Home / Romansa / Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen / Bab 3 Intan dan Valerie

Share

Bab 3 Intan dan Valerie

Author: sukanulisajaa
last update Last Updated: 2024-02-27 14:04:17

Sampai di kantor, Valerie langsung menuju ruangannya. Ia masuk ke dalam ruangan dan mengganti sepatu high heelsnya dengan sendal jepit lagi. Tanpa basa-basi, Valerie langsung duduk dan membuka laptopnya.

Intan masuk ke dalam ruangan untuk memberikan beberapa dokumen yang harus ia tandatangani. Beberapa perjanjian kerjasama dengan klien-klien baru. Dan repeat order dari klien yang sudah menjadi langganannya menjadi pemandangan setiap hari yang Valerie lihat.

Meeting sana sini, menjelaskan produk kesana kemari, menandatangani perjanjian kerjasama menjadi tugas utama Valerie. Untung ada Intan, sahabatnya yang sekarang menjadi sekertaris sekaligus asisten pribadinya. Ketika pertama Valerie naik ke jabatan ini, posisi sekertaris diisi oleh orang kantor, tapi ia mereasa tidak cocok dan meminta direktur untuk menggantinya.

Pada waktu itu, Intan sedang tidak bekerja, karna Valerie tau Intan orangnya seperti apa, ia mengajukan Intan untuk menjadi sekertarisnya, dan akhirnya sampai sekarang sudah 4 tahun mereka bekerja bersama.

Valerie mengerutkan keningnya, Intan tidak main-main ketika ia bilang harus menghabiskan hari ini untuk me review semua pekerjaan-pekerjaan yang tertunda kemarin karna meeting. Dokumen yang harus di review tidak main-main rupanya.

“Kenapa Val? Pusing lo?” tanya Intan. Valerie bahkan tidak sadar ada Intan masuk ke dalam ruangannya.

“Iya nih,” Valerie hanya mengangkat mukanya dan kembali fokus membaca perjanjian yang harus ia tandatangani.

“Tumben, biasanya oke-oke aja. Kayaknya gue baca, ga ada yang ribet perjanjiannya, lo pusing yang mana?” tanya Intan.

“Bukan, bukan isi perjanjiannya ribet, tapi mereka perusahaan-perusahaan gede banget. Mereka pasti order bukan dalam jumlah sedikit atau menengah, pasti banyak banget. Gue lagi mau analisis, ini kalo kita kasih diskon ini nutup gak gitu,” kata Valerie.

“Val, plis deh. Kita lakuin ini ga sekali dua kali dan lo selalu cemas. Kita udah itung Val, I swear!” suara Intan hampir berteriak.

“I just wanna make sure, Intan,” ujar Valerie.

“You overthinking everythink tau ga. Semua udah kita itung berkali-kali dan ketika injury time kayak gini lo masih aja ga yakin?” omel Intan.

“Intan..”

“Valeriee… Please.. Kalo lo begini terus, yang ada kita lama dan kalo sampe lo mau rubah perjanjian di saat kita udah deal on the spot, apa gak bakal ngecewain klien dan dampaknya ke perusahaan kita juga?” todong Intan.

Valerie menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dirinya yang terlalu teliti dan Intan yang pemikirannya praktis selalu menjadi kombinasi yang ideal. Terkadang Intan terlalu ingin memanjakan klien dan menyetujui semua syarat yang disetujui klien hanya demi tidak mengecewakan klien, tapi satu sisi perusahaan merugi. Disaaat seperti itu, Valerie yang akan menjadi rem Intan.

Namun ketika keadaan mepet deadline begini, dan Valerie masih terlalu teliti dengan klien, membuat pekerjaan jadi banyak yang terhambat, Intan selalu menjadi remnya.

“Udahlah, yuk kita makan siang dulu. Udah lewat jam makan siang malah.”

“Oh ya?” Valerie menengok ke jam tangannya. 12.45. Huh dirinya kembali makan siang terlambat hari ini.

“Yaudah yuk kita makan siang dulu. Tunggu ya gue ambil dompet dulu,” Valerie mengambil dompet dan tasnya, kemudian mengunci ruangannya dan mengikuti Intan untuk pergi ke food hall di geudng kantornya.

