Tania kecewa karena Han ternyata masih menyimpan rasa cinta untuk Kirana, ia akan menggunakan kesempatan ini untuk mencelakai Kirana.
"Ah aku baru berencana menemuinya tapi aku takut jika Kirana akan menolak, sebagai seorang yang pernah di cintai Kirana, bagaimana jika kamu yang menghubungi Kirana?" Tania mencoba menjebak suaminya sendiri.
"Tidak masalah tapi bagaimana aku bisa menghubungi Kirana?" Han bersemangat sekali.
Untuk menghubungi Kirana juga tak tahu tapi, dia mengingat bahwa Kirana sangat dekat dengan putri kedua kelairga Manopo yaitu Lusi yang baru saja bertunangan dengan Sandra Alexander.
"Emm aku juga tak tahu pasti bagaimana menghubungi Kirana, bagaimana jika kita bertemu Lusi di perusahaan tunanangannya," Tania mencoba segala cara.
"Kalau begitu ayo kita kesana sekarang," Han mengambil mantelnya bersiap ke perusahaan Sandra.
Tania semakin berkobar api cembu
Kirana membenarkan pertanyaan Han, bahwa anak laki-laki yang di lihatnya adalah darah dagingnya bersama Sabian."Seperti yang kamu lihat, aku berada di tengah-tengah keluarga Alexander lalu apa menurutmu aku sedang berbohong?" Kirana merangkul putranya."Bisa-bisanya kamu bangga melahirkan anak haram," Tania menyindir Kirana.Pernyataan Tania membuat petaka bagi dirinya sendiri, tentu saja Sabian marah mendengar Tania mengatakan bahwa Bima adalah seorang anak haram."Jaga mulutmu perempuan rendahan, memangnya siapa dulu yang mengirim Kirana ke kamarku, satu hal lagi jangan pernah menganggap keturunanku adalah anak haram," Sabian tidak terima."Atau Jangan-jangan kamu iri karena sudah lima tahun menikah tetapi belum juga di karunai buah hati?" Lusi menyindir Tania.Tania ketakutan saat Sabian marah, dia lebih sakit hati lagi saat di singgung mengenai buah hati oleh Lusi, ji
Tuan Alexander kembali ke kediamannya bersama anak, menantu, serta cucunya kejadian hari ini adalah di luar batas kendalinya, yang jelas saat ini Bima terbukti sebagai cucu kandungnya."Kirana mulai malam ini tinggallah di rumah ini, barang-barang mu akan di pindahkan ke sini oleh orang-orang ku besok pagi," ucap tuan Alexander."Terima kasih tuan Alexander, aku sudah memikirkan dengan matang keselamatan Bima pasti orang dari kediaman Dani Wijaya tidak akan tinggal diam," jawab Kirana.Hari sudah malam tuan Alexander meminta anak-anak untuk istirahat, untuk Kirana karena belum resmi menjadi istri Sabian maka kamar mereka terpisa dulu dia akan tidur bersama Bima."Pelayan tolong tunjukkan kamar Kirana dan cucuku," tuan Alexander meminta pelayan melayani Kirana."Nona dan tuan muda kecil silahkan lewat sini," pelayan menunjukkan jalan menuju kamar Kirana.Kiran
"Jangan lakukan ini sabian, aku takut ada yang melihatnya," ucap Kirana mendorong tubuh Sabian.Sabian hanya tersenyum kecil dan meminta Kirana untuk menggandeng tangannya masuk ke dalam perusahaan.Semua mata memandang saat Sabian dan Kirana masuk ke dalam kantor banyak juga yang berbisik karena Sabian terkenal alergi terhadap perempuan."Apakah itu adalah nyonya kita dia cantik sekali?" Ucap salah satu karyawan yang melihat."Akhirnya kita akan memiliki nyonya di perusahaan ini," ucap satu karyawan lagi.Sabian berhenti di tengah-tengah ruangan perusahaan yang banyak orangnya, ia melirik kanan dan kiri memperhatikan karyawannya yang salah tingkah karena biasanya dia akan marah ketika melihat karyawannya asyik bercengkrama saat jam kerja."Mulai hari ini wanita di samping ku kedepannya akan menjadi nyonya kalian, berilah salam kepada nyonya," ucap Sabian tegas.&nb
Karyawan yang menghina Kirana bertekut lutut meminta maaf, ia menyadari kesalahannya tidak sepantasnya melawan seorang nyonya yang berkuasa."Tuan Presdir maafkan aku, aku tahu salah tolong jangan pecat saya," karyawan itu berlutut memohon ampunan."Kenapa kamu takut sementara tadi kamu begitu angkuh menghina istriku, pengawal bawa wanita rendahan ini berikan pesangon dan surat pemecatan," ucap Sabian memerintahkan pengawalnya.Karyawan itu berteriak meronta meminta belas kasihan karena masih ada tanggungan orang tua yang harus ia hidupi. Sabian tidak menghiraukan wanita rendahan itu karena telah membuatnya merasa tidak senang."Sabian, aku rasa dia seorang tulang punggung demi aku tolong jangan pecat perempuan itu, jangan kamu tambah beban hidupnya," ucap Kirana memohon."Kamu terlalu baik kepada orang yang menindasmu, tapi lebih baik kita ikuti dulu perempuan itu," ucap Sabian.
