"Prang.!! Awww..!! Nauma tersandung karena keadaan lantai yang licin.
"Astaga! Kamu tidak bisakah bekerja dengan baik?" pekik Melisa sambil berdecak mengibaskan tumpahan jus dipakainya yang seksi dengan tatapan menghujam hendak menerkam Nauma. "Maaf Mba,saya tidak sengaja!" Nauma berdiri dan hendak membantu membersihkan bekas jus yang menempal dibaju Melisa Akan tetapi Nauma malah didorong hampir saja dia akan terjatuh untuk yang kedua kalinya, Nauma hanya bisa menutup mata karena akan merasakan sakitnya pantat mendarat di lantai. "Loh kok ga sakit?" batinnya seraya membuka mata, bukan nya berdiri Nauma malah menatap laki- laki tampan yang menangkap badannya dengan tangan kekarnya, mata mereka saling menatap satu sama lain seakan kisah lama terulang lagi. "Saka.!" gumamnya yang tidak didengar siapapun,Melisasi gadis menor memekik memecahkan gendang telinga. "Heii...!!" dasar pelayan ga becus, udah kerja ga becus beraninya kamu menatap tunanganku ." sengitnya lagi menarik lengan Saka Nauma yang tersadar kemudian membetulkan posisi berdirinya dengan perasaan yang gugup, dengan menunduk kebawah. Saka berdiri tegap dia tidak melepaskan pandangan dari wajah Nauma. "Maaf Mba,ada apa ini?" tanya Owner caffe yang datang karena dapat laporan ada keributan dari karyawan nya. "Owh jadi kamu pemilik, caffe ini? beritahu pelayan kamu ini bekerja yang becus, lihat dia menumpahkan jus dibaju mahal saya," dengan lirikan mata yang sinis melihat Nauma. "Sudahlah, kamu tidak usah memperpanjang masalah ini," timpal Saka pria yang memiliki ketampanan diatas rata-rata , tangan nya dimasukkan kedalam saku celana dan dia terlihat semakin cool. "Kenapa, ini kan memang kesalahan nya kalau bisa pecat saja dia." sungut gadis menor dengan emosi menggebu, terlihat dari ekspresi wajahnya. "Mohon maaf Mba saya selaku owner di caffe ini meminta maaf atas kelalaian karyawan saya, untuk gantinya Mba tidak perlu membayar pesanan nya." walaupun dibentak owner tetap tenang dan meminta maaf. Nauma semakin gugup dan berkeringat dingin, dia menunduk kan kepala dan tangan meremas ujung bajunya, hatinya bertalu-talu melihat cincin yang melingkar dari jari manis Saka. "Tentu saja, ayo sayang." Melisa bergegas pergi mengambil tas dan menggandeng tangan Saka. Saka mengikuti langkah Melisa sebelum berlalu dia melirik Nauma dan mata mereka kembali bersitatap , Nauma seakan terhipnotis dia melihat lelaki tersebut sampai punggung lelaki tersebut hilang dari pandangan. "Nauma.. Nauma..!!" owner menepuk pelan lengan Nauma karena tidak direspon. "I ia Bu, mohon maaf atas kekacauan yang saya buat." Nauma baru sadar owner nya memanggil. "Ayo ikut ke ruangan saya dan kalian tolong bereskan semua ini," Nauma mengikuti langkah kaki owner memasuki ruangan kerjanya. "Apa ada yang sakit?" tanya owner caffe setelah mendaratkan pantatnya di soffa empuk yang berada dalam ruangan kerjanya, sedangkan Nauma masih setia berdiri. "Tidak Bu, tapi hati Saya yang sakit," jawabnya dan meneteskan air mata Owner tersebut merentangkan tangan nya dan Nauma berhamburan kedalam pelukannya dan tangisnya pun pecah. "Arumi, orang yang selama ini aku rindukan datang dengan tunangannya." isak Nauma dalam pelukan owner caffe yang bernama Arumi. "Cinta yang dibawa 5 tahun ini, telah dia berikan untuk perempuan lain." ujar Nauma sesenggukan tangisnya belum reda "Get up Besti, kamu cantik pengusaha dan penulis sukses jangan bersedih maju kedepan jika kamu mundur akan sakit." jawab Arumi memberi semangat kepada sahabatnya Nauma kembali memeluk erat Arumi, hanya Arumi yang mengerti bagaimana perasaan nya selama ini.mereka sahabat yang saling berjuang untuk membangun Aruna caffe. Akan tetapi, orang mengenal hanya Arumi owner dari Aruna caffe disini, karena Nauma tidak mau disibukkan dengan urusan caffe. Nauma lebih memilih menjadi seorang penulis platform karena itu hobi nya sejak kecil, dan sesekali membantu dicaffe jika karyawan tidak datang dia sendiri turun tangan melayani pembeli seperti hari ini. "Ayo kita jalan-jalan ke mall, kemudian nonton dibioskop ," setelah Nauma merasa tenang Arumi mengajaknya untuk refresh isi kepala yang penuh sampah. "Enggak mau, aku mau pulang aja ." Nauma menolak, ia menggelengkan kepalanya, matanya memerah karena menangis begitu lama. "Yakin nih, biasanya ga pernah nolak loh apalagi nonton film horor, aku rela deh kali ini kita nonton film horor." bujuk Arumi lagi dengan menganggukan kepala supaya Nauma setuju "Hmm bolehlah, tapi kita pulang dulu ya ganti baju." setelah dipikir-pikir sedikit lama akhirnya Nauma setuju untuk nonton film horor, film kesukaan nya. Kemacetan di Ibu kota sudah menjadi hal yang biasa , hiruk pikuk kendaraan yang saling berpacu sudah tidak asing lagi, karena sore hari adalah waktu untuk setiap orang akan pulang ke rumahnya setelah berkutat dari berbagai kegiatan masing-masing. Arumi sedang fokus mengemudi mobil membelah jalanan, dan Nauma asik mendengarkan musik di earphone nya tidak lupa ia selalu memegang note pad nya,apa yang di fikirkan nya akan tertulis menjadi sebuah cerita disana. "Brak..!" dentuman keras dari belakang mobil membuat mereka terhuyung kedepan beruntung mereka memakai setbelt dan tidak terjadi cedera parah. "AW sial..!" umpat Nauma memegangi kepalanya,Arumi yang sadar mobil mereka ditabrak segera turun menemui siapa pengemudi mobil. "Tok..tok..tok..!!" dengan geram Arumi mengetuk kaca mobil. Empunya mobil bukan nya keluar malah asik bertengkar didalam sana. "Maaf, saya tidak sengaja menabrak mobilnya saya akan bertanggung jawab dan mengganti rugi kerusakan nya,apa ada yang terluka?" cukup lama Arumi menunggu akhirnya pengemudi mobil keluar jika tidak sudah pasti Arumi pecahkan kaca mobil nya "Kamu..!!" teriak Arumi menekan suaranya, beruntung Nauma tidak turun jika tidak sahabatnya itu akan bersedih lagi. "Arumi..!" mata mereka saling bersitatap bukan karena ada rasa, kecuali tatapan kebencian dari Arumi untuknya."Kamu mengenalnya Mas, oh ia bukan kah kamu pemilik Aruna Caffe tadi?" tanya perempuan dalam mobil yang bersama Saka , wajahnya sangat berantakan dan rambutnya acak-acakan, entah apa yang mereka lakukan. "Jadi kita impas saja, tadi pelayan kamu membuat saya rugi atas kecerobohan nya." imbuhnya lagi, namun sekarang Arumi bukanlah orang saat dicaffe yang memiliki jiwa tenang, dengan tegas ia katakan untuk ganti rugi jika tidak dia akan laporkan ke pihak berwajib, dengan sedikit gertakan akhirnya Melisa terdiam."Kalau kalian mau bertengkar jangan dijalanan, kalian bisa membahayakan nyawa orang lain." tegasnya lagi menatap tajam kedua pasangan tersebut dan meminta kartu nama saka untuk dia hubungi nanti. Arumi tidak ingin berlama disana, ia takut nanti Nauma keluar dan melihat keberadaan Saka."Kok lama sekali sih Mi?" tanya Nauma saat Arumi masuk dan duduk dibalik kemudi mobilnya "Apa kamu baik - baik saja? tanya Arumi melihat dahi Nauma memerah. " Oh ini gapapa, cuma perih sedikit a
Karena tidak kunjung dihubungi oleh Arumi,Saka akhirnya memutuskan untuk datang ke Aruna Caffe, selain untuk bertanggung jawab atas kecelakaan yang dia buat tapi Saka juga ingin melihat kembali Nauma, Saka masih memendam rindu untuk nya, yang dia tinggal selama 5 tahun tampa pamit dan kabar berita. Sampainya di caffe saka mendapatkan telfon dari Melisa, tunangan hasil perjodohan paksa dari ayahnya."Kamu dimana Mas?" tanya nya tampa salam, Saka berdecak kesal dengan menyugar rambutnya kebelakang."Di caffe Aruna." jawab nya terlihat malas menjawab "Ngapain kamu kesana sepagi ini? jangan-jangan kamu mau menemui pelayan kemarin ya sampai kamu rela bertengkar dengan ku dimobil karena dia," cerocos melisa menyebalkan jika bukan karena paksaan Ayah aku tidak akan mau bertunangan dengan gadis manja sepertinya, umpat saka dalam hati."Saya mau bertanggung jawab atas kerusakan mobil Arumi." haruskah setiap urusan ku dia mengetahui nya menyebalkan gumam saka dalam hatinya. "Tunggu aku, aku
"Serapuh ini hatiku, 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk move on tetapi selama itu juga aku memupuk cintaku, suatu saat pasti akan mekar tapi sayang, cintaku overdosis." bathin Nauma "Tes.." tidak terasa air mata jatuh dipipi mulusnya dengan susah payah menata hati sekarang disirami asam lagi,mengetahui Saka sudah bertunangan dan melihat kemesraan nya membuat Nauma sakit menyaksikan nya."Jika saja kata pelakor bisa ku katakan untuk perempuan itu, tapi hubungan kami sudah lama tampa kepastian, rasanya tidak pantas aku menyimpan rasa untuk nya" Nauma berucap dalam hatinya"Drtt..drtt.." dering telfon membuyarkan angan Nauma, disana tertera nama Rendi, laki-laki yang selalu ditolak kehadirannya namun masih gigih mendekati Nauma."Jika tidak bisa menjadi cinta menjadi sahabat pun tak apa" kata Rendi saat ituNauma mengusap ganggang hijau di hp nya dengan menetralkan suara nya. "Hallo assalamualaikum Ren." "Waa'alaikumsalam, coba tebak aku lagi dimana?" cerocos setelah menjawab
Diluar Rendi telah datang menjemput Nauma untuk makan malam bersama keluarganya, penampilan nya selalu rapi dengan tubuh yang tegap, dia termasuk pria yang tampan, banyak wanita yang ingin menjadi kekasih nya, tapi dia tetap menyukai Nauma walaupun sudah ditolak berulang kali."Arumi, aku mau diner sama rendi dan keluarga nya, kamu aku tinggal gapapa kan, atau perlu aku telfon Dion untuk menemani?" sambil memoleskan lipstik di bibir ranumnya "Serius, sejak kapan?" Arumi kaget dan berdiri menghadap Nauma meminta penjelasan"Sorry,aku buru-buru Mi, Rendi Udah nungguin dibawah soalnya, aku tinggal ya bye." Nauma tersenyum simpul dan berlalu keluar tampa menjelaskan apapun. Arumi hanya bisa melongo dikiranya tadi Nauma hanya bercanda."Maaf ya Ren, jadi nungguin soalnya tadi aku ketiduran." setelah membuka pintu mobil dan duduk di samping Rendi, Rendi jadi pangling melihat penampilan Nauma walaupun Nauma selalu cantik di matanya."Rendi, kamu kok diam aja kamu marah?" tanya Nauma bingung
Malam ini begitu terlihat indah walau tidak ada bintang yang menghiasi langit , karena bintang itu ada dalam genggaman seorang Rendi Permana. Dilain sisi Saka Abimana merasa kelam, sungguh dia tidak rela cintanya direnggut sang kakak namun dia tidak berdaya untuk menjelaskan kebenaran ke semua orang."Ini tidak bisa dibiarkan." umpat Saka kesal meninju tembok dinding kamarnya Diluar terlihat Rendi akan mengantarkan Nauma pulang, dia membuka kan pintu mobil untuk Nauma dengan senyum yang tidak pernah lepas di pipinya. "Silahkan masuk tuan putri." Nauma merasa risih tapi sadar diperhatikan saka di balik jendela kamarnya ia bersikap manis untuk memanasi Saka."Terimakasih pangeran." Nauma tersenyum mempesona, Rendi sedikit heran melihat tingkah Nauma, biasanya dia akan ngomel jika digombali."Nauma." geram Saka dari dibalik jendela dalam kamarnya "Aku tidak bisa begini,aku akan meminta penjelasan Nauma." Saka mengambil jaket dan kunci mobilnya, dia mengikuti mobil Kakak nya dengan jara
Gelap nya malam membuat suasana semakin mencekam, Saka memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit Bakti, tidak dia pedulikan lagi ancaman Melisa, dalam waktu 15 menit Saka sudah sampai dan memasuki rumah sakit terburu-buru dengan sedikit berlari."Permisi Suster pasien atas nama Rendi Permana ada di ruangan mana?" tanya nya dimeja resepsionis "Tunggu sebentar ya Pak saya cek kan dulu." jawab Suster nya ramah. "Pasien atas nama Bapak Rendi Permana masih berada diruangan UGD, Bapak bisa lurus dari sini kemudian belok kiri" jelasnya"Baik Sus, terimakasih." jawab Saka dengan langkah yang begitu terasa berat.Didepan ruangan UGD terlihat Mama Saka duduk ditemani Bi Inah pembantu rumah tangga nya, wajahnya dibanjiri air mata. "Ma..!!" panggil Saka dan memeluk mamanya memberikan kekuatan walau dia sendiri rapuh,mamanya semakin terisak."Mama harus kuat ya, Mas Rendi nanti sedih jika melihat mata Mama sembab." "Ini semua salah Mama Bi, disaat Rendi pulang dia melihat perteng
Di Apartemen Nauma terlihat baru siap pulang joging, sebelum mandi, ia mengambil sebotol air dingin kemudian menuangkan nya kedalam gelas kaca dan meneguknya hingga tandas."Ting...tong..!" terdengar suara bel dari arah pintu"Ummiii...Tolong buka kan pintu ya aku mau mandi dulu!" teriak Nauma dan berlalu ke kamar mandi dalam kamarnya."Iaa.." jawab Arumi, yang sudah rapi hendak pergi ke caffe, kira-kira siapa yang datang sepagi ini fikir Arumi,didepan pintu Saka dan Rendi berdiri tegap, dengan penampilan yang rapi."Mas Rendi, Saka..!!" ucap Arumi kaget, melihat dua pria tampan tersebut sudah berbaris rapi didepan pintu apartemen nya dan Nauma."Pagi dek Rumi, kenapa kaget kalian saling kenal?" tanya Rendi menyapa Arumi dengan senyum ramah"Ia dia kan.." baru saja Arumi mau menjelaskan Saka memotong ucapannya"Ia saya yang sudah tidak sengaja menabrak mobil nona Arumi." ungkapnya dengan mengedipkan sebelah matanya ke arah Arumi"Oh begitu, Nauma nya ada ?" Rendi menganggukkan kepala
"Kamu akan tetap disini atau pulang?" tanya Saka setelah lama menatap kepergian Rendi, Nauma meliriknya sekilas "Aku mau ke caffe," jawab Nauma hendak berbalik meninggalkan Saka,hampir saja dia jatuh menubruk pengujung yang membawa koper di bandara, beruntung Saka cepat menarik tangannya dan dia malah terjatuh didalam pelukan Saka. Nauma menegang mencium aroma tubuh Saka membuat nya terhipnotis dan tidak berkutik "Apa setelah menerima lamaran Rendi, sekarang kamu malah suka berada dalam pelukan ku?" tanya Saka yang telah melepaskan pegangan tangannya sejak tadi dan Nauma tidak kunjung beranjak dan memegang dada bidangnya "Apa? jangan asal bicara kamu, aku hanya kaget!" tukas nya melepas pegangan nya dan hendak pergi "Dasar tidak tau terimakasih!" ujar Saka lirih, Nauma berhenti dan kembali membalikkan badannya menghadap Saka "Ternyata kamu orang yang haus akan terimakasih!" sarkas Nauma sinis dan kembali berjalan men
Saka bekerja dengan semangat, semua pekerjaan nya hari ini berjalan lancar, perusahaan nya kembali berjalan normal setelah teman Tante Melly menanamkan saham yang begitu besar, Saka belum sempat berterimakasih karena kondisi Nauma yang tidak mungkin dia tinggalkan sendiri."Bagaimana kalau aku undang mereka makan malam diluar bersama, Nauma pasti senang," fikirnya yang sedang duduk dikursi kebesarannya, semua pekerjaan nya telah selesai."Hallo, assalamualaikum!" "Waa'alaikumsalam, tumben telfon papa gimana kabarmu?" "Aku baik, nanti malam aku mau mengundang papa sama istri papa makan malam apa bisa?" Saka enggan menyebutkan nama Tante Melly meski dia sudah tahu kebenaran mengapa papa nya memilih bercerai dan menikahi Tante Melly."Kamu serius, tentu papa bersedia," terdengar suara bahagia diseberang telfon, anak satu-satunya yang dia rindukan"Baiklah nanti aku kirim lokasi nya!" Jawab Saka datar"Ia, papa tunggu!""Assalamualaikum,""Waa'alai
Saka ketakutan tubuhnya gemetar, melihat Nauma kembali tidak sadarkan diri, dia mondar mandir di depan ruangan Nauma diperiksa, dia selalu menyalahkan dirinya seandainya dia tidak meninggalkan Nauma sendiri semua ini tidak akan terjadi,selalu itu yang ada dalam pikiran nya. ini semua ulah Melisa dia harus diberi sedikit pelajaran agar jera, tapi sebagai anak orang yang berkuasa dia selalu bisa berlaku semena-mena."Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Tanya Saka melihat dokter yang memakai jas putih keluar dari ruangan Nauma "Banyak luka lebam ditubuhnya, kami sudah memberikan pertolongan dan Ibu Nauma sudah siuman namun sepertinya dia trauma atas kejadian yang menimpanya," dokter menjelaskan keadaan Nauma yang trauma atas kejadian penculikan nya"Tapi bapak tidak usah khawatir tidak ada luka serius, semoga ibu Nauma lekas sembuh." dokter melihat rasa khawatir diraut wajah Saka "Terimakasih Dok," Dokter tersenyum mengganggukan kepala dan meninggalkan nya sendiri, Sak
Nauma memegang gagang pintu hendak keluar dan kejadian hari itu terulang kembali, pintunya terkunci Nauma panik campur ketakutan"Tolong Anda jangan macam-macam dengan saya!" Teriak Nauma mengeluarkan keringat dingin"Hahaha sekarang tidak ada yang bisa membantumu Nona cantik," tawa sopir taksi kumisnya naik turun mengimbangi tawanya"Tolong!" Nauma berteriak sopir taksi semakin menambah kecepatanNauma mencoba melawan dengan memukuli sopir taksi tetapi itu tidak berpengaruh apa-apa hanya membuat tenaga Nauma semakin habis."Saya mohon lepas kan saya pak!" Nauma putus asa disaat dia memukul handphone nya terjatuh kedepan dia tidak bisa meminta pertolongan lagi"Saya akan memberikan berapapun uang yang bapak minta tapi tolong lepaskan saya," Nauma bernegosiasi dengan terisak namun sopir taksi tetap fokus mengemudi jauh kedalam jalanan yang sepi kearah pemakaman umum.Ditempat lain Saka sudah pulang ke apartemen dia merasa bersalah meninggalkan Nauma sendir
"Kenapa tidak terima, apa kata penghulu waktu itu kamu ingat? Badai akan selalu datang, saling menggenggam dan saling mempercayai tapi bagaimana sekarang aku bisa mempercayai kamu? Saka terlihat bimbang, dia tidak yakin Nauma akan tetap bertahan melalui badai ini bersama"Kamu tidak mempercayai ku?" Nauma memicingkan matanya seakan dia tau apa yang difikirkan Saka "Biarlah apa yang dalam fikiranmu itu menjadi benar," jawab Saka tetap memilih bungkam"Ini yang membuat kamu mudah dimanfaatkan Melisa, membiarkan orang memandang buruk tentang mu!" Seru Nauma membuat langkah Saka kembali terhenti, namun dia kembali berjalan tampa menoleh kebelakang, dia tidak sanggup mengungkapkan kebenaran nya.Nauma sudah berusaha membuat Saka menceritakan masalahnya yang mengancam biduk rumah tangga mereka, namun Saka tetap bungkam membuat Nauma dilanda kecewa.Kadang pilihan untuk diam itu tepat, tetapi setelah menikah kita sudah memiliki partner, jadi setiap masalah harusnya ki
"Kenapa wajah kamu ditekuk begitu?" Tanya Saka mengemudikan mobil nya, Nauma hanya melongos tidak mau menjawab"Maaf tadi aku membentakmu," Saka melirik Nauma yang membuang muka keluar jendela"Bagaimana kalau kita jalan-jalan." Nauma tetap diam, Saka menghela nafas panjangSampai di apartemen Nauma langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya, Saka mengikutinya dan duduk disisi ranjang."Bicaralah, jangan diamkan aku seperti ini!" Lirih Saka menatap punggung Nauma yang membelakangi nya.Satu menit,dua menit,tiga menit, tidak ada respon, yang ada terdengar dengkuran halus, Saka tersenyum melihat Nauma tertidur dalam keadaan marah, dia membetulkan posisi tidur Nauma dan mengecup keningnya."Maafkan aku sayang!" Saka menatap setiap inci dari wajah Nauma yang terlihat sangat cantik, ingin rasanya meminta hak sebagai seorang suami tapi Saka tidak ingin meminta melainkan Nauma juga menginginkan."Kita berjuang sama-sama ya!" Lirihnya membelai pelan wajah Nauma
Ditengah jalan raya yang ramai, Saka memacu kecepatan mobilnya menuju ke perusahaan nya, wajah tegang dan fikiran berkecamuk memenuhi kepalanya, tidak semudah itu lepas dari Melisa dan masa lalu nya, Saka memarkirkan mobil dan memasuki perusahaan yang telah didirikan kakeknya, karyawan disana menunduk menghormati nya."Bapak sudah ditunggu Bapak Bian didalam," ujar sekretaris nya, Saka menganggukkan kepala dan memutar handle pintu.Disana terlihat seorang laki-laki duduk dikursi kebesaran Saka."Akhirnya kamu datang juga!" Om Bian tersenyum sinis, Saka berdiri tegap menghadapnya"Kamu tahu kan maksud kedatangan saya, ehm sebelumnya sudah saya beritahu untuk tidak bermain-main dengan saya!" Ucapnya lantang"Menikahi Melisa dan ceraikan istri atau calon istri yang ditinggalkan Rendi, terserah apa namanya itu jika ingin tetap aku mendanai perusahaan kecil mu ini." Imbuhnya lagi dengan sombong"Saya tidak akan menceraikan nya atau pun menikahi Melisa." Jawab Saka
Setelah meletakkan belanjaan didapur, Saka berinisiatif membantu Nauma menyusun belanjaan kedalam kulkas.Nauma tersenyum, tampa diminta Saka sangat cekatan membantu nya, malah tidak membiarkan Nauma mengangkat yang berat."Uma...!!" Seru Arumi mengagetkan dua sejoli yang sibuk menata barang belanjaan, dia langsung memeluk Nauma"Kamu kemana aja, kenapa tiba-tiba pergi dan kamu ngapain disini?" Setelah melepaskan pelukan Arumi memberikan pertanyaan beruntun termasuk untuk Saka "Sabar Mi, satu-satu nanyak nya!" Seru Nauma mengajak Arumi duduk dikursi meja makan."Minum dulu, kamu terlihat haus kalau marah," kekeh Nauma menuangkan segelas air putih, Saka kembali sibuk sendiri membereskan barang belanjaan"Dia ngapain?" Tanya Arumi menunjuk Saka dengan dagunya dan menengguk segelas air."Hmm mau dijawab yang mana dulu nih!" "Ya udah kamu ceritain dari awal dan sedetilnya ." Tukas Arumi memperbaiki duduk nya menghadap Nauma"Gimana ya ceritanya, int
Sampai di Apartemen, Nauma membuka kunci dengan sandi sepertinya tidak ada Arumi didalam, mereka melangkah masuk menyusuri setiap ruangan tapi tidak ada siapapun."Kamu mencari siapa?" Tanya Saka"Arumi, seharusnya dia sekarang disini, apa mungkin sudah ke caffe," jawab Nauma menerka"Bulan madu mungkin," jawab Saka enteng"Hmm," Nauma memutar bola mata malas mendengar perkataan Saka mengarah ke hubungan intim."Aku tidak salah kan? Mereka kan pengantin baru!" Seru Saka mengikuti Nauma memasuki kamar"Berhenti disitu!" Saka berdiri diambang pintu"Kenapa?""Kamu tunggu diluar,aku mau mandi." Nauma menutup pintu membuat kaget Saka"Padahal Uda sah sah aja, ngapain coba harus tunggu diluar," gerutu Saka"Kalau ga mau tunggu diluar, pulang saja." Teriak Nauma dari kamar"Apa pendengarannya setajam itu," gumam Saka kesal"Saka memainkan handphone diruangan tamu diatas sofa minimalis modern, tiba-tiba ada sebuah Notif pesan masuk dari Melis
Tidak Lama Saka masuk menenteng Mukena putih dan sajadah."Kamu udah wudhu'?""Sudah,""Tunggu aku sebentar, kita shalat berjamaah aku ambil wudhu dulu!" Saka bergegas masuk kedalam kamar mandi Nauma memasang mukena dan membentangkan sajadah nya sambil menunggu Saka dia menunaikan shalat sunah fajar."Kamu udah shalat duluan, kan aku suruh tunggu dulu?" Tanya Saka yang terlihat rapi memakai baju Koko dan sarung"Hmm belum," "Barusan kamu siap shalat," "Shalat sunah Saka, ayok buruan nanti kelewat waktu Subuh nya," Saka mengangguk paham, dia membentangkan sajadah didepan Nauma, mereka shalat cukup khusyuk walaupun bacaan shalat Saka tidak terlalu merdu tapi bisa membuat hati Nauma tentram, setidaknya dia tidak lupa dengan Agama dan sang penciptanya."Ayok turun sarapan!" "Mmm ia tunggu sebentar," Nauma berjalan ke tempat mukena nya disimpan tadi, dan memasang nya"Loh mau shalat apa lagi?" Saka menaikkan alisnya"Bukan, Jilbab ku belum k