“Pak Badai, ada tamu untuk Bapak. Namanya Pak Kresna.”“Kresna?”“Beliau bilang, beliau….” Tia, sekretaris Badai, menatap Badai dengan segan. “Beliau mantan adik ipar, Bapak.”Kresna?“Suruh dia masuk kalau begitu dan jangan lupa tanyakan dia mau minum apa.”Tia mengiakan dan segera undur dari ruangan Badai. Tak menunggu lama, pintu tersebut kembali terbuka dan sosok Kresna yang mengenakan setelan formalnya masuk ke ruangan tersebut.“Apa kabar, Kresna?” sapa Badai sambil beranjak dari mejanya.Kresna mengangguk sopan dan membalasnya sambil tersenyum. “Baik, Mas. Mas sendiri?”“Baik.”Badai mempersilakan Kresna duduk di sofa ruang kerjanya. Terdengar ketukan di pintu ruangan tersebut dan Tia menaruh dua gelas minuman untuk Badai dan Kresna.Ketika mereka kembali berdua di ruangan tersebut, Kresna berdeham dan menatap Badai dengan sungkan.“Sebenernya aku ke sini mau minta izin sama Mas Badai.”Meskipun bisa menebak apa yang diinginkan Kresna, tapi Badai tetap bertanya, “Izin apa?”“Ak
“Kamu mau masuk vlog aku nggak? Akhir-akhir ini ibu muda langsung banyak fansnya lho.”“Ibu muda kayak kamu?”“Iya dong,” sahut Shua dengan bangga. “Aku kan imunisasi yang siap mencari ayam bakar buat Janar.”“Hah? Apaan sih itu?” Padma yang tengah menggendong Ilana seraya mengawasi Janar dan Asa yang tengah bermain di ruang tengahnya, menatap Shua dengan heran.Shua mengerling centil. “Ibu muda manis dan seksi yang siap mencari ayah muda badan kekar buat Janar.”Padma tidak sanggup mengontrol tawanya mendengar lelucon Shua yang entah didapatnya dari mana. Untunglah Ilana sedang tidak menyusu, bisa tersedak anaknya karena tubuh Padma yang berguncang akibat tawanya.
“Hai, Hon.”“Hai.”Tanpa menaruh barang bawaannya atau memperhatikan sekitarnya, Badai langsung beranjak mendekati Padma dan menarik pinggang Padma untuk ia peluk dengan erat.Beruntung tadi Asa dan Lita keluar lebih dahulu dari mobil dan sudah masuk ke rumah, disambut oleh mertua Padma dan keluarganya yang juga tengah berkunjung ke rumah tersebut.“Dasar nggak sabaran.” Padma memukul lengan Badai dengan pelan sebelum kemudian balas memeluk lelaki itu. “Kan bawaan kamu bisa ditaruh dulu.”“Kangen.” Badai menghirup aroma rambut Padma dan merasa lega saat merasakan aroma yang f
Kata-kata Padma di pagi hari itu masih terngiang di telinga Badai bahkan sampai hari ini. Lelaki itu semalam akhirnya bisa tidur tenang dan tidak bermimpi buruk, bahkan setelah pagi harinya membicarakan Anastasya.Biasanya, jika di hari itu Badai atau orang lain membicarakan Anastasya dengannya, maka di malam harinya Badai akan bermimpi buruk.“Pa….”Panggilan itu membuat Badai menoleh, mendapati Asa berbaring menyamping di ranjangnya dan sudah rapi serta wangi.Sejak beberapa bulan lalu, Asa memang tidur sendiri di kamarnya. Anaknya itu seperti ingin menunjukkan kalau ia bisa tidur sendiri dan tidak takut—dan Badai menghargainya.Jadilah kadang
“Gimana Ilana? Nggak rewel?”Padma menggeleng. “Nggak kok, anteng banget dari pagi tadi. Kayaknya dia tahu deh ini rumah papanya dulu.”Daiva tersenyum ketika melihat bagaimana keponakan yang tengah digendong kakak iparnya tersebut, mengerjapkan matanya dengan lucu saat bertatapan dengannya.“Ilanaaa. Mau digendong sama Onty nggak?”“Mau, Onty,” jawab Padma yang pura-pura meniru suara anak kecil. Ia tertawa dan dengan hati-hati menyerahkan Ilana ke gendongan Daiva.Untunglah Ilana tidak rewel kalau digendong oleh orang lain yang bukan Padma. Anak itu seakan menikmati semua perhatian orang lain yang dicurahkan kepadanya.“Kamu nggak pergi ha
“Ngapain kamu di sini?”“Numpang makan malam,” jawab Yogas sambil terus menyusun puzzle milik Asa yang memang diletakkan di ruang tengah, membuat lelaki itu bebas mengambilnya bahkan ketika Badai dan Asa belum tiba di rumah.“Kasihan dia, masih dipaksa nikah dari zaman kamu masih lajang sampai Asa udah segede gini,” imbuh Ipang seraya menaruh buku yang tadi ia baca ke atas meja. “Oh ya, tadi ART-mu tanya kita mau makan apa, jadi kita jawab aja hari ini mau makan seafood.”Badai berdecak seraya beranjak duduk di single sofa selagi Asa ikut duduk di karpet bermain dan bermain puzzledengan Yogas.“Baru kali ini tamu yang nentuin menu makan malam dan tuan rumahnya cuma dikasih tahu aja.&rdq
“Kamu suka Papa Badai nggak, Ilana?”Padma tahu Ilana tak akan bisa menjawab pertanyaannya—tapi tetap ia lakukan karena ia tak tahu apa yang bisa ia lakukan saat ini.“Cieee, Papa Badai!”“Shua!!!”Shua tertawa senang melihat bagaimana Padma merona malu karenanya. Pagi ini mereka tengah belanja bahan untuk membuat sapo tahu kesukaan Badai. Shua bisa menemaninya karena ingin curhat sebelum siang nanti bekerja sekaligus menemani si mama muda anak baru satu itu belanja.Janar sendiri tengah berada di rumah orangtuanya. Orangtua Shua akhir-akhir ini jadi suka mengambil cuti untuk bermain bersama sang cucu, sejak Shua kembali ke rumah mereka.“Kamu kan ngomong sendiri, bukan salahku dong kalau
“Kamu tuh pas ABG nggak pernah pacaran apa gimana sih?” bisik Padma dengan berhati-hati agar tidak terlalu terdengar oleh Asa.Badai balas berbisik, “Kenapa? Aku norak ya?”“Banget!”Meskipun diledek begitu, Badai tentu saja tidak keberatan atau merasa terhina. Malah ia langsung nyengir semakin lebar dan membuat Asa yang melihatnya, tertawa karena ayahnya terlihat lucu.Padma menggeleng pelan lalu menaruh piring berisi makanan yang sudah ia ambilkan untuk Badai.“Makan, nyengir nggak bikin kenyang.”Asa mengangguk, menyetujui apa yang dikatakan Padma dan ikut mengambil sendoknya. Sesekali Padma menoleh ke Asa yang duduk di sebelahnya untuk memban