Mike mengerti dan segera ke ruang Hrd untuk bertanya tentang karyawan yang bernama Lani, seseorang yang baru saja di pecat tapi di jemput lagi oleh nyonya yang baik hati."Tuan Mike berikut adalah data dari dari karyawan bernama Lani, setahu saya dia seorang yang giat bekerja bahkan suka lembur, sakit juga masuk kerja pernah pingsan juga di perusahaan karena semangat bekerja," ucap kepala departemen HRD."Terima kasih banyak informasi yang kamu berikan, copyan data diri karyawan saya terima ya," ucap Mike sambil meninggalkan ruang HRD.Mike menyusuri lorong menuju departemen pemasaran tempat dimana Lani bekerja, Mike menggali informasi mengenai perilaku Lani dari teman-temannya."Tuan Mike Lani biasanya tidak seperti itu, mungkin saja dia sedang khilaf," ucap teman satu departemen."Benar tuan Mike dia pernah bercerita padaku kalau ayahnya tidak mengijinkan dia di rumah, setiap h
Bima belum menjawab pertanyaan ayahnya saat ini ia ingin makan malam di temani ayah dan mamanya, ia berjanji akan bercerita kepada ayahnya saat selesai makan malam. "Ayah aku akan menceritakan kehidupan ku, tapi temani aku makan malam dulu," ucap Bima. "Kalau begitu ayah akan menemanimu makan malam, ayah sudah tak sabar mendengar ceritamu," Sabian menggandeng Bima ke meja makan. Di meja makan yang sama di rumah tuan Alexander, Kirana menikmati hidangan enak setiap harinya ia sampai menitikkan air mata kebahagian, mengingat ia tak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya di masa lalu semenjak kehilangan ibunya. "Apa yang membuatmu sedih Kirana?" ucap tuan Alexander. "Maafkan aku tuan Alexander, keluarga ini menunjukkan kehangatan, di rumah peninggalan ibuku sendiri aku tidak mendapatkan kasih sayang yang tulus seperti di keluarha Alexander," ucap Kirana.
Air mata kebahagiaan mengalir dari pelupuk mata Sabian, mulut kecil putranya mengeluarkan kalimat yang membuat hatinya terenyuh, Sabian mengelus rambut putra kesayangannya."Nak apa kamu tahu juga hari ini ayah nagaia sekali bisa memelukmu selama ini, perjuangan ayah untuk kembali bersatu dengan Bima dan Mama mu sungguh di penuhi jallan terjal dan berliku, ayah sangat menyayangi Bima jangan pernah pergi lagi dari kehidupan ayah," ucap Sabian dengan perasaan yang tak bisa di ungkapkan."Ayah berjanjilah pada Bima jika selamanya kita akan bersama," ucap Bima sambil mengelap air mata yang jatuh ke pipi ayahnya.Sabian baru kali ini mengeluarkan air mata di depan seorang anak kecil, biasanya dia sangat garang dan jarang menangis tetapi di hadapan darah dagingnya ia tak malu mengeluarkan air mata kebahagiaan."Ayah berjanji nak, selamanya hingga akhir usia akan selalu bersama kamu dan mamamu," Sabian ters
Ehemm...Sabian berdegem ketika memperhatikan sepasang mata lelaki lain menatap tanpa berkedip wanita pujaannya."Aku akan mencongkel mata pria lain yang menatap sembarangan wanita milikku," Sabian berbicara sambil mengambil gelas air minum."Sabian kamu tak perlu cemburu padaku, kamu juga tahu aku sudah bertunangan, aku tidak akan merebut barang milik adikku," Sandra menepuk pundak Sabian.Walaupun sebenarnya hati Sandra belum sepenuhnya melepas Kirana tetapi, dia sadar diri semuanya tak mungkin terjadi antara dia dan Kirana tak akan pernah bersatu, mengingat takdir yang sudah di tetapkan oleh yang maha kuasa."Baguslah kalau kamu mengingat sudah bertunangan, sebentar lagi akan menikah dan punya keturunan sendiri," Sabian masih saja sewot."Adikku sayang cepat selesaikan urusan mu dan urus surat resmi menikah di kantor urusan agama," Sandra mengedipkan matanya.&nb
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun