Home / Romansa / Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen / Bab 6 : Kecintaan Valerie terhadap kuliner

Share

Bab 6 : Kecintaan Valerie terhadap kuliner

Author: sukanulisajaa
last update Last Updated: 2024-02-28 16:04:49

“Usaha hamburger kamu masih jalan sampe sekarang?” tanya Valerie.

“Masih. Tapi jangan kamu bayangin usaha hamburger saya usaha yang besar, berkembang pesat dan punya franchise dimana-mana. Usaha hamburger saya usaha keluarga yang bahkan orangtua saya gamau anaknya ada yang colek-colek resep mereka hahha," Risko tertawa. Satu hal yang Valerie dapat dari Risko adalah, di luar pekerjaan, Risko orang yang sangat suka tertawa. 

“Orang tua kamu keren. Saya mau banget usaha makanan dari dulu tapi ga bisa-bisa. Mungkin karna masih kerja kali ya. Ajak saya dong ke usaha keluarga kamu,” pinta Valerie.

“Boleh, kapan-kapan kamu saya ajak yaa ke warung hamburger punya orangtua saya,” janji Risko.

“Kalo kamu emang niat mau usaha yang beneran, kamu harus berani buat keluar dari zona nyaman kamu di kantor Val,” nada bicara Risko semakin lama sudah semakin santai. Sudah seperti bicara dengan teman dan bukan partner bisnis lagi.

“Itu yang belom saya bisa. Saya ngerasa kayak saya ga akan bisa kayak sekarang pemasukannya kalo saya mulai usaha. Dari nol lagi kan. Saya masih terlalu takut untuk mulai percaya sama mimpi saya sendiri,” kata Valerie. Mukanya sedih. Risko menemukan betapa Valerie ini begitu menyukai dunia kuliner.

Terlihat dari hidangan yang ia hidangkan hari ini, bukan perkara mudah menyiapkan semuanya sendiri. Mulai dari hidangan pembuka, hidangan inti dan hidangan penutup yang belum keluar. Dan hidangan yang dihidangkan Valerie juga rasanya bukan rasa yang standar. 

Mengetahui posisi Valerie di kantor yang lumayan tinggi, pasti membuat Valerie tidak memiliki banyak waktu untuk belajar memasak. Jika bukan karna passion, Risko yakin masakan Valerie tidak akan seenak itu.

“Kamu belajar masak udah lama?” tanya Risko. Senyum Valerie melebar. Akhirnya ada yang sedikit tertarik dengan hobi masaknya, biasanya laki-laki yang dekat dengannya, obrolannya tidak jauh-jauh dari bisnis dan posisinya Valerie di perusahaan.

“Aku suka banget masak dari dulu,” Valerie merubah posisi duduknya. Ia yang tadinya duduk bersebelahan dengan Risko dan hanya menoleh untuk menjawab, kini duduk berhadapan dengan Risko. Valerie yang selalu exited jika mengenai masakan.

Valerie memulai kisahnya tentang kecintaannya terhadap dunia kuliner.

Flasback on..

Valerie kecil adalah seorang anak yang bahagia, hampir setiap hari setiap pulang sekolah, mamanya mengajak Valerie untuk pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan untuk di masak sore hari untuk makan sekeluarga.

“Mah, aku mau itu dong,” Valerie menunjuk sebuah jajanan, waktu itu adalah martabak telur.

“Valerie mau itu? Oke nanti Mama buatin ya..” ujar Mamanya.

“Oke Mah,” jawab Valerie. 

“Kalo gitu, kita belanja bahan untuk makanan yang tadi Valerie mau. Yuk.”

Mamanya memperkenalkan Valerie bahan-bahan makanan untuk membuat martabak telur tersebut.

“Nih Val, kalo kamu mau buat martabak telur kayak abang-abang tadi, kita butuh telur, terigu, gaam, sedikit gula, kaldu ayam, sama daun bawang.” Mama Valerie menjelaskan dengan sangat sabar. Valerie mengangguk-anggukan kepalanya. Ia menyimak dan memasukkan semua ilmu yang sedang diajarkan oleh Mamanya, ilmu yang tidak ia dapatkan di sekolah.

Sampai di rumah, Mama Valerie membiarkan Valerie yang membuat apa yang ia mau, dengan tetap pengawasan Mamanya. 

“Nih, telurnya 2 buah kamu pecahin kayak gini, inget jangan sampe ada kulit telur yang masuk ya. Trus kamu masukin terigu, kamu aduk agak kenceng sampe terigunya bener-bener larut ke dalam telurnya,” ujar Mamanya. 

Valerie mempraktekan apa yang Mamanya ucapkan. Selagi Valerie sibuk dengan telur dan terigunya, Mama Valerie melanjutkan masak untuk mereka agar nanti malam ketika Ayah Valerie pulang, masakan sudah matang.

“Duh capek Mah ngaduknya,” ujar Valerie. Mama Valerie tersenyum.

“Kalo capek istirahatin dulu tangannya, nanti kalo udah ga capek, baru aduk lagi ya. Anak Mama pinter, anak Mama kuat.”

Semangat Valerie membungkah kembali. Ia kembali mengaduk dengan penuh semangat telur yang sudah dicampur dengan tepung terigu tersebut. Sampai akhirnya...

“Mahhh liat, udah larut kan segini?” tanya Valerie antusias.

“Wah, iyaa udah. Bagus anak mamah pinter. Sekarang masukin garam sedikit, kaldu ayam bubuk, gula sedikit,” Valerie mengikuti arahan dari Mamanya.

“Coba Mama cobain,” Mamanya memasukkan jari kelingkingnya ke dalam adonan yang Valerie buat.

“Mah kan itu mentah,” kata Valerie.

“Nanti lama-lama kamu juga ngerti kalo setiap masakan itu harus dicobain walaupun dalam keadaan mentah, kan ga banyak, biar kita yakin rasanya baru di goreng,” jelas Mamanya.

“Emmm ini enak,” ujar Mamanya sumringah.

“Serius Mah?” tanya Valerie.

“Seriusss. Kamu mau coba?” tanya Mamanya. Valerie mengikuti Mamanya, mencelupkan jari kelingkingnya ke dalam adonan dan menjilatnya.

“Weeee, gaenak Mamaaah,” Val berteriak.

“Hahaha kamu belum terbiasa. Nanti kalo udah mateng pasti enak kok. Yaudah sana kamu mandi, selebihnya biar Mama yang goreng ya, kamu jangan goreng masih terlalu bahaya,” kata Mamanya.

“Okee Mah.”

Ketika Ayah mereka pulang, dan Valerie sudah mandi, mereka hendak makan malam bersama. Mama Valerie ikut menyajikan martabak telur yang Valerie buat di samping makanan yang Mamanya masak.

“Ayah, ini Valerie yang buat loh,” kata Mamanya.

“Serius? Wah anak Ayah pinter. Ayah cobain ya,” kata Ayahnya. Valerie mengangguk antusias. Sebelum ia mencoba, ia ingin melihat reaksi Ayahnya terlebih dahulu.

Ayah Valerie memasukkan potongan martabak telur ke dalam mulutnya, merasakan gurihnya, rasa telurnya, dan lembut dari campuran dengan trigunya. 

“Ini enak banget,” kata Ayahnya dengan mata yang berbinar.

“Wahhhhh, makasih Ayah,” kata Valerie.

“Kamu pasti nanti akan pinter masak Nak,” kata Ayahnya. Valerie tersenyum lebar. Ia mengaminkannya.

Valerie lanjut, ia juga ingin mencoba martabaknya. Dan ternyata ucapan Ayahnya benar, martabak telur ini enak sekali.  Valerie, Mama dan Ayahnya makan dengan sangat suka cita.

Sejak saat itu, Valerie seringkali membantu Mamanya memasak. Valerie yang saat itu baru kelas 1 sd masih belum memahami konsep membuat dan membeli. Kebiasaan itu berlanjut. Setiap Valerie meminta sesuatu, pasti Mamanya akan bilang untuk memasakannya dan memang benar.

Valerie tetap ikut andil dalam setiap makanan yang ia mau. Valerie pasti membantu membuatkan. Dari situ timbul kecintaan Valerie dalam dunia  kuliner. Beranjak SMP, Valerie bahkan sudah bisa ditinggal sendiri untuk memasak atau menyalahkan kompor.

Bahkan kadang, Valerie hanya melihat di Youtube atau internet lain dan mempraktekannya sendiri. Orang rumah suka sekali jika Valerie sudah masak dan menyuruh mereka untuk mencicipi kue atau masakan buatan Valerie.

Flasback Off.

“Kalo kayak gitu kenapa kamu ga ambil sekolah masak yang lebih serius?” tanya Risko. Kini mereka benar-benar sudah rileks. Bahkan risko sudah duduk menyender juga di sofa.

“Karna waktu saya SMA, saya ga PD untuk ngambil jurusan pastry atau tata boga, jadi saya tetep ambil SMA dan IPS. Yaudah pas kuliah ambil bisni, jadi keterusan. Lagian kalo masak jadi pekerjaan dan jadi pelajaran, saya takut kecintaan saya sama dunia kuliner justru jadi beban. Kan kalo kayak gini, masak selalu bisa jadi pelarian saya kalo stress ehehe,” ujar Valerie. 

“Jadi kamu ga pernah makan di luar dong?” tanya Risko.

“Sering kalo sekarang sih, karna kadang ga sempet juga masak. Kayak yang kamu lihat, saya tinggal sendiri di sini, semuanya sendiri, jadi kadang ga sempet masak.”

“Nah itu juga mau saya tanya, kenapa kamu tinggal sendiri? Kenapa kamu ga punya asisten rumah tangga?” tanya Risko.

“Saya lebih suka semuanya saya yang ngerjain, saya yang nyentuh daripada saya harus ngandelin orang lain, iya kalo bener, kalo ga bener, kan buang-buang energi saya lagi.” 

“You really have trust issues.” desis Risko. 

Related chapters

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 7 : Kenyataan Pahit

    Valerie mengulat. Senin pagi. Saatnya ia bekerja kembali. Valerie melihat ke arah jam di kamarnya, baru pukul 2. Ia masih memiliki banyak waktu.Semalam, Valerie tertidur terlalu cepat, sekitar pukul 7, jadilah ia bangun terlalu dini. Valerie menguncir rambutnya, membawa hpnya bersamanya dan keluar dari kamarnya.Valerie meletakkan hpnya di atas meja, mengambil gelas yang berukuran sedang. Membuka toples kopi, menuangkan kopi 3 sendok dan gula pasir 1 sendok. Menyeduhnya dengan air panas sedikit, dan sisanya di masukkannya es batu.Es kopi kesukaan Valerie sudah siap dinikmati. Ia tidak peduli pagi, siang, sore atau malam, es kopi tetaplah juaranya. Valerie duduk di meja makan, menikmati kopi sambil membuka hpnya. Ada 1 pesan dari Risko yang belum ia buka semalam.-Oke goodnight Valerie. Have a very best dream-Valerie tersenyum membaca pesan dari Risko.Hari Sabtu, mereka mengobrol sampai sore sekali, sampai Valerie hampir lupa mengeluarkan

    Last Updated : 2024-02-29
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 8 : Valerie mendapat pandangan lagi

    Valerie berangkat ke kantor, berharap pikirannya akan teralihkan dengan setumpuk pekerjaan yang menumpuk. Valerie melewati kumpulan ibu-ibu yang masih berbelanja di tukang sayur, mereka terdiam melihat mobil Valerie lewat. Tersenyum padanya.Munafik, pikir Valerie.Setelah mobil Valerie lewat, mereka kembali melanjutkan menggunjing.“Tuh bener kan, pagi banget berangkatnya. Karyawan apaan berangkat jam segini coba, emangnya OB,” ucap salah satu ibu-ibu.“Ya mungkin kantornya jauh Bu, jadi berangkat pagi-pagi,” kata Si Tukang Sayur.“Ah si Mamang emang ga bisa nih kalo dibilangin. Ya bu yaa,” Ibu-ibu yang lain mengangguk mengiyakan.Valerie melihatnya dari kaca spion mobilnya, ia kembali kesal. Ia kesal karna beberapa fakta menyakitkan yang selama ini ia hindari.Pertama, fakta bahwa dirinya belum menikah bahkan takut untuk menikah atau sekedar memiliki komitmen. Kedua, fakta bahwa orang-orang mengira dirinya memiliki banyak uang karna bekerja yang bukan-bukan, padahal untuk mencapai p

    Last Updated : 2024-03-02
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 9 : Valerie atasan yang tegas

    “Ah selesai juga. Cepet kan kalo saya bantuin, coba tadi kamu sendirian pasti jam segini belum selesai cuci piringnya,” kata Valerie.“Bu, saya minta maaf ya sama sekali saya ga ada maksud buat nyuruh Bu Valerie bantuin saya cuci piring. Tangan Ibu jadi kotor pasti,” ucap Daus dengan nada panik.“Kamu kenapa?” Valerie yang bingung kenapa Daus sepanik itu.“Saya takut dipecat Bu, karna Bu Valerrie udah bantuin saya cuci piring,” ujar Daus.“Hahaha ga bakalan. Udah ah, saya mau masuk dulu ya. Mau ganti baju. Masa saya kerja pake kaos begini,” Valerie memang masih menggunakan kaos dan celana jeans. Ia membawa baju kerjanya, sengaja ia belum berganti pakaian agar ketika kerja, bajunya tidak lecek.Valerie masuk ke ruangannya, mengeluarkan dari tasnya baju kerja yang akan ia pakai. Hari ini ia akan memakai blouse berwarna pink dan celana hitam panjang. Hari ini tidak ada pertemuan dengan klie

    Last Updated : 2024-03-03
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 10 : Emosi Valerie meningkat

    “Ehm..”Valerie berdeham. Ia, Intan dan ketiga staffnya sudah duduk di ruang meeting. Suasana tegang menyelimuti mereka. Valerie yang memimpin meeting duduk di paling pojok, dimana semua peserta meeting dapat melihatnya secara langsung.Disa, Dewi dan Kumala hanya bisa menunduk, sama sekali tidak berani memandang Valerie. Aura Lady Boss yang keluar dari diri Valerie benar-benar kuat. Intan saja yang sahabatnya, tidak berani sama sekali menegur Valerie jika auranya sudah seperti ini.“Tadinya hari ini saya ingin meeting membahas kinerja dan pencapaian kita bulan lalu, namun saya urungkan karna ternyata ada hal yang lebih penting..” Suara Valerie menggantung di udara. Intan mengernyitkan dahi. Tidak biasanya Valerie mengesampingkan masalah kinerja, ia adalah orang paling strick dan tepat waktu yang ia tahu. Jika ada yang digeser atau dibatalkan, berarti hal ini benar-benar penting.“Barangkali ada yang belum tahu mengapa pembahasan kinerja saya geser, saya akan menceritakan sebuah kis

    Last Updated : 2024-03-11
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 11 : Pendamai Amarah Valerie

    Selama menunggu Intan di mobil, Valeri membuka-buka pesan whatsapp. Ia melihat siapa saja klien-klien besar yang harus ia temui. Namun ia terdiam dan ingat bahwa ia tidak memakai pakaian yang cukup formal untuk bertemu klien besar.Ia kembali mengingat kira-kira klien yang bisa didatangi hanya dengan menggunakan pakaian semi formal. Ah Risko.Valerie membuka kontak Risko. Menekan tombol panggil. Diangkat pada panggilan kedua. Ini berarti Risko sedang tidak terlalu sibuk.“Yes Val,” jawab Risko.“Kalo saya ke kantor kamu sekarang untuk review hasil kerjasama kita selama sebulan, gimana?” tanpa basa-basi, Valerie langsung bertanya pada Risko.“Oh iya boleh, kebetulan saya lagi di kantor. Kamu udah tau kantor saya?” tanya Risko.“Belum tau, boleh tolong do share location?” tanya Valerie.“Oke habis ini saya shareloc” jawab Risko.“Oke,” ujar Valerie. Ia

    Last Updated : 2024-03-12
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 12 : Risko si Pemberi Kejutan

    Valerie berjalan bersama Risko ke parkiran mobil. Ia sudah memberikan kunci mobilnya kepada Intan. Intan sudah duluan pergi ke kantor, habis dari sini, ia yakin ia akan diberondong beribu pertanyaan oleh Intan. Biarlah. Kali ini, ia yakin bersama Risko bisa memulihkan moodnya hari ini.Risko sudah duduk di belakang kemudi, kali ini ia sengaja tidak memakai supir, ia ingin menemani Valerie. Ia yakin Valerie hari ini ke kantornya bukan untuk membahas dan mereview kerjasama mereka. Ia yakin suasana hati Valerie sedang tidak baik namun ia mencoba profesional.“Jangan lupa pake seatbelt ya, karna perjalanan kita agak jauh,” ujar Risko.“Emang kita mau kemana?” tanya Valerie.“Makan siang,” jawab Risko enteng.“Ya ampun cuma makan siang aja jangan jauh-jauh. Waktu makan siang itu Cuma 1 jam,” kata Valerie.“Saya yakin kok anak buah kamu akan lebih seneng kalo bosnya makan siang sedikit le

    Last Updated : 2024-03-13
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 13 : Cerita Keluarga Risko

    Dan Bu Rika mulai bercerita..Keluarga Risko bukanlah keluarga kaya raya. Dengan seorang ibu rumah tangga dan ayah seorang karyawan swasta, kehidupan mereka cukup. Risko dan kakaknya sekolah di sekolah negri biasa, dengan prestasi biasa, tidak terlalu pintar tapi juga tidak terlalu bodoh.Semua berjalan normal dan baik-baik saja, sampai akhirnya kerusuhan tahun 98 merenggut semua yang keluarga Risko punya. Ayah Risko kehilangan pekerjaan. Saat itu kakak Risko baru lulus SMP dan Risko masih kelas 5 SD.Kakak Risko, Kak Roni sampai harus menunda masuk ke SMA karna waktu itu keadaan keuangan keluarga Risko yang tidak memungkinkan. Risko masih melanjutkan sekolah di SD kelas 5. Ayah Risko dan Bu Rika berfikir keras bagaimana menyambung hidup dan melanjutkan sekolah anak-anak mereka.Karna jika Roni masuk ke SMA tahun depan, itu akan berbarengan dengan Risko yang masuk SMP, biaya akan semakin besar.“Sayang, kita harus gimana?” Tanya B

    Last Updated : 2024-03-14
  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 14 : Usaha Keluarga Risko

    “Risko, jangan bilang ini.. Kedai burger keluarga kamu?!” Valerie hampir histeris.“Kamu pintar,” jawab Risko singkat“I swear to God Risko. Aku suka banget burger KS ini ya ampun. Terimakasih semesta, kamu baik sekali. Mempertemukan aku dengan owner dari kedai burger kesukaanku.”“Valerie, kamu ga keliatan kayak seorang manager yang galak kalo lagi kayak gini,” kata Risko.“Hahahaha, aku bukan manager marketing kalo lagi ketemu masakan.”“Kamu bahkan belum duduk Val,” kata Risko.Valerie menyadari ia masih berdiri sejak pertama kali masuk ke ruangan ini.“Ini ruangan khusus buat kalo ada keluarga yang dateng kesini,” ujar Risko seperti membaca pikiran Valerie.Terdapat tulisan KS burger di dindingnya. Dibuat dengan sangat elegan.“Kartomulyo Selaras...” Valerie bergumam lirih.“Kamu pintar

    Last Updated : 2024-03-15

Latest chapter

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 115 Valerie Sakit

    “Jadi gini Bu Valerie..”Faris mendengarkan di depan pintu dengan Valerie yang ada di tempat tidur.“Ibu pernah punya histori radang tenggorokan ya?” tanya Dokter Ali.“Iya dok,” jawab Valerie.“Nah radang tenggorokannya itu kumat bu, jadi demam, enggak enak badan. Lidah juga pahit. Ini enggak apa-apa kok. Cuma butuh istirahat aja, makan juga jangan sembarangan dulu ya bu. Trus banyakin minum air putih.”Valerie mengangguk-angguk. Sudah bukan hal baru dirinya terkena radang tenggorokan. Biasanya jika ia banyak pikiran, atau tubuhnya sedang lelah, radangnya bisa memerah dan membuatnya tidak enak badan.Namun kali ini, sakitnya luar biasa. Mungkin karena ia benar-benar tidak memperhatikan makanan atau minuman apa yang ia konsumsi belakangan, ditambah lagi dengan aktifitasnya yang tidak ada behentinya.“Ini saya buat resep untuk radang tenggorokannya ya, nanti bisa ditebus di apotik. Kalo 3 hari be

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 114 Valerie Sakit

    Pukul 4 pagi, Valerie dan Faris baru sampai di rumah. Tubuh mereka sudah lelah dan mengantuk.“Kamu apa aku yang mandi duluan?” tanya Valerie.“Kamu aja dulu, abis itu baru aku,” jawab Faris.Setelah Valerie dan Faris mandi, keduanya langsung tertidur. Namun, kali ini Valerie merasa dingin yang dirasakan berbeda dari dingin yang biasanya.“Pasti gara-gara mandi abis begadang nih,” pikirnya.Valerie merapatkan selimutnya dan menaikkan suhu AC nya agar tidak terlalu dingin. Tapi ternyata tidak membantu sama sekali, tubuhnya menggigil saking dinginnya. Faris yang merasakan ada getar disampingnya, membuka mata dan melihat Valerie dalam keadaan menggigil.“Val, kamu kenapa? Dingin ya?” tanya Faris. Valerie mengangguk.Faris buru-buru menuju lemari, ia mengambil 2 pasang kaus kaki dan memakaikannya di kaki Valerie bersamaan. Ia mematikan AC, dan menyalahkan Air cooler. Tidak sedingin AC, namun tetap m

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 113 Late Night Ramen

    “Enggak apa-apa. Aku selalu kabarin ibuku kok kalo belom pulang,” jawab Anita.“Oh ya?”“Iya, aku lagi sama siapa, aku lagi dimana, ngapain, aku pasti kabarin ibuku. Sebenernya dia enggak minta, tapi emang aku yang selalu ngabarin biar enggak kuatir,” jelas Anita.“Oke kalo gitu.”Risko menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya. Ia memejamkan mata, tanpa sadar ia sudah terlelap tidur. Tidak berbeda dengan Anita, setelah memastikan semua pintu terkunci dan AC tetap menyala, Anita jatuh tertidur.Tapi tidak lama kemudian, Anita bangun, ia tidak bisa tertidr jika kondisi mobil tidak berjalan. Lagi pula, tidak baik untuk pernafasan. Buru-buru Anita membuka semua jendela dalam mobil Risko.Angin malam langsung berebut masuk. Malam ini tidak terlalu dingin sebenarnya, tidak seperti malam-malam kemarin. Tapi sudah cukup membuat Anita mengencangkan jaketnya.Anita melihat ke layar, sudah nomor

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 112 Cerita Kepada Faris dan Valerie

    Valerie yang tadinya sedang serius mengerjakan laporan langsung bangkit dari duduknya.“Serius??” tanya Valerie sambil menghampiri Anita.“Iya Val. Dia bilang mau jadi suamiku tadi,” jawab Anita.“And you said yes?” tanya Valerie, dia benar-benar exited mendengar kabar ini.“Iya Val,” jawab Anita malu-malu.“Wahhhhhh keren banget kalian berduaaa, jadi kapan nih?” tanya Valerie. Ia menarik tangan Anita untuk duduk di sofa bersama dirinya dan Faris.“Masih lama kok. Aku mau kenal Risko dan keluarganya lebih dalam lagi, juga mau kenal sama temen-temannya Risko dulu. Soalnya kan kita kenalnya baru, jadi enggak langsung cepet juga. Minimal 3 bulan aku minta waktu, ya Ris?” tanya Anita kepada Risko.“Iyaa, aku juga mau kenal dulu sama keluarga dan temen-temennya dia. Abis itu kita diskusi lagi, baru deh tentuin tanggal,” jawab Risko. Ia duduk di kursi yang tadi Vale

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 111 She Said Yes

    Anita terdiam. Ia tidak menyangka Risko secepat itu melamar dirinya.“Anita?” tanya Risko.“Eh eh maaf Risko. Aku kaget, enggak nyangka kamu secepat itu ngelamar aku,” ujar Anita.“Iya makanya. Aku juga mikir kamu pasti ngerasa ini cepet banget. Tapi aku udah ngerasa cocok sama kamu. Aku mau hidup aku sama kamu.”Anita menatap Risko, mencari kebohongan dalam mata Risko, tapi ia tidak melihatnya sama sekali. Risko terlihat tulus, ia tidak terlihat bohong sama sekali.“Risko, kamu yakin? Kita belum lama kenal loh..” ujar Anita.“Aku yakin. Aku bisa kenal kamu nanti setelah nikah. Enggak apa-apa kok. Aku beneran yakin mau nikah sama kamu, kamu adalah calon istri yang aku rasa terbaik buatku, buat Papaku, buat keluargaku.”Anita tersentak.“Aku bahkan belom sempet kenal sama keluarga kamu, kalo mereka enggak suka sama aku gimana?” tanya Anita.“Eng

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 110 Risko Propose Anita

    Anita dan Risko sudah duduk di dalam rumah makan. Mereka duduk berhadapan dengan pemandangan langit yang cerah. Dengan lampu-lampu kecil cantik menghiasi interior rumah makan tersebut yang makin terlihat ketika sudah gelap.Angin malam menerbangkan rambut Anita yang dikuncir hanya setengah.“Dingin ya?” tanya Risko.“Lebih tepatnya adem, bukan dingin. Yang waktu di Villa nya Faris aja aku kuat kan,” ujar Anita.“Oh iya bener.”“Kamu tau tempat ini darimana sih? Bagus banget tau,” ujar Anita.“Dulu pernah makan di sini sama temen kantor rame-rame. Kita dari luar kota trus mampir kesini eh ternyata bagus banget.”Obrolan mereka terselak oleh pelayan yang mengantarkan makanan untuk Risko dan Anita. 2 piring nasi dengan ayam goreng dan sambal juga lalapan tersaji di depan mereka. 2 gelas jus buah naga pun tidak luput dari pesanan.“Makasih Mas,” ujar Anita.“Sama-sa

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 109 Risko Kasmaran

    Hari-hari selanjutnya dijalani Valerie dan Faris dengan masih bekerja di KS burger. Selama satu minggu Faris bekerja di sana sebagai pelayan banyak sekali pelajaran yang bisa ia ambil. Faris mengerti kenapa Risko bisa sebijaksana itu.Faris juga belajar untuk selalu menempatkan kepentingan orang lain diatas kepanetingannya sendiri, bagaimana ia harus menghargai orang lain, dan sama sekali tidak merasa diatas yang lainnya.Faris menilai, ilmu-ilmu seperti ini benar-benar mahal untuk dipelajari. Ia bisa menerapkannya di dunia kerja setelah ia masuk kerja nanti.“Val, hari ini aku izin lagi yaa. Mumpung masih ada Faris, jadi kamu enggak sendirian. Sabtu Minggu aku di sini kok,” ujar Risko.“Kamu belakangan izin mulu deh perasaan,” selidik Valerie.“Pacaran dia tuhhh,” Faris langsung menyerbu Risko begitu masuk ke dalam ruangan.“Seriusss Risko? Wahhh kenalin kaliiiiii pacarnyaaa,” ujar Valer

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 108 Pelajaran Berharga

    “Weiiii yang abis cari pacar, udah dapet?” tanya Faris begitu melihat Risko sampai di toko.“Hahhaa, enggak ada yang buang,” ujar Risko.“Seneng banget roman-romannya,” goda Faris.“Hahahha iya, lumayan lah. Gimana toko hari ini?” tanya Risko.“Aman, tenang aja. Setidaknya enggak ada ibu-ibu yang godain gue hari ini,” Faris sedang mengelap-ngelap meja. Ia benar-benar menikmati perannya dari hari ke hari bekerja di sini. Sepertinya Faris mulai berfikir ingin pindah Haluan menjadi pengusaha kuliner daripada kantoran.“Hahahah, bisa aja lo. Gue liat-liat makin jago aja ngelap mejanya. Udah deh Ris, gue ngeri lo kegirangan kerja ginian, inget lo CEO.”“Ternyata enak ya Ko kerja kayak gini,” Faris duduk di atas sebuah meja yang baru saja ia bersihkan. Apron seragam dari KS burger terlihat begitu pas di tubuh Faris.“Enaknya?” tanya Risko. Ia ikut duduk di seb

  • Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen   Bab 107 Berserah Pada Takdir

    Anita masih tersenyum lebar selesai dari menonton film yang berjudul Notebook.“Bagus filmnyaaaa,” ujar Anita.“Bagus filmnya apa suka endingnya?” tebak Risko.“Hahaha bener. Aku selalu jatuh cinta sama film yang happy ending.”“Typical perempuan sih. Rata-rata perempuan tuh suka banget film yang happy ending. Kayak enggak suka gitu tokoh utamanya tersakiti.”“Hahhaha iya bener tau.”“Makan dulu yuk,” ajak Risko.“Boleh.”Anita dan Risko memilih makan ayam goreng cepat saji yang ada di mall itu. Anita dan Risko memesan paket nasi dengan ayam super besar.“Kamu enggak mau pesen burger atau kentang?” tanya Anita.“Nope. Di toko banyak dan enak, ngapain aku pesen di sini,” ujar Risko.“Yeee bisa aja. Iya juga ya. Trus kenapa kita enggak makan di toko kamu aja sih,” ujar Anita.“Lah iya juga hahaha

DMCA.com Protection Status