Bima belum menjawab pertanyaan ayahnya saat ini ia ingin makan malam di temani ayah dan mamanya, ia berjanji akan bercerita kepada ayahnya saat selesai makan malam.
"Ayah aku akan menceritakan kehidupan ku, tapi temani aku makan malam dulu," ucap Bima.
"Kalau begitu ayah akan menemanimu makan malam, ayah sudah tak sabar mendengar ceritamu," Sabian menggandeng Bima ke meja makan.
Di meja makan yang sama di rumah tuan Alexander, Kirana menikmati hidangan enak setiap harinya ia sampai menitikkan air mata kebahagian, mengingat ia tak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya di masa lalu semenjak kehilangan ibunya.
"Apa yang membuatmu sedih Kirana?" ucap tuan Alexander.
"Maafkan aku tuan Alexander, keluarga ini menunjukkan kehangatan, di rumah peninggalan ibuku sendiri aku tidak mendapatkan kasih sayang yang tulus seperti di keluarha Alexander," ucap Kirana.
<
Air mata kebahagiaan mengalir dari pelupuk mata Sabian, mulut kecil putranya mengeluarkan kalimat yang membuat hatinya terenyuh, Sabian mengelus rambut putra kesayangannya."Nak apa kamu tahu juga hari ini ayah nagaia sekali bisa memelukmu selama ini, perjuangan ayah untuk kembali bersatu dengan Bima dan Mama mu sungguh di penuhi jallan terjal dan berliku, ayah sangat menyayangi Bima jangan pernah pergi lagi dari kehidupan ayah," ucap Sabian dengan perasaan yang tak bisa di ungkapkan."Ayah berjanjilah pada Bima jika selamanya kita akan bersama," ucap Bima sambil mengelap air mata yang jatuh ke pipi ayahnya.Sabian baru kali ini mengeluarkan air mata di depan seorang anak kecil, biasanya dia sangat garang dan jarang menangis tetapi di hadapan darah dagingnya ia tak malu mengeluarkan air mata kebahagiaan."Ayah berjanji nak, selamanya hingga akhir usia akan selalu bersama kamu dan mamamu," Sabian ters
Ehemm...Sabian berdegem ketika memperhatikan sepasang mata lelaki lain menatap tanpa berkedip wanita pujaannya."Aku akan mencongkel mata pria lain yang menatap sembarangan wanita milikku," Sabian berbicara sambil mengambil gelas air minum."Sabian kamu tak perlu cemburu padaku, kamu juga tahu aku sudah bertunangan, aku tidak akan merebut barang milik adikku," Sandra menepuk pundak Sabian.Walaupun sebenarnya hati Sandra belum sepenuhnya melepas Kirana tetapi, dia sadar diri semuanya tak mungkin terjadi antara dia dan Kirana tak akan pernah bersatu, mengingat takdir yang sudah di tetapkan oleh yang maha kuasa."Baguslah kalau kamu mengingat sudah bertunangan, sebentar lagi akan menikah dan punya keturunan sendiri," Sabian masih saja sewot."Adikku sayang cepat selesaikan urusan mu dan urus surat resmi menikah di kantor urusan agama," Sandra mengedipkan matanya.&nb
Kirana tersenyum melihat Sabian yang manis saat merasa cemburu, wajahnya terlihat semakin tampan di mata Kirana."Lepaskan tangan kotormu, aku akan memenggal kepalamu jika berani lama-lama memegang tangan wanita milikku," Sabian terlihat geram."Sabian sudahlah jangan marah lagi, Dokter Jay hanya menyapaku pagi ini," Kirana mengelus pundak Sabian menenangkan dirinya.Sabian menegaskan jika Jay berani menyentuh sembarangan sekecil apapun bagian dari tubuh Kirana, ia tak akan segan-segan memotong tangan pria yang sudah sejak kecil menjadi sahabatnya itu."Ah Sabian bercandamu tidaklah lucu, kalau kau memotong tanganku bagaimana aku bisa berdansa dengan gadis cantik nanti," Jay tersenyum riang setelah mengatakan kalimat gurauan pada Sabian."Itu urusanmu, anggap saja hukuman karena terlalu banyak mempermainkan pada wanita," ucap Sabian.Kalimat menohok yang memb
Dani Wijaya murka dan menuding istrinya telah sengaja membuat berita agar nama Kirana tercemar, apakah dia tidak memikirkan bahwa akan berdampak dengan hotelnya."Tentu saja aku tega karena kamu dan anak kesayangan mu ini telah berani berbuat hal yang memalukan," bentak Dani Wijaya."A-aku hanya ingin memberi peringatan kepada Kirana bahwa perbuatannya itu tidak benar, menyembunyikan kehamilan dari keluarga," ucap istri Dani Wijaya.Ayah Kirana semakin murka mendengar jawaban dari istrinya, pasalnya saat berita itu terkuat nama Dani Wijaya semakin tercemar, dia masih ingat hari itu saat Dani Wijaya mengusir Kirana dari rumah karena hasutan istrinya."Kamu yang menghasut ku waktu itu untuk mengusir Kirana dari rumah karena dia tak pulang semalam, padahal putrimu sendiri yang sedang berbuat tak senonoh dengan kekasih adiknya," ucap Dani Wijaya."Sayangku jangan marah terus, semuany
Mereka kaget melihat dua orang yang muncul dari balik keramaian, apa jangan-jangan semua orang ramai ini adalah masa yang di bawa Kirana untuk menuntut Dani Wijaya mengganti rugi atas pencemaran nama baik yang di terima oleh Kirana."Apa kabar ayah dan ibu yang merebut posisi nyonya di rumahku?" Kirana mendekat dengan memberikan aura menekan."A-apa yang kamu inginkan dari kami?" ucap Dani Wijaya terbata.Kirana tersenyum mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Dani Wijaya melihat wajahnya yang pucat ketakutan membuatnya ingin memberikan beberapa tekanan lagi."Pertama-tama aku akan menolong tamu yang akan reservasi di hotel milikku ini dulu, baru mengurus kalian," ucap Kirana sambil mendekati salah satu pengunjung yang tadi terjatuh akibat di dorong oleh nyonya Wijaya."Nona, apa kamu baik-baik saja, aku akan memberimu diskon sebagai permintaan maaf, dan aku sendiri yang akan melayanimu u
Kirana berjalan dengan langkah santai namun, tatapan kearah lawan yang tegas, ia berhenti di samping Sabian."Semenjak aku kecil aku selalu di tindas oleh ayah kandung dan ibu tiriku, Tania anak pelakor ini mempunyai uang saku yang lebih besar dariku," ucap Kirana."Kirana apa yang kamu bicarakan, ayah selalu menyayangimu sepenuh hati, uang jajanmu dan Tania selalu sama?" ucap Dani Wijaya.Kirana menggelengkan kepalanya, yang mengatur keuangan adalah istrinya yang sekarang, bahkan ibu tiri kerap menyiksanya secara mental mengatakan bahwa Kirana anak orang lemah, mereka sering makan di luar menghamburkan uang ibunya tetapi Kirana tetap tinggal di rumah berteman dengan sepi."Dani Wijaya bahkan kamu selalu membela Tania anak pelakor itu dan tak segan memukul tubuhku jika kami berselisih," ucap Kirana menekan Dani Wijaya."Mana mungkin aku memukulmu Kirana, ayah sangat menyayangimu,
Dani Wijaya mundur secara perlahan, ia tak menyangka sebelumnya bahwa Kirana akan tumbuh menjadi seorang wanita dewasa yang kejam, mungkin ini karma atas apa yang di perbuat oleh Dani dan istrinya beberapa waktu silam."Tidak jangan sakiti anak dan istri kesayanganku, kamu dan Tania adalah darah dagingku aku tidak pernah membedakan kasih sayang di antara kalian berdua," Dani Wijaya berbicara berubah-ubah untuk melindungi dirinya sendiri."Tidak membedakan di antara aku dan Tania katamu, ayahku tersayang hari ini mungkin sudah saatnya untuk kita mengakhiri semuanya," Kirana berbicara dengan nada mengancam.Dani Wijaya tidak ingin jatuh miskin dan hidup menderita di jalanan, ia berlutut dan memohon kepada Kirana untuk memberinya satu kesempatan lagi, ia akan menjadi ayah yang baik dan adil ia bersumpah akan memperbaiki sikapnya yang di rasa tidak menguntungkan Kirana di masa lalu."Kirana aku ini adala
Kirana tersenyum melihat wajah penuh putus asa yang di perlihatkan Dani Wijaya, menyiksanya secara perlahan adalah penderitaan yang harus ayah kandung kirana rasakan setelah banyak kejahatan yang ia lakukan di masa lalu."Kamu cukup menandatangai pengalihan saham hotel, seluruh aset dan properti yang kamu kumpulkan dengan uang ibuku serahkan kembali padaku, termasuk perhiasan dan benda berharga milik istri dan anakmu," Kirana mengibaskan rambutnya."Kamu jangan keterlaluan Kirana, Tania adalah kakakmu bagaimana kamu bisa kejam terhadapnya," ucap Dani Wijaya."Tania merebut apa yang aku miliki sebelumnya bagaimana bisa aku yang di katakan kejam, jika ayah tidak mau, mulai sekarang ayah hiduplah di jalanan seperti gelandangan karena aku sudah menggandeg pihak kepolisian untuk mengawal kasus korupsinya istrimu," ucap Kirana mengancam.Kirana membeberkan banyak uang operasional hotel di
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun