Share

PENGUMUMAN

Siang itu, setelah jam istirahat, seluruh siswa diminta untuk berkumpul di lapangan upacara secara mendadak. Ada pak muh, kak wito, kak febri, dan beberapa orang kakak kelas lainnya yang juga sudah berdiri tegak di hadapan seluruh siswa untuk memberi pengumuman.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang semuanya" pak muh membuka percakapan disusul jawaban salam oleh seluruh siswa yang hadir dilapangan.

"Baik anak-anakku sekalian, terima kasih sudah mau berkumpul di lapangan siang hari ini" lanjutnya lagi,

"Panas pak!" Teriak seorang siswa disampingku, kak hendrik, dia siswa kelas XI. Sontak siswa lain ikut riuh mengeluh menyusul teriakan kak hendrik.

"Iya bapak paham, makanya untuk mempersingkat waktu, di mohon tenang ya semuanya! Disini bukan bapak yang mau menyampaikan pengumuman, tapi perwakilan dari teman-teman kalian semua. Silahkan wito, atau febri yang akan menyampaikan?" Pak muh bergerak mundur dan mempersilahkan siswanya untuk maju memberi pengumuman yang membuat gaduh di bawah terik matahari ini.

"Terima kasih sebelumnya pak muh sudah mengijinkan kami untuk memberi pengumuman pada teman-teman kami" Kak wito membuka ucapan.

"Buruan woy panas!" Teriak kak hendrik lagi, gak sabar.

"Panas ya? Kasian deh kalian!" Canda kak febri, mengundang teriakan, terutama dari kaum cewek-cewek yang menggilai ketampanannya. Sedangkan aku tetap fokus pada kak wito yang tersenyum lepas mendengar teman disebelahnya itu diteriaki habis-habisan.

"Ok teman-teman, singkat saja pengumumannya. Besok mulai tanggal 14 agustus sampai tanggal 15 agustus, di sekolahan ini akan mengadakan kegiatan ambalan ya" Kak wito memberi informasi.

"Huuuh" para siswa serentak berteriak.

Ambalan adalah salah satu kegiatan pramuka yang rutin diadakan di sekolah ini setiap setahun sekali. Kegiatan ambalan biasanya berlangsung 2 hari 2 malam berturut-turut dengan menginap dan membangun tenda ditempat yang sudah ditentukan seperti acara pramuka lain pada umumnya. Kegiatan ini diadakan untuk memperingati hari pramuka, juga untuk mempererat keakraban antar siswa. Adapun beberapa kegiatan yang akan diselenggarakan selama masa ambalan, yaitu seperti mengenal lebih dalam ilmu pramuka, olahraga pagi, jelajah alam, jerit malam, dan biasanya kegiatan ditutup dengan acara api unggun dimalam terakhir menginap.

"Kegiatan ini gak wajib ya! Tapi wajib perwakilan beberapa siswa dari setiap kelas dan panitia sudah mempersiapkan nama-nama siswa yang wajib ikut. Jadi yang nanti disebutkan namanya wajib ikut disertakan dengan persetujuan dari orang tua" Sambung kak wito.

"Kalau namanya gak disebut, tapi mau ikut gimana kak?" Tanya salah seorang siswa

"Boleh, silahkan saja, tapi tetap harus disertakan dengan bukti persetujuan dari orangtua ya!" Jawab kak wito.

"Orang tua saya udah meninggalkan, minta ijin siapa dong?" Canda kak hendrik, pura-pura gak paham padahal dia pasti sudah pernah ikut ambalan sebelumnya.

"Ah elah, make nanya loe, ndrik!" Kak febri menyahuti sewot. Kesabarannya memang setipis tisu.

"Jangan galak-galak dong kak febri, nanti cewek-ceweknya pada kabur loh!" Kak hendrik lagi-lagi memicu keriuhan.

"Ok mohon tenang semuanya!" Kak wito meredam keriuhan "Karna disini panas, jadi untuk nama-nama siswa yang wajib ikut nanti ketua kelas masing-masing yang menyampaikan ya. Cukup sekian dari kami, terima kasih. Wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kak wito menutup pidatonya dengan apik.

***

"Kalau kepilih loe mau ikut gak dinda?" Tanya manda padaku,

"Pasti ikut sih daripada jenuh dirumah" Tentunya, agar aku dapat refresh otak sejenak bermalam ditempat yang berbeda. "Kalau loe gimana manda?"

"Kalau loe ikut, gue juga ikut deh!" Jawab amanda senang.

Brug!!

Seseorang tiba-tiba menabrakku dengan kencang, hingga tubuhku hampir tersungkur.

"Eh loe kalau jalan minggir dong!" Cerca seseorang yang baru saja menabrakku.

Aku mendelik tak percaya. Bukannya minta maaf sudah menabrakku, ia malah balik menyalahkanku. "Loe gak punya mata? Ngapain nabrak gue?" Balasku gak terima.

"Dinda udah yok, kita balik ke kelas aja!" Amanda menahan tubuhku yang bersiap menantang orang tersebut. Sepertinya dia kakak kelas, tapi entah kelas XI atau kelas XII

"Sini loe!" Seseorang yang lain menarik tanganku.

Mereka membawaku menuju toilet. Membanting tubuhku ke dinding disamping kaca toilet wanita. Lalu, mengepungku secara bergerombol.

Mereka terdiri dari 5 orang, 2 orang diantaranya memiliki tubuh yang lebih pendek dariku, sementara 3 lainnya menjulang lebih tinggi dariku. Mereka memasang wajah-wajah sinis dan jijik melihatku.

"Eh loe anak pindahan, ngapain loe goda-godain kak wito?" Tanya salah seorang dari mereka.

Oh rupanya karena kak wito? Dan mereka salah paham.

"Saya gak godain kak wito kak!" Jawabku cepat.

"Klo loe gak godain dia, ngapain dia nungguin loe di uks sama kak febri pula?" Tanya seorang lagi "Dih emang loe siapa?" Lanjutnya sinis.

Aku menghela nafas,

Justru itu, aku juga gak tahu!

"Jangan mentang-mentang karna loe pindahan dari jakarta, loe bisa seenaknya ya ngerebut pacar orang"

Pacar???

Aku terhentak kaget mengetahui bahwa ternyata kak wito sudah memiliki kekasih dan dia termasuk salah satu dari 5 orang yang sedang membully-ku sekarang. Yang mana orangnya? Seperti apa orang yang beruntung dapatkan hati kak wito itu?

Menyadari reaksi gak biasaku, salah satu orang yang lebih pendek dariku maju lebih mendekat padaku. "Loe gak bisa rebut pacar gue gitu aja, njing!" Umpatnya, memberi penekanan diakhir kata.

"Gue gak tau kalo kak wito udah punya pacar, dan kalo emang dia punya pacar ngapain dia gendong gue ke uks kemarin. Apa itu artinya dia gak mengakui pacarnya?"

Plakk!!!

"Jaga ucapan loe!" Bentaknya setelah menamparku.

Aku tersenyum sinis, "Kita liat aja kak, siapa orang yang lebih berarti untuk kak wito. Kakak atau gue?" Tantangku.

"Maksud loe apa?" Temannya maju, mencengkram leherku.

Posisiku terjepit, belum lagi aku harus menahan sakit dari leherku akan cengkraman wanita bertubuh tinggi itu. Kemarin, aku padahal sudah berjanji sama tante dewi untuk gak berbuat onar, tapi mendapat perlakuan jahat mereka, aku gak bisa diam aja!

"Ada apa sih nih berisik banget? Loe pada gak mikir ya gangguin privasi gue lagi berak sampe tai gue gak jadi keluar gara-gara denger suara-suara fals kalian!" Kak hendrik tiba-tiba datang. "Eh itu ngapain main cekek-cekekan, lu mau bunuh orang mel?" Tanyanya setelah melihat tangannya masih berada dileherku.

"Lepas!" Aku menepis tangan itu dari leherku.

"Ah ganggu aja loe, ndrik!" Kesalnya, orang yang mengaku sebagai pacar kak wito itu kemudian menginstruksikan teman-temannya untuk bubar.

Aku terbatuk, memegangi leherku yang kesakitan.

Kak hendrik mendekatiku, menyandarkan satu lengannya ke dinding. "Apa imbalan buat gue setelah nolongin loe?" Tanyanya picik, menggodaku.

"Hendrik! Brengsek loe!" Kak wito mendorong tubuh hendrik hingga jatuh tersungkur.

"Dinda, kamu gak apa-apa?" Kak wito menatapku, tampak khawatir.

Aku mengangguk pelan, masih syok.

"Ayo!" Kak wito menggenggam tanganku, membawaku pergi menjauh dari toilet itu, meninggalkan hendrik yang masih tergeletak dilantai.

Kak wito datang disaat yang tepat, meskipun sedikit terlambat untuk mengetahui bahwa pacarnya baru saja melabrakku. Pacar?

Aku menepis tangan kak wito yang masih menggenggamku.

"Kenapa dinda?" Kak wito menoleh, menghentikan langkahnya.

"Aku gak mau ganggu pacar orang!" Jawabku ketus.

"Pacar?" Kak wito terdiam sejenak, nampak berfikir "Oh, pasti pay nemuin kamu ya?" Tanyanya.

Kue pay kek, kue bolu kek, siapapun lah itu. Aku gak peduli. Kenapa sih kak wito gak mau ngakuin pacarnya sampe-sampe aku harus berurusan sama cewe itu dan genknya.

"Dia bukan pacar saya. Dengar dinda!" Kak wito memegang kedua lenganku untuk meyakinkan "Kalau saya punya pacar gak mungkin saya tolongin kamu seperti itu kemarin! Bisa-bisa saya udah diputusin pacar saya sekarang, bukan malah dia datangin kamu. Kamu tahu kan maksud saya?"

Aku bergeming...

"Percaya sama saya ya!" Katanya berusaha meyakinkanku lagi, "Ayo!"

Kak wito kembali menggengam tanganku, menarik perhatian banyak pasang mata, termasuk sepasang mata yang baru saja menghentikan langkahnya, berdiri tak jauh dariku. Ia nampak sedikit kecewa melihat momen itu, namun aku mengabaikannya, melewatinya begitu saja dengan kak wito bersamaku yang begitu percaya diri dan gak ragu menunjukkannya pada semua orang menjadi salah satu bukti bahwa, kak wito benar-benar belum memiliki kekasih di sekolah ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status