Valerie dan Intan turun ke lantai 3, tempat dimana food hall kantornya berada. Berada di gedung yang besar di tengah kota, Valerie sangat bersyukur masih ada food hall yang menjual makanan-makanan tradisional rumahan.

Nasi, ayam goreng dan sayur asem adalah favoritnya.

“Sumpah sih, gue kalo jadi cowo seneng banget cewe gue selera makannya gak mahal,” ujar Intan melihat menu yang dipesan Valerie dari hari ke hari tidak pernah berubah.

“Hahaha gue mah fleksibel, diajak makan mahal ga malu-maluin, diajak makan murah juga hayuk,” ujar Valerie.

“Diajak komitmen yang gamau,” ujar Intan cuek.

“Sialan lo,” kata Valerie.

“Jadi gimana Juno?” tanya Intan.

“Ga gimana-gimana,” jawab Valerie.

“Maksudnya ga gimana-gimana tuh gimana ya?” tanya Intan lagi.

“Ya biasa aja, we are nothing. No comitment. Dia juga lagi ngurusin kerjaannya di Ausie hari ini, gue kerja. Nothing’s special. We have our own life.” Ucap Valerie tak acuh.

“Jadi dia siapa lo? Pacar lo?” tanya Intan.

“No, he’s not. Kita ga pacaran, ya gini aja.”

“Lo bener-bener ogah  nikah atau pacaran ya?” Intan yang tadinya asik menikmati makanannya jadi menunda makan. Ia benar-benar bingung dengan sahabatnya satu ini. Sudah ada beberapa laki-laki yang mendekatinya.

Ada beberapa yang di tolak oleh Valerie, ada yang berhasil dekat. Tapi hubungan paling jauh adalah sampai tempat tidur, tidak akan lebih dari itu.

“Kalo gue single aja bahagia, buat apa ada komitmen? Gue bahagia kayak gini Tan, gue gamau di repotin sama komitmen, apalagi kalo harus begini harus begitu. Males ah. Gue kerja, gue punya uang, buat apa lagi komitmen?” jawab Valerie.

“Emang lo ga kepikiran buat bangun rumah tangga? Punya anak? Punya suami?”

“Nope. Punya anak dan punya suami bukan tujuan gue hidup. Gue Cuma mau bahagia aja.”

“Hm let me guess? Apa lo trauma karna Faris?” tanya Intan.

Deg.

Valerie langsung diam.

Ck.

Valerie mendecak. Ternyata pengaruh Faris di hidupnya masih begitu kuatnya. Hanya dengan mendengar namanya saja Valerie kesal bukan main. Dadanya terasa sesak seketika. Ada rasa sakit yang tiba-tiba hinggap.

Tiba-tiba kepalanya penuh dengan semua kenangan dengan Faris, mantan kekasihnya yang memberi luka amat dalam kepada Valerie. Rasa sakitnya masih sama, kenangannya masih sama. Apa ia benar-benar bisa move on?

“Ekspresi lo berubah. Berarti bener.” Intan menarik kesimpulan. Jika bukan karna suara Intan, kepala Valerie pasti masih dipenuhi dengan Faris.

“Val, ga semua cowo brengsek kok kayak si Faris. Gue yakin deh,” kata Intan.

Valerie mengangkat bahunya, ia tidak pernah bisa bohong dengan sahabatnya yang satu ini.

“I just, terlalu sakit Tan, ya mungkin bener semua karna Faris. Gue belom berani lagi buat komitmen, gue belom berani lagi buat mulai sebuah hubungan.”

Valerie tersenyum getir.

“Gue yakin kok nanti lo bakal nemuin orang yang bisa bikin lo percaya sama komitmen lagi. Gue yakin,” kata Intan.

“Hahaha we’ll see. Yaudahlah yuk kerja lagi. Deadline udah mepet masih aja sempet-sempetnya curhat,” Valerie beranjak dari tempatnya diikuti oleh Intan. Intan tersenyum di belakang Valerie. Ingin rasanya ia bisa berbagi kesakitan yang dirasakan sahabatnya.

Intan tau, kesan yang ditampilkan Valerie selama ini menjadi wanita yang kuat, independen dan seperti tidak membutuhkan laki-laki hanya topeng. Valerie yang sebenarnya adalah Valerie yang lembut dan penuh cinta.

Ia hanya terlalu sakit oleh masa lalu, sebuah kisah yang menggores luka teramat dalam bagi Valerie. Luka yang tidak akan sembuh hanya dalam hitungan hari ataupun minggu, ia yakin sakit yang dirasakan Valerie membutuhkan waktu tahunan untuk sembuh.

Related chapters

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 4 : Hobi Lain Valerie

    Valerie bekerja sampai larut malam. Untung besok akhir pekan, ia bisa beristirahat sebelum senin jadwalnya sudah full lagi dengan meeting-meeting. Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Valerie meregangkan badannya. Sudah 20 Surat Perjanjian yang berhasil ia sign hari ini. Benar-benar melelahkan.“Val ayo pulang, gue udah teler banget,” ujar Intan dari luar ruangannya.“Duluan duluan, gue masih mau beberes,” ujar Valerie.“Yaudah gue duluan yaa,” ujar Intan sambil berlalu dari ruangan Valerie.Valerie mengedarkan pandangannya. SPK yang sudah di sign sudah bertumpuk rapih di mejanya, tinggal dikirim ke masing-masing klien. Ia melihat laptopnya, sudah semua rapih, ia tinggal mematikannya. Valerie teringat, ia belum membuka hp nya sama sekali seharian, dan seingatnya tadi ada notifikasi ketika ia di mobil.Valerie membuka hpnya, muncul sebuah nama yang mengirimkan pesan, Risko. Valerie mengerutkan kening. Ia berfikir ada revisi dengan perjanjiannya, akan sangat memakan waktu

    Last Updated : 2024-02-27
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 5 : Awal Kedekatan dengan Risko

    Risko datang tepat jam 2. Ia mengetuk pintu. Sekali, tidak ada jawaban. Dua kali, masih tidak ada jawaban. Akhirnya Risko membuka pintu dan masuk ke dalam, sesuai dengan pesan yang diterimanya dari Valerie.Warna monokrom langsung memenuhi penglihatan Risko. Semua barang yang ada di rumah Valerie hanya memiliki 3 warna. Hitam, putih dan abu-abu. Itupun abu-abu hanya sedikit sekali, hitam dan putih yang mendominasi segalanya.Tatanan ruang tamu Valerie sangat rapih, tidak ada satupun barang yang tidak pada tempatnya. Lebih tepatnya, tidak terlalu banyak barang di ruangan itu. Hanya sofa berukuran sedang 2 buah, dengan lemari buku di sampingnya. Sisanya hanya terbentang karpet bulu berwarna hitam. Suasana yang nyaman untuk ngobrol tanpa terkesan formal.Kemudian bergeser sedikit ada sebuah meja makan besar berbentuk bulat, dan 3 buah kursi yang mengelilinginya. Juga sebuah kulkas di dekatnya.Risko duduk di sofa sambil masih mengamati ruangan ini. Di depan ruangan yang sedang di dudukin

    Last Updated : 2024-02-27
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 6 : Kecintaan Valerie terhadap kuliner

    “Usaha hamburger kamu masih jalan sampe sekarang?” tanya Valerie.“Masih. Tapi jangan kamu bayangin usaha hamburger saya usaha yang besar, berkembang pesat dan punya franchise dimana-mana. Usaha hamburger saya usaha keluarga yang bahkan orangtua saya gamau anaknya ada yang colek-colek resep mereka hahha," Risko tertawa. Satu hal yang Valerie dapat dari Risko adalah, di luar pekerjaan, Risko orang yang sangat suka tertawa. “Orang tua kamu keren. Saya mau banget usaha makanan dari dulu tapi ga bisa-bisa. Mungkin karna masih kerja kali ya. Ajak saya dong ke usaha keluarga kamu,” pinta Valerie.“Boleh, kapan-kapan kamu saya ajak yaa ke warung hamburger punya orangtua saya,” janji Risko.“Kalo kamu emang niat mau usaha yang beneran, kamu harus berani buat keluar dari zona nyaman kamu di kantor Val,” nada bicara Risko semakin lama sudah semakin santai. Sudah seperti bicara dengan teman dan bukan partner bisnis lagi.“Itu yang belom saya bisa. Saya ngerasa kayak saya ga akan bisa kayak seka

