Kirana, bagaimanapun juga Tania adalah darah daging Dani Wijaya seharusnya masih berhak mendapatkan warisan hotel,dan aset yang di miliki perusahaan Wijaya."Pembohong, aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan, ayahku punya segalanya hotel dan aset adalah milik ayahku," ucap Tania ya
Sabian dan kirana menerobos masuk ke kediaman tuan Handoko tanpa permisi, sebelumnya ia berhasil melumpuhkan penjaga di kediaman Handoko yang profesional itu."Maaf tuan Handoko saya tidak sopan menerobos ke kediaman anda," Kirana membungkukkan setengah badannya."Bagaimana bisa kalian masuk, sedankan di depan aku pasang para pengawal yang profesional?" tuan Handoko merasa tidak senang karena ada yang lebih kuat dari pertahanannya.Kirana menjelaskan bahwa orang yang di pasang menjaga keamanan di rumah tuan Handoko berhasil ia lumpukan berkat strategi yang di miliki kekasih hatinya, Kirana meminta Sabian untuk menjelaskan ke tuan Handoko."Tuan Handoko sebelum aku menjelaskan kenapa aku bisa melumpuhkan pengawalmu, berjanjilah anda merestui aku menikahi Kirana?" Sabian merangkul mesra Kirana."Kurang ajar sekali, berani bermesraan di depanku, kalian anak muda tidak bermoral," uca
Sabian tersenyum mendapat jawaban dari kakek Kirana, jawaban atas pertanyaan itu sepertinya tidak usah di ungkapkan juga semua orang mengerti betapa Sabian mencintai Kirana."Kakek, maksudku tuan Handoko jika aku tidak mencintai Kirana untuk apa aku menghabiskan waktu, tenaga serta biaya untuk mencari Kirana selama lima tahun ini, aku bahkan hampir gila kehilangan Kirana," Sabian mengungkapkan isi hatinya."Panggil aku kakek saja, baiklah kalau begitu aku akan mengatur pertemuan dengan tuan besar Alexander aku juga ingin bertemu dengan cicitku, Luna urus masalah keponakanmu, aku akan kembali ke gudang," ucap Tuan Handoko seraya berdiri dan pergi meninggalkan ruang tamu.Tinggal sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara dan juga Bibi yang masih muda di ruang tamu, sepertinya akan mudah untuk mengobrol di bandingkan masih ada tuan Handoko tadi."Kalian tidak usah sungkan terhadapku, Kirana anak kaka
Tuan Handoko dan Luna saling pandang beberapa saat seolah sedang berdiskusi menentukan mau menerima undangan dari keluarga Alexander atau tidak, Luna mengangguk ke arah ayahnya berharap beliau menerima tawaran makan malam di keluarga Alexander."Kalian berangkat saja dulu, aku akan mengutus pengawal terlatih menjaga rumah ini agar dua orang tahananku tidak bisa kabur," ucap tuan Handoko."Terima kasih tuan Handoko, kami tunggu kedatangan anda di kediaman Alexander," Sabian tersenyum bahagia.Sabian meninggalkan kediaman Handoko dengan perasaan senang, akhirnya Sebentar lagi dia bisa menyatukan kedua keluarga besar."Luna aku butuh bukti bahwa laki-laki yang bersama cucuku benar-benar Sabian Alexander seorang bos berhati dingin dan kejam, aku tidak mau cucuku tertipu pemuda yang hanya mengaku-ngaku sebagai Sabian," ucap Tuan Handoko."Ayah aku punya bukti bahwa dia benar-benar Sab
Sandra tak menyadari ada orang masuk kedalam kamarnya, ia meneguk kembali wine yang ada di tangannya sampai habis dan meletaklan gelas ke atas meja. Sandra memeluk adiknya."Apa yang kamu pikirkan, kamu adikku tentu saja aku menginginkan kebahagiaan untukmu, aku sudah mengikhlaskan, maafkan aku telah mencintai orang yang ada di hatimu kala itu," Sandra merangkul erat Sabian."Kakak terima kasih, aku juga berharap kita akan selalu menjaga seperti ini, aku juga minta maaf, karena kita mencintai wanita yang sama," Sabian juga memeluk Sandra di dalam hatinya kini berkecamuk banyak pertanyaan.Sandra menceritakan awal bertemunya dia dengan Kirana, berita pernikahan keluarga Subroto dan Wijaya yang membuatnya terpukul saat itu, mengandung anak dari pria asing yang tak pernah di temui sebelumnya, waktu itu pikiran Kirana sedang kacau dan dia juga harus menyelesaikan kuliahnya, dia kabur ke desa mencari ketenangan, membiayai kul
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun