Home / Romansa / Cinta Ipar Duda / Part 47 Penanganan Bayu

Share

Part 47 Penanganan Bayu

Author: Dean Han
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Akur turun dari mobil dengan terburu-buru, dan berlari meninggalkan halaman parkir yang tertimpa terik mentari itu. Aku tak peduli Mas Feri dan Winarti yang masih tertinggal di dalam mobil. Apakah mereka masih mengikuti langkahku atau tidak, aku tak peduli. Tatapan dan pikiranku tak lebih pada ruang IGD rumah sakit yang cukup besar itu, yang mana akan kulihat Bayu terbaring lemah di sana, entah dengan kondisi seperti apa?

Aku berlari sambil memegangi dada  yang terasa menyempit oleh isak tangis yang kutahan. Membuat napas ini tertahan tak beraturan, kadang memburu.  Kumasuki area rumah sakit yang  megah itu dengan raut penuh kecemasan, sambil mengusap air mata yang mengalir cepat ke sudut netraku. Aku tak sanggup membayangkan segala kemungkinan yang terjadi pada Bayu. Andai saja terjadi sesuatu hal yang buruk pada putra terkasihku itu. Aku akan sangat menyesalinya  seumur hidup. Aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri. Aku lalai! Gara-gara

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yani Suryani
terlalu panjang rangkaian kata" yg tidak terlalu penting jadi kesan nya bab ini panjang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Ipar Duda   BAB 48 Di Ruang Rawat Bayu

    Setelah melewati masa observasi, Bayu dipindahkan ke ruang rawat inap. VIP, tempat yang aku inginkan untuk ketenangan Bayu. Ruang ber-AC dengan jendela kaca besar di lantai dua itu cukup luas dan nyaman. Dilengkapi fasilitas lengkap dengan segala pernak-perniknya.Aku duduk di samping tubuh Bayu yang terbaring lemah dengan perban membalut kakinya yang menggantung. Ia masih tertidur pulas. Mungkin karena lelah, atau bius penahan rasa sakit itu, atau bisa jadi obat tidur yang ia kosumsi, yang membuat ia belum juga terbangun sejak dipindahkan ke sini. Aku menemaninya sendiri di sini. Mas Feri dan Winarti pulang ke rumah, menyiapkan segala kerperluan kami selama menjaga Bayu, juga membawa pakaian pengganti buat Bayu.Aku menatapnya penuh hiba. Kepegangi jemarinya sambil menahan tangis dalam-dalam. Aku tak pernah sanggup kalau Bayu terluka, walau hanya seujung kuku. Namun sepertinya, Tuhan benar-benar sedang mengujiku

  • Cinta Ipar Duda   BAB 49 Wanita Cantik Itu

    “Ohya, Bayu mau nggak, main sama Om lagi?” tanya Mas Dion kembali mengejutkanku. Bayu tersenyum dan menganggukkan kepala berulang kali.“Kita akan main bersama sering-sering? Jalan-jalan? Makan Es krim dan bermain di arena permianan. Bayu mau?” sambungnya lagi dengan gaya antusias. Bayu kembali mengangguk senang.“Okey! Bayu berdoa dan berusaha buat sembuh, ya? Kita akan sering bermain bersama kalau Bayu sudah sembuh,” Lagi-lagi putraku itu hanya mengangguk dengan rasa senang di wajahnya. Aku hanya terdiam mengamati percakapan mereka.“Ohya, jangan panggil Om lagi, ya? Bayu boleh panggil Papa sama Om. Papa Dion,” ucapnya kemudian kembali mengejutkanku. Aku serasa terlempar pada masa lalu di dua tahun yang lalu.‘Anak ganteng Papa Dion. Jangan nakal, ya? Kasian Mimi, seharian kerja sendirian.”Masih sangat jelas di pelupuk mata dan ingatan raut wajahnya kala itu

  • Cinta Ipar Duda   BAB 50 Pemandangan di Mobil

    Aku kembali memasuki ruangan Bayu dan merebahkan tubuh di brankar yang ada di sampingnya, khusus untuk keluarga. Aku menatapi Bayu yang tertidur pulas dengan tatapan nanar. Aku tak tahu apa yang kini kurasakan. Sejak kedatangan Mas Divo tempo hari bersama Vieera cooperation situasi hatiku selalu bak roller coaster saja, didera oleh kejutan demi kejutan. Kehadiran Mas Divo yang bak hantu. Prilaku kriminalnya, kecelakaan Bayu dan kini kehadiran Mas Dion dengan kekasih cantiknya yang tiba-tiba dan menampar kesadaranku, juga kebohongan Mas Feri yang ia jaga rapi selama dua tahun. Aku masih kesulitan mencerna semua kebetulan-kebetulan yang terjadi. Mengapa semua terkuak di waktu yang bersamaan? Mengapa Mas Dion dan Mas Divo bisa hlang secara bersamaan? Dan kembali juga di waktu yang sama? Mengapa kehadiran lelaki itu harus dengan membawa tamparan telak bagiku. Membuat aku tak bernyali lagi untuk bermimpi.Besok Mama dan Papa Mas Dion akan ke si

  • Cinta Ipar Duda   BAB 51 Kedatangan Mama dan Papa Mas Dion

    Pagi ini Mama Papa Mas Dion akan dating berkunjung ke rumah sakit ini. Kudengar ia sudah sampai dari semalam. Aku tak tahu nanti akan bersikap seperti apa. Berpura-pura, atau bersikap datar saja, setelah semua masalah yang pernah aku hadapi. Andai saja ia sedikit saja peduli padaku saat itu. tentunya hatiku tak sehambar ini. Walau ia pernah meminta maaf lewat telepon, tapi itu bagiku hanya sebuah b**a-basi. Tetap saja, aku terluka sendiri menjalani hidup dari sikap buruk anaknya. Syukur saja, Mas Dion telah menjadi penyelamatku. Walau akhirnya ia tetap meninggalkanku. Namun, aku percaya, semua yang aku alami hanya cara Allah membuat aku kuat dengan segala rintangan kehidupan. “Mi,” panggilan lembut Bayu Bayu mengejutkan lamunanku . Aku mengarahkan pandangan padanya sambil “ Ini udah bica di buka, nggak, Mi?” tanyanya padaku. Aku merapatkan tubuh padanya. dan tersenyum. “Eh, kok nggak bilang-bilang udah bangun!” seruku sambil menaikan sandaran bra

  • Cinta Ipar Duda   BAB 52 Pesta Taman

    Malam ini, Mas Dion dan Mbak Venya mengundang aku, Bayu dan Mas Feri ke kediaman Mas Dion untuk mengadakan acara pesta taman. Aku terpaksa menerima ajakan tersebut karena desakan Bayu dan Mas Feri. Mas Dion ingin membawa Bayu bermain bersama. Setelah itu, ia ingin berkumpul dengan aku, Mas Feri dan Mbak Venya, menjalin kembali kebersamaan kami.Memasuki halaman rumah berpagar besi ukir tinggi itu membuat aku takjub dengan pencapaiannya selama menghilang. Ia benar-benar sudah mencapai puncak kejayaannya tergambar dari asset yang ia miliki. Rumah itu cukup besar dan megah.Kami benhenti tepat di depan gerbang yang di dalamnya terdapat pos penjagaan yang dikawal oleh seorang security. Aku juga melihat aura kaget yang sama di raut wajah Mas Feri. Sepertinya, ia juga tak mengetahui keadaan terkini Mas Dion. Bahkan, ia juga sepertinya tak tahu dengan kehadiran Mbak Venya. Mungkinkah Mas Dion membeli rumah megah ini bersama Mbak Venya sebagai persiapan unt

  • Cinta Ipar Duda   Bab 53 Minuman

    Beberapa detik berikutnya, aku tersadar dari lamunanku. Cepat-cepat aku bangkit dari rengkuhan Mas Dion. Dengan kikuk aku kembali merapikan diri dengan napas yang masih belum teratur. Sekilas aku menatap Bayu yang juga menatapku kebingungan. Aku tak tahu lagi apa yang akan aku katakan padanya. Rasa kikuk dan malu mendominasi pikiranku. Sesegera mungkin aku berlalu dari tempat itu, meninggalkan Mas Dion yang masih terdiam tanpa suara.Sampai di teras, aku kembali mentralkan diri. Aku takut wajah pucat dan kikukku ini disadari Mas Feri dan Mbak Venya. Aku menarik napas berulang kali. Hingga akhirnya aku telah merasa tenang kembali. Barulah langkah kembali kuayunkan ke taman, di mana kulihat Mas Feri masih berbicara dengan Mbak Venya. Namun, kali ini mereka telah duduk di kursi taman sambil membelakangi teras. Sampai di dekat mereka, aku melambatkan langkah ketika telingaku sekilas menangkap pembicaraan mereka.“Ya, kurasa begitu! Kita hanya oran

  • Cinta Ipar Duda   Bab 54. Hancurnya Pesta Taman

    Namun, belum berhasil aku mendorong pintu, lenganku terasa direngggut seseorang. Tubuhku oleng dan berbalik dengan terpaksa. Dua netraku membelalak ketika menyaksikan tubuh tinggi tegap dengan kemeja dan celana slimfit yang mencetak tubuh atletisnya. Ia telah berdiri tepat di hadapanku dengan tatapan sayu. penuh pengharapan. Aku terperanjat dengan tubuh membatu. Dua netraku membulat, dadaku bergemuruh. Semua bulu-bulu halus di sekujur tubuhku merinding dan darahku berdesir hebat. Aku bergeming tanpa suara. Tatapan iris coklatnya yang tajam mengunci seluruh inderaku.Napasku terasa terjeda beberapa detik dengan mulut menganga. Aku tak menyangka Mas Dion berdiri di hadapanku dengan tatapan lekat dan dalam yang meminmbulkan desiran aneh di dadaku. Bagaimana mungkin ia mengikutiku sampai ke sini dan menatapku sedemikian rupa? Jantungku makin berdetak tak karuan ketika ia melangkah pelan mendekat dan mengayunkan tangannya ke udara seperti hendak memelukku.

  • Cinta Ipar Duda   Bab 55 Kebungkaman Mas Feri

    Mobil melaju dengan kecepatan tenang meninggalkan rumah megah Mas Dion. Bayu yang berada di belakang masih tertidur pulas sejak digendong tadi. Beberapa kali aku mencoba mencuri pandang pada Mas Feri yang lebih memilih diam sejak detik pertama mobil ini melaju. Ia bahkan tidak melihat padaku ataupun mengajakku berbicara sama sekali. Aku juga tak tahu, benarkah ia tidak tahu sama sekali apa yang terjadi tadi antara aku dan Mas Dion? Ah! Aku benar-benar malu dan merasa sangat bersalah padanya. Bagaimana mungkin aku membiarkan semua ini terjadi? Andaikan aku lebih bisa mengendalikan hati, tentu saja aku bisa lebih tegas pada sikap Mas Dion tadi. Toh! Ia juga tidak dalam keadaan yang waras. Tunggu! Apakah ia melakukan itu karena ia benar juga memiliki rasa sepertiku? Atau karena ia sedang terpengaruh minuman yang ia minum? Kasihan Mas Feri dan Mbak Venya. Aku telah melukai mereka.Kupandangai wajah Mas Feri dari samping yang masih memandangi jala

Latest chapter

  • Cinta Ipar Duda   Part 87. Ulang Tahun Kanaya

    Beberapa saat menunggu, akhirnya sebuah mobil Avanza keluaran lama muncul dari gerbang masuk. Mas Danny melangkah beberapa langkah mendekat sambil melirik ke mobil itu. kaca mobil terbuka, seraut wajah melongok di sana. Kemudian mobil berhenti di hadapan kami. Laki-laki yang tadinya berada di balik kemudi menyerahkan kunci mobil pada Mas Danny. “Sekalian, gue isikan bahan bakar tadi. Ada apaan, sih? Masa’, malam pertama lu masih ada urusan emergency begini?” tanya lelaki itu. “Saudara bini gue masuk rumah sakit, Gem. Sedang darurat,” sahut Mas Danny. Lelaki itu menoleh padaku dan mengangguk sopan. Aku membalasnya dengan senyum sungkan. “Okey! Hati-hati, ya? Mobil gue udah tua. Kebetulan yang stand by tinggal ini. Take care.” Habis berkata begitu lelaki itu berpamitan dan menaiki sebuah motor yang sudah menantinya di gerbang hotel. Mas Danny kemudian mengajakku naik ke mobil. Mobil pun melaju keluar dari pelataran. Belum beberapa menit

  • Cinta Ipar Duda   Part 86. Telepon Mas Dion

    Semua telah usai, juga pestaku. Malam ini kami sekeluarga masih menginap di hotel ini, termasuk aku dan Mas Danny yang mendapat kamar khusus penganten. Aku yang masih dibingungkan dengan kejadian tadi siang masih terpana memikirkan semua yang terjadi. Sementara, Mas Danny masih sedang membereskan diri di kamar mandi yang ada di room penganten tempat kami menghabiskan malam ini.Mas Danny keluar sambil mengibaskan handuk berwarna putih bersih di rambutnya yang basah. Tubuh berototnya yang hanya tertutup sebatas pinggang membuat aku sedikit merasakan sesuatu yang tak bisa aku ungkapkan. Tubuh tinggi itu benar-benar sempurna dan penuh pesona.“Hai! Ngapain bengong? Kaget melihat tubuh suami sendiri?” ujarnya mengejutkan lamunanku. Aku yang duduk di bibir ranjang ukuran king size itu segera mengalihkan pandangan sambil tersipu. Wajahku memerah kurasa. Masih sempat kulihat senyum terkembang di wajah tampan itu.Detik berikutnya aku terkejut saat merasakan

  • Cinta Ipar Duda   Part 85. Hari Pernikahanku

    Hari pernikahanku dengan Mas Danny, sekaligus resepsi pernikahan akhirnya datang juga. Semua persiapan sudah sangat rampung. Seluruh dekorasi dan segala pernak pernik pernikahan telah tertata dengan indah di ball room hotel yang cukup luas itu. Aku duduk anggun di kursi penganten yang diapit Mas Danny dan Mama yang tak henti tersenyum sumringah menatapi suasana pesta yang cukup elegan ini. Sementara aku juga ikut menatapi suasana pesta yang terkesan lumayan akbar itu dari tempat aku duduk.Menatapi suasana pesta dengan dekorasi interior bernuansa out door itu membuat rasa haruku bermunculan. Tatanan yang didominasi warna putih dipadu cream dan lumut itu sangat menyejukkan mata. Semua persiapan ini hanya inisiatif Mas Danny tanpa sepengetahuanku. Aku salut dengan nilai estetika yang dia miliki. Iringan Sound system ruangan yang menyentuh telinga dengan kekuatan yang nyaman untuk di dengar membuat aku kian terbuai. Aku merasa sangat beruntung bisa menjadi ratu di pesta in

  • Cinta Ipar Duda   Part 84. Kembali ke Kota

    "Hai!" sapanya sambil membuka kaca mata hitam yang menutupi dua netranya itu pelan. Dua sudut bibirnya langsung merekah di rahang kokohnya. Namun, senyum itu seketika memudar seiring tatapannya yang makin lekat ke arahku. Dua netranya menyipit.“Kamu kenapa?” tanyanya heran. Aku menggeleng lemah sambil pura-pura mengalihkan wajah ke samping dan menghapus jejak air mata yang masih terasa basah di antara bulu mata.“Nggak, Mas! Nggak ada apa-apa, kok! Ayo, masuk!” ajakku mengalihkan. Namun, lelaki itu masih terpaku di tempatnya, menatapku dengan raut heran. Beberapa detik kemudian, ia juga mengikutiku masuk ke dalam ruang tamu dan duduk di sofa berseberangan denganku. “Ada apa, Vi?” tanyanya kemudian dengan nada pelan. Membuat aku luruh juga, tak mungkin lagi menyembunyikan keadaan ini pada calon suamiku sendiri. Sebuah permulaan yang didasari kebohongan tentu akan mendatangkan permasalahan di waktu mendatang. Lagia

  • Cinta Ipar Duda   Part 83. Persiapan Pernikahanku

    "Hai!" sapanya sambil membuka kaca mata hitam yang menutupi dua netranya itu pelan. Dua sudut bibirnya langsung merekah di rahang kokohnya. Namun, senyum itu seketika memudar seiring tatapannya yang makin lekat ke arahku. Dua netranya menyipit.“Kamu kenapa?” tanyanya heran. Aku menggeleng lemah sambil pura-pura mengalihkan wajah ke samping dan menghapus jejak air mata yang masih terasa basah di antara bulu mata.“Nggak, Mas! Nggak ada apa-apa, kok! Ayo, masuk!” ajakku mengalihkan. Namun, lelaki itu masih terpaku di tempatnya, menatapku dengan raut heran. Beberapa detik kemudian, ia juga mengikutiku masuk ke dalam ruang tamu dan duduk di sofa berseberangan denganku. “Ada apa, Vi?” tanyanya kemudian dengan nada pelan. Membuat aku luruh juga, tak mungkin lagi menyembunyikan keadaan ini pada calon suamiku sendiri. Sebuah permulaan yang didasari kebohongan tentu akan mendatangkan permasalahan di waktu mendatang. Lagia

  • Cinta Ipar Duda   Part 82. Pengakuan Mama

    “Ma!” ucapku tanpa menoleh pada Mama. “Mama kenal ‘kan sama Tante Widia Anggita? Putri tunggal Bapak Baskoro, teman SMA Mama dulu!” ucapku dengan nada dingin.Ada api benci yang tiba-tiba menjalar mengingat apa yang pernah Mama lakukan dulu, sehngga aku juga mendapatkan hal yang sama dalam hidupku ini. Namun, yang paling aku benci, aku tidak suka penjahat wanita itu ternyata mamaku. Aku benci mengingat rasa sakit yang Mama Mbak Venya rasakan dahulu. Aku benci mengingat kakakku yang baik itu sekian lama harus meredam rasa sakit karena orang yang kupanggil Mama ini.Tak ada jawaban yang bisa aku dengar dari mulut Mama. Hanya suara hening malam yang kian beranjak. Aku menoleh ke arah Mama, setelah beberapa detik jawaban yang kunanati tak kunjung ada. Kutatapi Mama yang terdiam dengan wajah terpekur ke lantai dengan wajah sendu. Aku ikut terpaku menatapnya.“Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Ada hubungan apa Mama sama Tante Wd

  • Cinta Ipar Duda   Part 81. Kejutan Mas Danny

    Usai menjaga Mbak Venya beberapa hari dan sempat juga menjaga bayinya di ruang rawat bayi, aku kembali ke rumah. Usaha yang telah hampir semnggu kutinggalkan tidak kuketahui lagi bagaimana perkembangannya. Kepulanganku ke kampung halaman yang sempat kuberitahukan pada Mama, ternyata juga diketahui oleh Mas Danny. Sesampai di rumah, aku sudah disambut dengan kehadirannya di ruang tamuku. Ia menatapku dengan wajah tenang. Seonggok undangan pernkahan telah tergeletak di atas meja tamuku. Aku menatapinya dengan keheranan .“Mas Danny?” tanyaku dengan langkah terhenti beberapa langkah dari pintu rumahku. Bayu yang langsung riang melihat kemunculan Mama di pintu pembatas ruang tamu dan ruang tengah, langsung saja melepaskan genggamanku. Ia memeluk Mama dengan hangat yang dibalas Mama dengan manis pula.“Sayang, cucu Oma. Oma kangen,” ucap Mama sambil memeluk Bayu. Kemudian membawa Bayu ke dalam, meninggalkan aku dan Mas Danny yang masih menatapku deng

  • Cinta Ipar Duda   Part 80. Aku Pulang

    “Vi, Mbak senang kamu masih di sini,” ucap Mbak Venya kala aku mendampinginya saat ia sudah berada di tempat yang baru. Ia mash terlihat lemah. Namun, beberapa selang sudah tidak terpasang di tubuhnya. Mas Dion duduk di sisi kanannya, sementara aku berada di sisi kiri. Ia tersenyum padaku kemudian pada Mas Dion.“Aku ingin Mbak cepat sembuh,” ujarku. Ia kembali tersenyum padaku. Mas Dion meraih jemarinya dan mengusap punggung tangan Mbak Venya.“Mengapa kamu selalu berusaha menyembunyikan semua dariku, Ve? Bukankah aku suamimu, aku berhak tahu tentang semuanya,” sela Mas Dion dengan tatapan penuh kasih. Mbak Venya kembali tersenyum.“Aku cuma tidak anak keberadaan anak kita terancam, Mas. Aku ingin bayi kita baik-baik saja,” sambungnya lagi. Mas Dion bangkit dari duduknya dan mengecup kening Mbak Venya hangat. Kemudian, kembali duduk di bangku yang ada di samping ranjang Mbak Venya. Mbak Venya memejamkan mata

  • Cinta Ipar Duda   Part 79. Pertengkaran Mas Danny dan Mas Dion

    Seorang lelaki berwajah tampan dan bertubuh tegap melangkah ke arahku dan Mas Dion. Lelaki yang ditemani wanita paruh baya itu berbelok dari persimpangan yang ada di belakangku. Ternyata ia melihatku ketika melangkah melintasi persimpangan itu. Karena ia berasal dari arah kiriku. Wajahnya terlihat menahan geram menatapku kemudian Mas Dion yang ada di sampingku. Sementara, wanita yang berjalan di sampingnya menatap dengan wajah tegang. Wanita itu bermata sembab dan berusaha menahan lengan lelak itu. Tanpa di duga, sebuah bogem mentah mendarat di pipi Mas Dion yang tetap menatapnya tenang.Aku terperanjat melihat hal itu. Demikian juga wanita yang ada di sebelahnya. Ia bahkan sempat berteriak ketika lelaki itu mendekat dan melayangkan sebuah pukulan di wajah Mas Dion. Seakan ingin menghentikan gerakan lelaki yang ada di sampingnya. Sementara, Bayu yang berada di sampingku juga tak luput dari keterkejutan. Ia terlihat ketakutan dan berbalik menyembunyikan wajah di tubuhku

DMCA.com Protection Status