"Serapuh ini hatiku, 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk move on tetapi selama itu juga aku memupuk cintaku, suatu saat pasti akan mekar tapi sayang, cintaku overdosis." bathin Nauma
"Tes.." tidak terasa air mata jatuh dipipi mulusnya dengan susah payah menata hati sekarang disirami asam lagi,mengetahui Saka sudah bertunangan dan melihat kemesraan nya membuat Nauma sakit menyaksikan nya. "Jika saja kata pelakor bisa ku katakan untuk perempuan itu, tapi hubungan kami sudah lama tampa kepastian, rasanya tidak pantas aku menyimpan rasa untuk nya" Nauma berucap dalam hatinya "Drtt..drtt.." dering telfon membuyarkan angan Nauma, disana tertera nama Rendi, laki-laki yang selalu ditolak kehadirannya namun masih gigih mendekati Nauma. "Jika tidak bisa menjadi cinta menjadi sahabat pun tak apa" kata Rendi saat itu Nauma mengusap ganggang hijau di hp nya dengan menetralkan suara nya. "Hallo assalamualaikum Ren." "Waa'alaikumsalam, coba tebak aku lagi dimana?" cerocos setelah menjawab salam Nauma "Sudah pasti kamu lagi di depan pintu, masuk saja." dasar Rendi sudah tau dia yang membantu memasang cctv di setiap sudut Aruna Caffe, gumam Nauma gelengkan kepala melihat tingkah konyol Rendi sedikit mengobati hatinya, Cara tepat melupakan seseorang adalah dengan membuka kembali hati untuk seseorang. "Buahahaha..." Rendi tertawa lepas,Rendi orang yang sangat ceria kadang Nauma kesulitan membedakan bercanda dan seriusnya. "Konyol, kenapa kamu ga ngabarin pulang dari luar negeri?" ucap Nauma kesal dengan melempar kan balpoin ke arah Rendi, beruntung dia berhasil mengelak. "Masih saja galak, kamu kangen ya?" Rendi mengerlingkan mata nya nakal, dari postur tubuh Rendi dia tidak kalah tampan dari Saka, dilihat secara detil mereka seperti memiliki kesamaan,mata elangya , hidung bangirnya, dan bibir nya. "Apa kamu menggodaku? ga mempan tau." Nauma membuat wajah manyun dan mengejek dengan mencibirkan bibirnya yang tipis ke pink an. "Hahaha..." bukan nya sewot dia tambah kesenangan dasar Rendi. "Tunggu, berhenti disitu." perita Nauma saat Rendi akan mendekat "Ada apa?" Rendi mengernyitkan dahi dan mematung ditempat "Apa yang kamu sembunyikan dibelakang punggung mu?" melihat tangan rendi selalu dibelakang Nauma tau dia menyembunyikan sesuatu. "Hahaha apa cctv mu hanya bisa melihat ku saja?" ejek Rendi dan kembali tertawa terbahak "Tidak cctv ku juga bisa melihat isi hatimu." jawab Nauma asal dan tersenyum mengejek "Serius?" tanya nya menaik turunkan alis. "Tentu saja,hatimu sedang berbunga-bunga siap melihat gadis seksi diluar caffe barusan." jawab Nauma mengejeknya balik "Hahaha apa kamu cemburu?" "Ia, dengan lelaki yang disampingnya." ucap Nauma keceplosan beruntung Rendi tidak mengerti dia malah menganggap itu hanya lelucon. "Ayolah Ren, apa yang kamu sembunyikan aku mau melihat nya?" Nauma mendekati nya dan ingin merebut yang disembunyikan nya , namun dengan mudah nya Rendi mengelak. "Ops tunggu dulu dong , ga sabaran kali kamu." "Ish Rendi mah." Rajuk Nauma memanyunkan bibir nya karena kesal. "Ga sopan manggil Rendi terus, aku lebih tua darimu empat tahun ya." ucapnya dan menjitak dahi Nauma dengan sebelah tangannya,dan sebelah lagi tetap setia dibelakang punggung nya. "Hehehe ,mas rendi bawa apa tuh buat dek Uma?" tanya Nauma dengan manis sekali, padahal mbuh geli kali perut nya karena ngomong kayak gitu. "Ga gitu juga kali Ma, itumah sama saja kamu menggodaku, tampa digoda pun hatiku pun udah untukmu." cerocosnya dan giliran dia yang manyun "Hahaha." Nauma terbahak melihat nya seperti itu "Iya deh, mas Rendi." tukas Nauma "Coba tebak.." "Stop ga ada tebak-tebakan, aku mau lihat sekarang " Nauma mengangkat tangan dengan jari telunjuk lurus menempel dibibir nya dan memotong ucapan Rendi. "Iya deh, tara aku bawakan kamu buku cerita horor terbaru." serunya seraya menyodorkan buku kehadapan Nauma "Waaww, makasih ya Rendi kamu memang yang terbaik." rendi selalu bisa membuat mood Nauma membaik "Rendi lagi Rendi lagi, apa susahnya sih Uma panggil Mas gitu?" "Harus gitu ya?" tanya Nauma yang mulai membuka halaman buku yang dibawa Rendi dan Rendi merebut kembali buku nya "Ish rese deh,aku mau baca dikit kaya nya seru." ucap Nauma mencoba merebut nya kembali dan terjadilah aksi saling rebutan. Sebelum pamit pulang Rendi mengajak makan malam bersama keluarganya , Nauma ingin menolak tapi kalian tau Rendi, tidak menerima penolakan mau tidak mau Nauma harus ikut. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, Nauma segera pulang saat masuk kedalam apartemen dia mendengar seperti ada yang menangis,Nauma mendekati kamarnya dan suara tangis itu semakin jelas itu suara Arumi menangis terisak, Nauma mengurungkan langkah untuk memasuki kamar "Dion, kamu kan tau aku sama Nauma sudah seperti saudara jika kita menikah sekarang, aku tidak bisa meninggalkannya sendirian ,bukan kah kita sudah sepakat setelah Nauma menikah baru kita.." sepertinya Arumi sadar atas kedatangan Nauma dan menghentikan ucapannya "Dion, nanti aku telfon lagi bye." Arumi memutuskan telfon dari kekasih nya. "Nauma sejak kapan datang?" tanya Arumi memaksakan untuk tersenyum dan menghapus bulir bening yang mengalir di pipinya, Nauma melangkah masuk perlahan dah duduk disampingnya, "Ternyata aku sungguh egois selama ini hanya memikirkan perasaan ku dan tidak pernah bertanya bagaimana dengan perasaan Arumi" Kata Nauma dalam hatinya,Dion lelaki yang baik sudah 5 tahun menjalin hubungan dengan Arumi dan tidak sekalipun dia membuat Arumi menangis tapi hari ini batas kesabaran nya mulai goyah apalagi keluarga nya sudah menanyakan kapan dia akan berkomitmen. "Umi , menikahlah dengan Dion sudah terlalu lama kalian menjagaku aku baik-baik saja." "Tidak usah difikirkan Uma, jika Dion tidak bisa menunggu ku biarkan saja." dia tersenyum namun bulir bening di dalam matanya mengatakan dia tidak baik-baik saja. "Baiklah, aku akan menikah dan kita akan menikah dihari yang sama." tukas Nauma "Apa, bagaimana mungkin? dengan siapa? Saka?" Arumi kaget dan melemparkan banyak pertanyaan dengan ekspresi wajah kaget, bagaimana mungkin tiba-tiba sahabatnya yang susah move on dan tidak pernah dengan laki-laki manapun menikah. "Jika kalian bisa berkorban untukku,aku juga ingin melihat kalian bahagia." Jelas Nauma menggenggam tangan Arumi dengan senyum tipis di bibirnya. "Uma jangan main-main dengan pernikahan, kamu akan terjerat seumur hidup." tukas Arumi tidak terima keputusan Nauma yang tidak masuk diakal baginya "Apa tadi Saka menemuimu?" Nauma mengangguk kan kepala "Apa dia melamar mu juga?" "Haha jangan konyol mi, Saka sudah bertunangan." jawa Nauma menggelengkan kepala "Lalu dengan siapa Uma? aku tidak mau kamu menikah dengan orang yang tidak kamu cintai." "Rendi." jawab Nauma dengan tersenyum meyakinkan sahabatnya "Tapi.." "Tidak ada kata tapi, telfon Dion dan jadwal kan tanggal pernikahan dan tempat terbaik untuk kita." ujar Nauma dan berlalu mengganti pakaian Mungkin ini keputusan terumit dalam hidup Nauma, tapi Nauma tidak ingin menjadi orang yang egois dengan merebut kebahagiaan sahabat nya, dia berhak bahagia dengan hidupnya dia berhak bahagia dengan cinta nya. Rendi bukan orang yang buruk dia mencintai Nauma dan tidak ada yang salah menikah dengan orang yang mencintai kita. mungkin Nauma belum bisa lupa dengan Saka tapi Nauma mulai sedikit membencinya disaat melihat cincin yang melingkar di jari manisnya.Diluar Rendi telah datang menjemput Nauma untuk makan malam bersama keluarganya, penampilan nya selalu rapi dengan tubuh yang tegap, dia termasuk pria yang tampan, banyak wanita yang ingin menjadi kekasih nya, tapi dia tetap menyukai Nauma walaupun sudah ditolak berulang kali."Arumi, aku mau diner sama rendi dan keluarga nya, kamu aku tinggal gapapa kan, atau perlu aku telfon Dion untuk menemani?" sambil memoleskan lipstik di bibir ranumnya "Serius, sejak kapan?" Arumi kaget dan berdiri menghadap Nauma meminta penjelasan"Sorry,aku buru-buru Mi, Rendi Udah nungguin dibawah soalnya, aku tinggal ya bye." Nauma tersenyum simpul dan berlalu keluar tampa menjelaskan apapun. Arumi hanya bisa melongo dikiranya tadi Nauma hanya bercanda."Maaf ya Ren, jadi nungguin soalnya tadi aku ketiduran." setelah membuka pintu mobil dan duduk di samping Rendi, Rendi jadi pangling melihat penampilan Nauma walaupun Nauma selalu cantik di matanya."Rendi, kamu kok diam aja kamu marah?" tanya Nauma bingung
Malam ini begitu terlihat indah walau tidak ada bintang yang menghiasi langit , karena bintang itu ada dalam genggaman seorang Rendi Permana. Dilain sisi Saka Abimana merasa kelam, sungguh dia tidak rela cintanya direnggut sang kakak namun dia tidak berdaya untuk menjelaskan kebenaran ke semua orang."Ini tidak bisa dibiarkan." umpat Saka kesal meninju tembok dinding kamarnya Diluar terlihat Rendi akan mengantarkan Nauma pulang, dia membuka kan pintu mobil untuk Nauma dengan senyum yang tidak pernah lepas di pipinya. "Silahkan masuk tuan putri." Nauma merasa risih tapi sadar diperhatikan saka di balik jendela kamarnya ia bersikap manis untuk memanasi Saka."Terimakasih pangeran." Nauma tersenyum mempesona, Rendi sedikit heran melihat tingkah Nauma, biasanya dia akan ngomel jika digombali."Nauma." geram Saka dari dibalik jendela dalam kamarnya "Aku tidak bisa begini,aku akan meminta penjelasan Nauma." Saka mengambil jaket dan kunci mobilnya, dia mengikuti mobil Kakak nya dengan jara
Gelap nya malam membuat suasana semakin mencekam, Saka memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit Bakti, tidak dia pedulikan lagi ancaman Melisa, dalam waktu 15 menit Saka sudah sampai dan memasuki rumah sakit terburu-buru dengan sedikit berlari."Permisi Suster pasien atas nama Rendi Permana ada di ruangan mana?" tanya nya dimeja resepsionis "Tunggu sebentar ya Pak saya cek kan dulu." jawab Suster nya ramah. "Pasien atas nama Bapak Rendi Permana masih berada diruangan UGD, Bapak bisa lurus dari sini kemudian belok kiri" jelasnya"Baik Sus, terimakasih." jawab Saka dengan langkah yang begitu terasa berat.Didepan ruangan UGD terlihat Mama Saka duduk ditemani Bi Inah pembantu rumah tangga nya, wajahnya dibanjiri air mata. "Ma..!!" panggil Saka dan memeluk mamanya memberikan kekuatan walau dia sendiri rapuh,mamanya semakin terisak."Mama harus kuat ya, Mas Rendi nanti sedih jika melihat mata Mama sembab." "Ini semua salah Mama Bi, disaat Rendi pulang dia melihat perteng