    Last Updated : 2024-02-28
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 7 : Kenyataan Pahit

    Valerie mengulat. Senin pagi. Saatnya ia bekerja kembali. Valerie melihat ke arah jam di kamarnya, baru pukul 2. Ia masih memiliki banyak waktu.Semalam, Valerie tertidur terlalu cepat, sekitar pukul 7, jadilah ia bangun terlalu dini. Valerie menguncir rambutnya, membawa hpnya bersamanya dan keluar dari kamarnya.Valerie meletakkan hpnya di atas meja, mengambil gelas yang berukuran sedang. Membuka toples kopi, menuangkan kopi 3 sendok dan gula pasir 1 sendok. Menyeduhnya dengan air panas sedikit, dan sisanya di masukkannya es batu.Es kopi kesukaan Valerie sudah siap dinikmati. Ia tidak peduli pagi, siang, sore atau malam, es kopi tetaplah juaranya. Valerie duduk di meja makan, menikmati kopi sambil membuka hpnya. Ada 1 pesan dari Risko yang belum ia buka semalam.-Oke goodnight Valerie. Have a very best dream-Valerie tersenyum membaca pesan dari Risko.Hari Sabtu, mereka mengobrol sampai sore sekali, sampai Valerie hampir lupa mengeluarkan

    Last Updated : 2024-02-29
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 8 : Valerie mendapat pandangan lagi

    Valerie berangkat ke kantor, berharap pikirannya akan teralihkan dengan setumpuk pekerjaan yang menumpuk. Valerie melewati kumpulan ibu-ibu yang masih berbelanja di tukang sayur, mereka terdiam melihat mobil Valerie lewat. Tersenyum padanya.Munafik, pikir Valerie.Setelah mobil Valerie lewat, mereka kembali melanjutkan menggunjing.“Tuh bener kan, pagi banget berangkatnya. Karyawan apaan berangkat jam segini coba, emangnya OB,” ucap salah satu ibu-ibu.“Ya mungkin kantornya jauh Bu, jadi berangkat pagi-pagi,” kata Si Tukang Sayur.“Ah si Mamang emang ga bisa nih kalo dibilangin. Ya bu yaa,” Ibu-ibu yang lain mengangguk mengiyakan.Valerie melihatnya dari kaca spion mobilnya, ia kembali kesal. Ia kesal karna beberapa fakta menyakitkan yang selama ini ia hindari.Pertama, fakta bahwa dirinya belum menikah bahkan takut untuk menikah atau sekedar memiliki komitmen. Kedua, fakta bahwa orang-orang mengira dirinya memiliki banyak uang karna bekerja yang bukan-bukan, padahal untuk mencapai p

    Last Updated : 2024-03-02
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 9 : Valerie atasan yang tegas

    “Ah selesai juga. Cepet kan kalo saya bantuin, coba tadi kamu sendirian pasti jam segini belum selesai cuci piringnya,” kata Valerie.“Bu, saya minta maaf ya sama sekali saya ga ada maksud buat nyuruh Bu Valerie bantuin saya cuci piring. Tangan Ibu jadi kotor pasti,” ucap Daus dengan nada panik.“Kamu kenapa?” Valerie yang bingung kenapa Daus sepanik itu.“Saya takut dipecat Bu, karna Bu Valerrie udah bantuin saya cuci piring,” ujar Daus.“Hahaha ga bakalan. Udah ah, saya mau masuk dulu ya. Mau ganti baju. Masa saya kerja pake kaos begini,” Valerie memang masih menggunakan kaos dan celana jeans. Ia membawa baju kerjanya, sengaja ia belum berganti pakaian agar ketika kerja, bajunya tidak lecek.Valerie masuk ke ruangannya, mengeluarkan dari tasnya baju kerja yang akan ia pakai. Hari ini ia akan memakai blouse berwarna pink dan celana hitam panjang. Hari ini tidak ada pertemuan dengan klie

    Last Updated : 2024-03-03
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 10 : Emosi Valerie meningkat

    “Ehm..”Valerie berdeham. Ia, Intan dan ketiga staffnya sudah duduk di ruang meeting. Suasana tegang menyelimuti mereka. Valerie yang memimpin meeting duduk di paling pojok, dimana semua peserta meeting dapat melihatnya secara langsung.Disa, Dewi dan Kumala hanya bisa menunduk, sama sekali tidak berani memandang Valerie. Aura Lady Boss yang keluar dari diri Valerie benar-benar kuat. Intan saja yang sahabatnya, tidak berani sama sekali menegur Valerie jika auranya sudah seperti ini.“Tadinya hari ini saya ingin meeting membahas kinerja dan pencapaian kita bulan lalu, namun saya urungkan karna ternyata ada hal yang lebih penting..” Suara Valerie menggantung di udara. Intan mengernyitkan dahi. Tidak biasanya Valerie mengesampingkan masalah kinerja, ia adalah orang paling strick dan tepat waktu yang ia tahu. Jika ada yang digeser atau dibatalkan, berarti hal ini benar-benar penting.“Barangkali ada yang belum tahu mengapa pembahasan kinerja saya geser, saya akan menceritakan sebuah kis

    Last Updated : 2024-03-11
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 11 : Pendamai Amarah Valerie

    Selama menunggu Intan di mobil, Valeri membuka-buka pesan whatsapp. Ia melihat siapa saja klien-klien besar yang harus ia temui. Namun ia terdiam dan ingat bahwa ia tidak memakai pakaian yang cukup formal untuk bertemu klien besar.Ia kembali mengingat kira-kira klien yang bisa didatangi hanya dengan menggunakan pakaian semi formal. Ah Risko.Valerie membuka kontak Risko. Menekan tombol panggil. Diangkat pada panggilan kedua. Ini berarti Risko sedang tidak terlalu sibuk.“Yes Val,” jawab Risko.“Kalo saya ke kantor kamu sekarang untuk review hasil kerjasama kita selama sebulan, gimana?” tanpa basa-basi, Valerie langsung bertanya pada Risko.“Oh iya boleh, kebetulan saya lagi di kantor. Kamu udah tau kantor saya?” tanya Risko.“Belum tau, boleh tolong do share location?” tanya Valerie.“Oke habis ini saya shareloc” jawab Risko.“Oke,” ujar Valerie. Ia

    Last Updated : 2024-03-12

Latest chapter

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 115 Valerie Sakit

    “Jadi gini Bu Valerie..”Faris mendengarkan di depan pintu dengan Valerie yang ada di tempat tidur.“Ibu pernah punya histori radang tenggorokan ya?” tanya Dokter Ali.“Iya dok,” jawab Valerie.“Nah radang tenggorokannya itu kumat bu, jadi demam, enggak enak badan. Lidah juga pahit. Ini enggak apa-apa kok. Cuma butuh istirahat aja, makan juga jangan sembarangan dulu ya bu. Trus banyakin minum air putih.”Valerie mengangguk-angguk. Sudah bukan hal baru dirinya terkena radang tenggorokan. Biasanya jika ia banyak pikiran, atau tubuhnya sedang lelah, radangnya bisa memerah dan membuatnya tidak enak badan.Namun kali ini, sakitnya luar biasa. Mungkin karena ia benar-benar tidak memperhatikan makanan atau minuman apa yang ia konsumsi belakangan, ditambah lagi dengan aktifitasnya yang tidak ada behentinya.“Ini saya buat resep untuk radang tenggorokannya ya, nanti bisa ditebus di apotik. Kalo 3 hari be

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 114 Valerie Sakit

    Pukul 4 pagi, Valerie dan Faris baru sampai di rumah. Tubuh mereka sudah lelah dan mengantuk.“Kamu apa aku yang mandi duluan?” tanya Valerie.“Kamu aja dulu, abis itu baru aku,” jawab Faris.Setelah Valerie dan Faris mandi, keduanya langsung tertidur. Namun, kali ini Valerie merasa dingin yang dirasakan berbeda dari dingin yang biasanya.“Pasti gara-gara mandi abis begadang nih,” pikirnya.Valerie merapatkan selimutnya dan menaikkan suhu AC nya agar tidak terlalu dingin. Tapi ternyata tidak membantu sama sekali, tubuhnya menggigil saking dinginnya. Faris yang merasakan ada getar disampingnya, membuka mata dan melihat Valerie dalam keadaan menggigil.“Val, kamu kenapa? Dingin ya?” tanya Faris. Valerie mengangguk.Faris buru-buru menuju lemari, ia mengambil 2 pasang kaus kaki dan memakaikannya di kaki Valerie bersamaan. Ia mematikan AC, dan menyalahkan Air cooler. Tidak sedingin AC, namun tetap m

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 113 Late Night Ramen

    “Enggak apa-apa. Aku selalu kabarin ibuku kok kalo belom pulang,” jawab Anita.“Oh ya?”“Iya, aku lagi sama siapa, aku lagi dimana, ngapain, aku pasti kabarin ibuku. Sebenernya dia enggak minta, tapi emang aku yang selalu ngabarin biar enggak kuatir,” jelas Anita.“Oke kalo gitu.”Risko menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya. Ia memejamkan mata, tanpa sadar ia sudah terlelap tidur. Tidak berbeda dengan Anita, setelah memastikan semua pintu terkunci dan AC tetap menyala, Anita jatuh tertidur.Tapi tidak lama kemudian, Anita bangun, ia tidak bisa tertidr jika kondisi mobil tidak berjalan. Lagi pula, tidak baik untuk pernafasan. Buru-buru Anita membuka semua jendela dalam mobil Risko.Angin malam langsung berebut masuk. Malam ini tidak terlalu dingin sebenarnya, tidak seperti malam-malam kemarin. Tapi sudah cukup membuat Anita mengencangkan jaketnya.Anita melihat ke layar, sudah nomor

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 112 Cerita Kepada Faris dan Valerie

    Valerie yang tadinya sedang serius mengerjakan laporan langsung bangkit dari duduknya.“Serius??” tanya Valerie sambil menghampiri Anita.“Iya Val. Dia bilang mau jadi suamiku tadi,” jawab Anita.“And you said yes?” tanya Valerie, dia benar-benar exited mendengar kabar ini.“Iya Val,” jawab Anita malu-malu.“Wahhhhhh keren banget kalian berduaaa, jadi kapan nih?” tanya Valerie. Ia menarik tangan Anita untuk duduk di sofa bersama dirinya dan Faris.“Masih lama kok. Aku mau kenal Risko dan keluarganya lebih dalam lagi, juga mau kenal sama temen-temannya Risko dulu. Soalnya kan kita kenalnya baru, jadi enggak langsung cepet juga. Minimal 3 bulan aku minta waktu, ya Ris?” tanya Anita kepada Risko.“Iyaa, aku juga mau kenal dulu sama keluarga dan temen-temennya dia. Abis itu kita diskusi lagi, baru deh tentuin tanggal,” jawab Risko. Ia duduk di kursi yang tadi Vale

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 111 She Said Yes

    Anita terdiam. Ia tidak menyangka Risko secepat itu melamar dirinya.“Anita?” tanya Risko.“Eh eh maaf Risko. Aku kaget, enggak nyangka kamu secepat itu ngelamar aku,” ujar Anita.“Iya makanya. Aku juga mikir kamu pasti ngerasa ini cepet banget. Tapi aku udah ngerasa cocok sama kamu. Aku mau hidup aku sama kamu.”Anita menatap Risko, mencari kebohongan dalam mata Risko, tapi ia tidak melihatnya sama sekali. Risko terlihat tulus, ia tidak terlihat bohong sama sekali.“Risko, kamu yakin? Kita belum lama kenal loh..” ujar Anita.“Aku yakin. Aku bisa kenal kamu nanti setelah nikah. Enggak apa-apa kok. Aku beneran yakin mau nikah sama kamu, kamu adalah calon istri yang aku rasa terbaik buatku, buat Papaku, buat keluargaku.”Anita tersentak.“Aku bahkan belom sempet kenal sama keluarga kamu, kalo mereka enggak suka sama aku gimana?” tanya Anita.“Eng

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 110 Risko Propose Anita

    Anita dan Risko sudah duduk di dalam rumah makan. Mereka duduk berhadapan dengan pemandangan langit yang cerah. Dengan lampu-lampu kecil cantik menghiasi interior rumah makan tersebut yang makin terlihat ketika sudah gelap.Angin malam menerbangkan rambut Anita yang dikuncir hanya setengah.“Dingin ya?” tanya Risko.“Lebih tepatnya adem, bukan dingin. Yang waktu di Villa nya Faris aja aku kuat kan,” ujar Anita.“Oh iya bener.”“Kamu tau tempat ini darimana sih? Bagus banget tau,” ujar Anita.“Dulu pernah makan di sini sama temen kantor rame-rame. Kita dari luar kota trus mampir kesini eh ternyata bagus banget.”Obrolan mereka terselak oleh pelayan yang mengantarkan makanan untuk Risko dan Anita. 2 piring nasi dengan ayam goreng dan sambal juga lalapan tersaji di depan mereka. 2 gelas jus buah naga pun tidak luput dari pesanan.“Makasih Mas,” ujar Anita.“Sama-sa

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 109 Risko Kasmaran

    Hari-hari selanjutnya dijalani Valerie dan Faris dengan masih bekerja di KS burger. Selama satu minggu Faris bekerja di sana sebagai pelayan banyak sekali pelajaran yang bisa ia ambil. Faris mengerti kenapa Risko bisa sebijaksana itu.Faris juga belajar untuk selalu menempatkan kepentingan orang lain diatas kepanetingannya sendiri, bagaimana ia harus menghargai orang lain, dan sama sekali tidak merasa diatas yang lainnya.Faris menilai, ilmu-ilmu seperti ini benar-benar mahal untuk dipelajari. Ia bisa menerapkannya di dunia kerja setelah ia masuk kerja nanti.“Val, hari ini aku izin lagi yaa. Mumpung masih ada Faris, jadi kamu enggak sendirian. Sabtu Minggu aku di sini kok,” ujar Risko.“Kamu belakangan izin mulu deh perasaan,” selidik Valerie.“Pacaran dia tuhhh,” Faris langsung menyerbu Risko begitu masuk ke dalam ruangan.“Seriusss Risko? Wahhh kenalin kaliiiiii pacarnyaaa,” ujar Valer

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 108 Pelajaran Berharga

    “Weiiii yang abis cari pacar, udah dapet?” tanya Faris begitu melihat Risko sampai di toko.“Hahhaa, enggak ada yang buang,” ujar Risko.“Seneng banget roman-romannya,” goda Faris.“Hahahha iya, lumayan lah. Gimana toko hari ini?” tanya Risko.“Aman, tenang aja. Setidaknya enggak ada ibu-ibu yang godain gue hari ini,” Faris sedang mengelap-ngelap meja. Ia benar-benar menikmati perannya dari hari ke hari bekerja di sini. Sepertinya Faris mulai berfikir ingin pindah Haluan menjadi pengusaha kuliner daripada kantoran.“Hahahah, bisa aja lo. Gue liat-liat makin jago aja ngelap mejanya. Udah deh Ris, gue ngeri lo kegirangan kerja ginian, inget lo CEO.”“Ternyata enak ya Ko kerja kayak gini,” Faris duduk di atas sebuah meja yang baru saja ia bersihkan. Apron seragam dari KS burger terlihat begitu pas di tubuh Faris.“Enaknya?” tanya Risko. Ia ikut duduk di seb

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 107 Berserah Pada Takdir

    Anita masih tersenyum lebar selesai dari menonton film yang berjudul Notebook.“Bagus filmnyaaaa,” ujar Anita.“Bagus filmnya apa suka endingnya?” tebak Risko.“Hahaha bener. Aku selalu jatuh cinta sama film yang happy ending.”“Typical perempuan sih. Rata-rata perempuan tuh suka banget film yang happy ending. Kayak enggak suka gitu tokoh utamanya tersakiti.”“Hahhaha iya bener tau.”“Makan dulu yuk,” ajak Risko.“Boleh.”Anita dan Risko memilih makan ayam goreng cepat saji yang ada di mall itu. Anita dan Risko memesan paket nasi dengan ayam super besar.“Kamu enggak mau pesen burger atau kentang?” tanya Anita.“Nope. Di toko banyak dan enak, ngapain aku pesen di sini,” ujar Risko.“Yeee bisa aja. Iya juga ya. Trus kenapa kita enggak makan di toko kamu aja sih,” ujar Anita.“Lah iya juga hahaha

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status