Home / Romansa / Cinta Dalam Skandal / Bab 1 : Kesalahan Fatal

Share

Cinta Dalam Skandal
Cinta Dalam Skandal
Author: RibyNabe

Bab 1 : Kesalahan Fatal

Author: RibyNabe
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, Bitna menghirup dalam udara segar dari negara yang baru pertama kali dikunjunginya itu. Tatapannya langsung mengarah pada segerombolan orang-orang yang menjeritkan namanya dengan tatapan penuh puja. 

"Nana!"

"Kami mencintaimu!"

"Kamu sangat cantik!"

"Saranghae, Nana Eonni!

Bodyguard yang sudah siap menjaganya, dengan sigap segera menghadang para fans dari aktris terkenal asal negeri ginseng tersebut. Bitna lantas memakai kacamata hitamnya dan mulai melanjutkan langkahnya. Diikuti oleh manajer dan timnya yang lain. Sesekali ia melambaikan tangannya dan menundukkan kepalanya untuk membalas sapaan dari para fansnya. 

“Aku tidak menduga jika aku seterkenal ini di mancanegara,” bisik Bitna pada Dalmi, manajernya, dengan rasa bangga.

Dalmi tertawa kecil mendengarnya dan berkata, “Lebih seringlah membuka akun media sosialmu dan sapa fansmu, agar kamu mengetahuinya. Ini berkat film yang kamu bintangi terakhir kali.”

“Ternyata tidak hanya idol,” balas Bitna dengan gumaman. 

Netra Bitna menangkap segerombolan orang berpakaian jas berwarna hitam rapi dari kejauhan yang berlawanan arah darinya. Atensinya langsung jatuh pada seorang pria yang memimpin mereka di depannya. Ia memang tampan dan terlihat memiliki aura yang sama dengan yang dimiliki oleh CEO perusahaannya. Hanya dengan menatapnya dari kejauhan, entah untuk alasan apa, membuat jantung Bitna berdetak dua kali lebih cepat. Bitna menatapnya hingga ia bahkan melepas kacamatanya untuk bisa menatap pria itu langsung.

Ketika gerombolan pria tersebut sudah ada tepat di depannya, Bitna tanpa sadar mengatakan sesuatu sambil menghentikan langkahnya. “Tampan,“ gumam Bitna yang ditunjukkan pada pria tersebut.

“Ada apa denganmu?” Dalmi bertanya pada Bitna yang tiba-tiba saja berhenti.

Bitna segera tersadar dan menatap Dalmi yang sudah ada beberapa langkah di depannya. Untuk terakhir kalinya ia menatap pria tersebut dari belakang.

“Tidak ada,” jawab Bitna seraya melanjutkan langkahnya menyusul Dalmi.

“Permisi.” Tiba-tiba suara seorang pria terdengar dari belakang mereka yang membuat Bitna beserta rombongannya berhenti dan berbalik.

Dia adalah pria yang diperhatikan Bitna secara diam-diam sejak tadi. Dibalik sikap tenangnya, diam-diam Bitna mengutuk dirinya sendiri yang membuat kesalahan.

“Ya? Ada urusan apa, Tuan?” tanya Dalmi.

“Aku melihatnya terjatuh dari tanganmu,” ucap pria tersebut sembari mengulurkan sebuah gelang pada Bitna.

“Ah, ya, benar. Itu milik saya.” Bitna bahkan tidak menyadari jika gelang berharga miliknya itu sudah terjatuh dari tangannya karena terlalu fokus memperhatikan pria ini.

Pria tersebut meletakkan gelang yang ia pegang di telapak tangan Bitna yang terbuka. Sensasi aneh dirasakan Bitna ketika mereka bersentuhan secara tak sengaja.

“Terima kasih,” ucap Bitna setelah pria tersebut menarik tangannya kembali.

Ia segera berbalik dan melanjutkan langkahnya bersama rombongannya. Bitna menatap punggung tegapnya sampai tertutupi oleh orang-orang dibelakangnya. Jantungnya semakin berdegup dengan kencang setelah interaksi mereka.

“Ayo kita pergi, Bitna,” ajak Dalmi seraya berbalik dan melanjutkan langkahnya.

“Ayo, Eonni,” sahut Bitna yang segera mengikuti Dalmi.

Bitna, Dalmi, dan rombongan mereka melanjutkan perjalanan dengan mobil yang sudah menunggu mereka. Sebuah apartemen sudah dipersiapkan oleh perusahaan, sementara mereka menetap di Indonesia.

“Apa kita tidak tinggal di hotel?” tanya Bitna setelah sampai dan melihat-lihat seisi ruangan.

“Tuan CEO sudah menjelaskan padaku bahwa kita akan menetap cukup lama di Indonesia yang berpotensi selama bertahun-tahun. Semua keperluan kita sudah diurus oleh perusahaan," sahut Dalmi. 

“Selama itu?” tanya Bitna terkejut.

Dalmi tidak lagi menjawab karena sudah sibuk dengan barang-barangnya dan pikirannya yang lagi-lagi melamun. Semua ini seakan sudah dipersiapkan dengan matang dan dari jauh-jauh hari. CEO mereka benar-benar seolah berniat membuang mereka jauh dari Korea.

“Eonni … “ Bitna memanggilnya untuk bertanya lebih banyak.

“Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Hal yang terpenting adalah kita selesaikan pekerjaan ini sampai selesai. Acara pertamamu adalah besok malam, persiapkan dirimu saja. Di sana ada banyak orang-orang yang penting di negara ini,” jelas Dalmi seraya membawa kopernya ke dalam salah satu kamar.

Keesokan malamnya

Bitna melangkah masuk ke dalam ruangan yang sudah di dekor sempurna dengan langkah percaya diri. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengambil minuman dan memperhatikan sekelilingnya. Dalmi mengatakan bahwa dirinya hanya harus mengobrol seperti biasanya tanpa membuat masalah.

Suara seseorang yang terdengar lewat microphone, mengalihkan atensi para tamu secara serempak. Tak terkecuali dengan Bitna, yang saat itu juga tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Melihat pria yang dilihatnya di bandara kemarin saat ini berdiri di atas panggung.

"Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan semua yang sudah hadir di acara saya." Suara bariton khasnya mulai terdengar.

Bitna semakin terpesona padanya, meskipun pria itu mengucapkan kalimat-kalimat yang menurutnya sangat membosankan dalam pidato. Sampai setelah ia menutup pidato singkatnya dan mendapatkan banyak tepuk tangan, Bitna masih terhipnotis dengan pesonanya. Hingga pria tersebut turun dari panggung, Bitna baru tersadar.

“Dia terlihat luar biasa,” ucap Bitna bergumam. ‘Tentu saja dengan status keluarganya dia sudah terbiasa melakukannya.’ Bitna menambahkan di dalam batinnya.

Setelah kalimat singkat pidato yang diucapkan olehnya selesai, pesta membosankan ini pun akhirnya berjalan kembali. Bitna mulai mendekati gerombolan orang-orang berkelas ini untuk sekedar bercengkrama demi membangun citranya. Tentu saja dengan beberapa kali minum, yang entah sudah keberapa kalinya.

“Nona Bitna, apa saya benar?” sapa seorang pria yang tiba-tiba saja sudah ada di dekatnya.

“Ya, benar, Tuan pengembali gelang?” Bitna bertanya secara tidak langsung nama dari pria yang ia temui di bandara kemarin.

Pria di depannya tertawa dan mengulurkan tangannya seraya memperkenalkan dirinya, “Nama saya Kenzo.”

“Senang bertemu dengan Anda, Nona Bitna.” Bitna membalas uluran tangan

tersebut. 

Melihat sekali lagi dari dekat wajah pria yang diam-diam ia kagumi ini memang membuat Bitna semakin mengakui ketampanannya. Sikapnya yang kini Bitna lihat juga terasa sangat berbeda dengan saat pertemuan pertama mereka atau saat ia berpidato di atas panggung tadi. 

“Saya juga senang, Tuan Kenzo.” Setelah cukup lama berjabat tangan, Bitna melepaskan jabatan tangan mereka. 

“Maafkan saya,” ucap Kenzo terlihat canggung.

“Saya dengar, Anda yang mengadakan pesta indah ini? Terima kasih sudah mengundang saya, Tuan Kenzo.” Bitna segera kembali berbicara untuk menghilangkan kecanggungan Kenzo dalam Bahasa Indonesia. 

“Terima kasih juga atas pujiannya, Nona Bitna. Ngomong-ngomong, Bahasa Indonesia Anda cukup fasih, apa Anda berasal dari negara ini?” tanya Kenzo mengalihkan pembicaraan.

“Tidak, manajer saya yang memiliki darah Indonesia. Jadi, dia yang mengajari saya,” jawab Bitna yang diangguki Kenzo.

“Kalau begitu, saya pamit untuk menyapa tamu yang lainnya. Selamat menikmati pestanya.” Kenzo mulai berpamitan setelah berbincang sebentar dengan Bitna.

“Dengan senang hati,” sahut Bitna dengan senyum manis formalitasnyanya mengiringi kepergian Kenzo. 

Setelah Kenzo pergi, Bitna melepaskan senyum manis di wajahnya. Efek samping dari alkohol yang sejak tadi ia minum mulai terasa. Sesegera mungkin ia keluar dari ruangan, meninggalkan pesta tanpa diketahui siapapun.

Berjalan sempoyongan dalam keadaan yang sudah setengah sadar, Bitna masuk ke dalam lift dan menekan tombol lift terbawah. Ketika suara lift berbunyi menandakan jika lantai yang dituju oleh Bitna telah sampai, ia keluar dengan langkah yang masih sempoyongan. 

Matanya yang buram sama sekali tidak melihat meja resepsionis yang tadi ia lihat saat masuk ke dalam hotel. Yang dilihatnya hanya sebuah lorong panjang dan pintu-pintu kamar. Merasa jika ia salah menekan tombol, Bitna berbalik untuk kembali ke dalam lift.

Pandangannya kembali menangkap seseorang yang berjalan dari arah berlawanan ke arahnya. Ia menundukkan kepala, berharap tidak dikenali. Namun, tiba-tiba saja pria tersebut berhenti tepat di sampingnya dan menghentikan langkah Bitna dengan menahan tangannya.

Bitna yang berdiri tak seimbang memegang dinding di sampingnya untuk menahan tubuhnya. Ia lantas mendongak untuk menatap pria yang lebih tinggi darinya ini. Namun, belum sempat Bitna melihat, tanpa aba-aba, ia mencium bibir Bitna. Bahkan tangannya entah sejak kapan menarik pinggang Bitna membuat tubuh keduanya menempel sempurna.

Bitna masih belum bereaksi dengan apa yang baru saja terjadi. Entah karena rasa mabuk atau karena permainannya yang membuai, ia mulai terbawa oleh suasana dan perlahan membalas ciuman pria tersebut. Kepalanya kosong, tidak memikirkan apa akibat yang bisa terjadi dengan perbuatannya ini.

“Aku merindukanmu, Ariana.” Ditengah ciuman mereka, Bitna samar-samar mendengar suara pria tersebut.

‘Aku sepertinya pernah mendengar nama Ariana di suatu tempat?’

-

-

-

To be continued 

Related chapters

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 2 : Penyesalan Akhirnya Datang

    Kenzo berbaring di atas kasur sambil menatap layar ponselnya. Ibu jarinya menyentuh layar ponsel mahal nan canggih miliknya untuk terus menggulirnya ke bawah. Setelah habis berita yang dibacanya, ia mematikan ponsel miliknya dan menyimpannya ke atas meja nakas di sisi kasur. Tidak ada ekspresi apapun yang terlihat menggambarkan suasana hatinya setelah ia selesai membaca berita terheboh pagi ini. Tatapannya lantas mengarah pada seorang gadis yang masih terlelap nyenyak di sisinya, menggunakan selimut yang sama dengannya. Ia menatap wajah cantik yang tengah tertidur itu. Namanya dan nama dari gadis ini, dalam waktu singkat sudah menjadi urutan pertama dalam daftar pencarian di berbagai negara. Terutama Indonesia dan Korea. Di tengah lamunannya, ia menyadari kedua netra gadis ini bergerak pelan dengan alis yang mulai berkerut. Perlahan kedua mata indah itu mulai terbuka sempurna dan langsung menatap langit-langit ruangan. Sepertinya ia merasakan sakit di kepalanya karena ia langsung m

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 3 : Klarifikasi Kebenaran (?)