Di Apartemen Nauma terlihat baru siap pulang joging, sebelum mandi, ia mengambil sebotol air dingin kemudian menuangkan nya kedalam gelas kaca dan meneguknya hingga tandas."Ting...tong..!" terdengar suara bel dari arah pintu"Ummiii...Tolong buka kan pintu ya aku mau mandi dulu!" teriak Nauma dan berlalu ke kamar mandi dalam kamarnya."Iaa.." jawab Arumi, yang sudah rapi hendak pergi ke caffe, kira-kira siapa yang datang sepagi ini fikir Arumi,didepan pintu Saka dan Rendi berdiri tegap, dengan penampilan yang rapi."Mas Rendi, Saka..!!" ucap Arumi kaget, melihat dua pria tampan tersebut sudah berbaris rapi didepan pintu apartemen nya dan Nauma."Pagi dek Rumi, kenapa kaget kalian saling kenal?" tanya Rendi menyapa Arumi dengan senyum ramah"Ia dia kan.." baru saja Arumi mau menjelaskan Saka memotong ucapannya"Ia saya yang sudah tidak sengaja menabrak mobil nona Arumi." ungkapnya dengan mengedipkan sebelah matanya ke arah Arumi"Oh begitu, Nauma nya ada ?" Rendi menganggukkan kepala
"Kamu akan tetap disini atau pulang?" tanya Saka setelah lama menatap kepergian Rendi, Nauma meliriknya sekilas "Aku mau ke caffe," jawab Nauma hendak berbalik meninggalkan Saka,hampir saja dia jatuh menubruk pengujung yang membawa koper di bandara, beruntung Saka cepat menarik tangannya dan dia malah terjatuh didalam pelukan Saka. Nauma menegang mencium aroma tubuh Saka membuat nya terhipnotis dan tidak berkutik "Apa setelah menerima lamaran Rendi, sekarang kamu malah suka berada dalam pelukan ku?" tanya Saka yang telah melepaskan pegangan tangannya sejak tadi dan Nauma tidak kunjung beranjak dan memegang dada bidangnya "Apa? jangan asal bicara kamu, aku hanya kaget!" tukas nya melepas pegangan nya dan hendak pergi "Dasar tidak tau terimakasih!" ujar Saka lirih, Nauma berhenti dan kembali membalikkan badannya menghadap Saka "Ternyata kamu orang yang haus akan terimakasih!" sarkas Nauma sinis dan kembali berjalan men
Setelah membopong tubuh Melisa yang seperti sedikit berisi dari biasanya, membuat Saka kehabisan tenaga, dia ngos-ngosan, meletakkan melisa di jok belakang kemudi."Mel, sudah sandiwara nya! ini ga lucu sama sekali kami bisa mencemarkan nama baik Caffe Aruna" tukas Saka lirih, namun tidak ada pergerakan dari Melisa dia masih tidak sadarkan diri"Mel,kamu dengar tidak!" seru Saka mengguncang tangan Melisa,"Heh aku bilang udah sandiwara nya, jika tidak aku tinggal kamu disini." imbuh Saka lagi yang tidak kunjung direspon Melisa, Saka mengguncang tubuh Melisa sedikit kuat, tapi tidak ada tanda-tanda Melisa sadar, Saka panik kenapa sandiwaranya kebablasan, karena panik dia menutup pintu mobil dengan kencang dan berlari mengitari mobil, masuk di kursi kemudi dan melajukan mobilnya kesebuah klinik terdekat.Di dalam caffe terlihat Nauma syok, bisik-bisik dari pelanggan seperti lebah yang lewat di telinganya, Saka Abimana setelah kamu hancurkan hatiku sekarang kamu berniat
Disebuah taman Nauma terlihat menenangkan dirinya dengan mendengarkan musik dan melihat ramai nya pengunjung datang bersama keluarganya, kekasih, dan ada juga yang duduk sendiri seperti Nauma. mata Nauma melihat sebuah mobil berhenti didepan Apotek didepan taman, bukan kah itu mobil Saka? gumamnya rasa penasaran Nauma semakin membuncah saat Saka turun dari mobil dan dia memasang penutup Hoodie dikepalanya dan memasang kaca mata kemudian pergi kearah apotik. Disana terlihat Saka menyerahkan resep dokter,dan dia memesan Susu. "Tunggu dulu, apa itu susu ibu hamil?" tanya Nauma didalam hatinya "Siapa yang hamil,apa mungkin Tante Santi, gak mungkin Oh jangan-jangan Melisa?" fikir Nauma lagi menerka-nerka lagi, Saka terlihat sudah siap membayar pesanan nya dan membalikkan badan Nauma berbalik badan ke dinding menghindari tatapan Saka yang merasa diawasi. Setelah Saka masuk kemobil dan melajukan mobilnya, Nauma memberhentikan ojek
Kedua sejoli yang berada dalam satu mobil,kembali terdiam tenggelam kedalam angan masing-masing, apa yang difikirkan Nauma tentang Saka adalah salah besar akan tetapi Saka tidak dapat meluruskan dengan benar, dia kembali merenangi telaga hidup dengan sunyi, biarlah apa yang difikirkan tentang dia itulah kebenaran."Mau diantar kemana?" tanya Saka ketika telah memasuki jalanan yang padat"Aku turun disini saja, aku bisa pulang naik taxi, disekitar sini sudah tidak susah mencari taksi," jawab Nauma"Tidak perlu,aku akan mengantarmu!" seloroh saka datar"Jangan terlalu memaksa Saka,ini tidak baik," tegas Nauma, Saka kaget biasanya Nauma memanggilnya Mas meski umur mereka cuma berjarak 5 bulan, jika dia marah akan hanya berbicara dengan kata Aku dan Kamu"Baiklah,aku tidak memaksa lain kali, untuk kali ini biarkan aku mengantarkan mu pulang sebagai tanggung jawab seorang adik ipar," jawab Saka dengan wajah datar nya, Nauma tidak bisa menolak perkataan Saka menekankan
Saka bekerja dengan semangat, semua pekerjaan nya hari ini berjalan lancar, perusahaan nya kembali berjalan normal setelah teman Tante Melly menanamkan saham yang begitu besar, Saka belum sempat berterimakasih karena kondisi Nauma yang tidak mungkin dia tinggalkan sendiri."Bagaimana kalau aku undang mereka makan malam diluar bersama, Nauma pasti senang," fikirnya yang sedang duduk dikursi kebesarannya, semua pekerjaan nya telah selesai."Hallo, assalamualaikum!" "Waa'alaikumsalam, tumben telfon papa gimana kabarmu?" "Aku baik, nanti malam aku mau mengundang papa sama istri papa makan malam apa bisa?" Saka enggan menyebutkan nama Tante Melly meski dia sudah tahu kebenaran mengapa papa nya memilih bercerai dan menikahi Tante Melly."Kamu serius, tentu papa bersedia," terdengar suara bahagia diseberang telfon, anak satu-satunya yang dia rindukan"Baiklah nanti aku kirim lokasi nya!" Jawab Saka datar"Ia, papa tunggu!""Assalamualaikum,""Waa'alai
Saka ketakutan tubuhnya gemetar, melihat Nauma kembali tidak sadarkan diri, dia mondar mandir di depan ruangan Nauma diperiksa, dia selalu menyalahkan dirinya seandainya dia tidak meninggalkan Nauma sendiri semua ini tidak akan terjadi,selalu itu yang ada dalam pikiran nya. ini semua ulah Melisa dia harus diberi sedikit pelajaran agar jera, tapi sebagai anak orang yang berkuasa dia selalu bisa berlaku semena-mena."Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Tanya Saka melihat dokter yang memakai jas putih keluar dari ruangan Nauma "Banyak luka lebam ditubuhnya, kami sudah memberikan pertolongan dan Ibu Nauma sudah siuman namun sepertinya dia trauma atas kejadian yang menimpanya," dokter menjelaskan keadaan Nauma yang trauma atas kejadian penculikan nya"Tapi bapak tidak usah khawatir tidak ada luka serius, semoga ibu Nauma lekas sembuh." dokter melihat rasa khawatir diraut wajah Saka "Terimakasih Dok," Dokter tersenyum mengganggukan kepala dan meninggalkan nya sendiri, Sak
Nauma memegang gagang pintu hendak keluar dan kejadian hari itu terulang kembali, pintunya terkunci Nauma panik campur ketakutan"Tolong Anda jangan macam-macam dengan saya!" Teriak Nauma mengeluarkan keringat dingin"Hahaha sekarang tidak ada yang bisa membantumu Nona cantik," tawa sopir taksi kumisnya naik turun mengimbangi tawanya"Tolong!" Nauma berteriak sopir taksi semakin menambah kecepatanNauma mencoba melawan dengan memukuli sopir taksi tetapi itu tidak berpengaruh apa-apa hanya membuat tenaga Nauma semakin habis."Saya mohon lepas kan saya pak!" Nauma putus asa disaat dia memukul handphone nya terjatuh kedepan dia tidak bisa meminta pertolongan lagi"Saya akan memberikan berapapun uang yang bapak minta tapi tolong lepaskan saya," Nauma bernegosiasi dengan terisak namun sopir taksi tetap fokus mengemudi jauh kedalam jalanan yang sepi kearah pemakaman umum.Ditempat lain Saka sudah pulang ke apartemen dia merasa bersalah meninggalkan Nauma sendir
"Kenapa tidak terima, apa kata penghulu waktu itu kamu ingat? Badai akan selalu datang, saling menggenggam dan saling mempercayai tapi bagaimana sekarang aku bisa mempercayai kamu? Saka terlihat bimbang, dia tidak yakin Nauma akan tetap bertahan melalui badai ini bersama"Kamu tidak mempercayai ku?" Nauma memicingkan matanya seakan dia tau apa yang difikirkan Saka "Biarlah apa yang dalam fikiranmu itu menjadi benar," jawab Saka tetap memilih bungkam"Ini yang membuat kamu mudah dimanfaatkan Melisa, membiarkan orang memandang buruk tentang mu!" Seru Nauma membuat langkah Saka kembali terhenti, namun dia kembali berjalan tampa menoleh kebelakang, dia tidak sanggup mengungkapkan kebenaran nya.Nauma sudah berusaha membuat Saka menceritakan masalahnya yang mengancam biduk rumah tangga mereka, namun Saka tetap bungkam membuat Nauma dilanda kecewa.Kadang pilihan untuk diam itu tepat, tetapi setelah menikah kita sudah memiliki partner, jadi setiap masalah harusnya ki
"Kenapa wajah kamu ditekuk begitu?" Tanya Saka mengemudikan mobil nya, Nauma hanya melongos tidak mau menjawab"Maaf tadi aku membentakmu," Saka melirik Nauma yang membuang muka keluar jendela"Bagaimana kalau kita jalan-jalan." Nauma tetap diam, Saka menghela nafas panjangSampai di apartemen Nauma langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya, Saka mengikutinya dan duduk disisi ranjang."Bicaralah, jangan diamkan aku seperti ini!" Lirih Saka menatap punggung Nauma yang membelakangi nya.Satu menit,dua menit,tiga menit, tidak ada respon, yang ada terdengar dengkuran halus, Saka tersenyum melihat Nauma tertidur dalam keadaan marah, dia membetulkan posisi tidur Nauma dan mengecup keningnya."Maafkan aku sayang!" Saka menatap setiap inci dari wajah Nauma yang terlihat sangat cantik, ingin rasanya meminta hak sebagai seorang suami tapi Saka tidak ingin meminta melainkan Nauma juga menginginkan."Kita berjuang sama-sama ya!" Lirihnya membelai pelan wajah Nauma
Ditengah jalan raya yang ramai, Saka memacu kecepatan mobilnya menuju ke perusahaan nya, wajah tegang dan fikiran berkecamuk memenuhi kepalanya, tidak semudah itu lepas dari Melisa dan masa lalu nya, Saka memarkirkan mobil dan memasuki perusahaan yang telah didirikan kakeknya, karyawan disana menunduk menghormati nya."Bapak sudah ditunggu Bapak Bian didalam," ujar sekretaris nya, Saka menganggukkan kepala dan memutar handle pintu.Disana terlihat seorang laki-laki duduk dikursi kebesaran Saka."Akhirnya kamu datang juga!" Om Bian tersenyum sinis, Saka berdiri tegap menghadapnya"Kamu tahu kan maksud kedatangan saya, ehm sebelumnya sudah saya beritahu untuk tidak bermain-main dengan saya!" Ucapnya lantang"Menikahi Melisa dan ceraikan istri atau calon istri yang ditinggalkan Rendi, terserah apa namanya itu jika ingin tetap aku mendanai perusahaan kecil mu ini." Imbuhnya lagi dengan sombong"Saya tidak akan menceraikan nya atau pun menikahi Melisa." Jawab Saka
Setelah meletakkan belanjaan didapur, Saka berinisiatif membantu Nauma menyusun belanjaan kedalam kulkas.Nauma tersenyum, tampa diminta Saka sangat cekatan membantu nya, malah tidak membiarkan Nauma mengangkat yang berat."Uma...!!" Seru Arumi mengagetkan dua sejoli yang sibuk menata barang belanjaan, dia langsung memeluk Nauma"Kamu kemana aja, kenapa tiba-tiba pergi dan kamu ngapain disini?" Setelah melepaskan pelukan Arumi memberikan pertanyaan beruntun termasuk untuk Saka "Sabar Mi, satu-satu nanyak nya!" Seru Nauma mengajak Arumi duduk dikursi meja makan."Minum dulu, kamu terlihat haus kalau marah," kekeh Nauma menuangkan segelas air putih, Saka kembali sibuk sendiri membereskan barang belanjaan"Dia ngapain?" Tanya Arumi menunjuk Saka dengan dagunya dan menengguk segelas air."Hmm mau dijawab yang mana dulu nih!" "Ya udah kamu ceritain dari awal dan sedetilnya ." Tukas Arumi memperbaiki duduk nya menghadap Nauma"Gimana ya ceritanya, int
Sampai di Apartemen, Nauma membuka kunci dengan sandi sepertinya tidak ada Arumi didalam, mereka melangkah masuk menyusuri setiap ruangan tapi tidak ada siapapun."Kamu mencari siapa?" Tanya Saka"Arumi, seharusnya dia sekarang disini, apa mungkin sudah ke caffe," jawab Nauma menerka"Bulan madu mungkin," jawab Saka enteng"Hmm," Nauma memutar bola mata malas mendengar perkataan Saka mengarah ke hubungan intim."Aku tidak salah kan? Mereka kan pengantin baru!" Seru Saka mengikuti Nauma memasuki kamar"Berhenti disitu!" Saka berdiri diambang pintu"Kenapa?""Kamu tunggu diluar,aku mau mandi." Nauma menutup pintu membuat kaget Saka"Padahal Uda sah sah aja, ngapain coba harus tunggu diluar," gerutu Saka"Kalau ga mau tunggu diluar, pulang saja." Teriak Nauma dari kamar"Apa pendengarannya setajam itu," gumam Saka kesal"Saka memainkan handphone diruangan tamu diatas sofa minimalis modern, tiba-tiba ada sebuah Notif pesan masuk dari Melis
Tidak Lama Saka masuk menenteng Mukena putih dan sajadah."Kamu udah wudhu'?""Sudah,""Tunggu aku sebentar, kita shalat berjamaah aku ambil wudhu dulu!" Saka bergegas masuk kedalam kamar mandi Nauma memasang mukena dan membentangkan sajadah nya sambil menunggu Saka dia menunaikan shalat sunah fajar."Kamu udah shalat duluan, kan aku suruh tunggu dulu?" Tanya Saka yang terlihat rapi memakai baju Koko dan sarung"Hmm belum," "Barusan kamu siap shalat," "Shalat sunah Saka, ayok buruan nanti kelewat waktu Subuh nya," Saka mengangguk paham, dia membentangkan sajadah didepan Nauma, mereka shalat cukup khusyuk walaupun bacaan shalat Saka tidak terlalu merdu tapi bisa membuat hati Nauma tentram, setidaknya dia tidak lupa dengan Agama dan sang penciptanya."Ayok turun sarapan!" "Mmm ia tunggu sebentar," Nauma berjalan ke tempat mukena nya disimpan tadi, dan memasang nya"Loh mau shalat apa lagi?" Saka menaikkan alisnya"Bukan, Jilbab ku belum k