    "Apa kamu sudah mengetahui apa kesalahanmu?" tanya Dalmi yang saat ini tengah menyidang Bitna yang sudah duduk berlutut di bawahnya. Bitna menunduk dalam dan mengangguk sekali tanpa berani menjawab atau menatapnya. "Aku sudah memberitahumu dan menasehatimu ribuan kali, Bitna." Dalmi menyandarkan punggungnya dan menghela napas berat "A-aku …" "Tidak usah berbicara," potong Dalmi ketika Bitna baru saja mengatakan satu kata. Semua kantor berita gosip sibuk menayangkan Bitna dan pria pengusaha itu. Foto dan video itu sudah menyebar sejak semalam membuat hotel tempat pesta diadakan semakin penuh dengan wartawan yang sudah menunggu keduanya. Kemunculan dirinya yang keluar dari hotel pagi tadi seolah membenarkan berita yang tengah panas. "Apa kamu mengenal pria itu?" tanya Dalmi tiba-tiba. “Dia pria yang tidak sengaja berpapasan dengan kita di bandara dan pria yang sama dengan yang mengadakan pesta semalam. Hanya itu yang aku tau.” Bitna menjawab masih sambil menundukkan kepalanya.

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 4 : Semuanya Omong Kosong

    "Foto dan video yang beredar adalah benar kami berdua." Melihat ketegangan yang begitu terlihat di wajah Bitna, Kenzo lebih dulu berbicara. "Karena ini semua sudah tersebar, saya kira semuanya tidak perlu lagi disembunyikan," lanjut Kenzo yang mulai merasakan jika seseorang di sampingnya sudah tidak bisa mengendalikan eskpresinya lagi. "Saya dan Nona Bitna memang memiliki hubungan yang spesial." Kenzo berbicara kembali seraya menoleh ke arah Bitna yang sudah menatapnya dengan kernyitan di dahinya. “Kami sebenarnya belum meresmikan hubungan pertunangan kami karena satu dan dua hal masalah. Namun, saya sudah melamarnya. Kami sudah sejak lama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih." Ia kali ini menggenggam tangan Bitna dan berbicara dengan tatapan penuh kasih pada Bitna. Kenzo mendekatkan tangan Bitna pada bibirnya. Semakin di luar ekspektasi Bitna, pria itu mencium punggung tangannya dengan lembut. Untuk sesaat mereka mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh wa

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 5 : Kontrak Hubungan Dimulai

    "Apa alasanmu mengatakan semua omong kosong tadi pada wartawan?" tanya Bitna langsung tanpa berbasa-basi. Ia bahkan sudah tidak peduli dengan sikap sopan santun dan keformalan di antara mereka berdua. "Alasanku ... " Kenzo menggantungkan kalimatnya membuat Bitna menunggu dengan ekspresi wajah penasaran. Secara alami, Kenzo juga melakukan apa yang dilakukan Bitna. Kenzo terlihat begitu menikmati ekspresi wajah Bitna yang penuh keingintahuan. Jari kanannya yang semula mengetuk-ngetuk paha kanannya yang terlipat di atas paha kiri, ia tautkan dengan tangan kirinya. Bersamaan dengan ia menurunkan kaki kanannya dan mengubah posisi duduknya menjadi sedikit membungkuk. Kenzo menatap bergantian dari Bitna ke arah sofa kosong di depannya. Memberikan kode kepada gadis itu untuk duduk. "Ini akan menjadi pembicaraan yang panjang. Jadi, sebaiknya kamu duduk daripada menahan rasa pegal." Mendengar hal itu, Bitna tidak memiliki pilihan lain selain menurutinya. "Katakan," perintah Bitna begitu

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 6 : Seseorang yang Patah Hati

    'Bisa gila aku.' Bitna hanya bisa mengeluh di dalam batinnya ketika Dalmi langsung menodongnya dengan pertanyaan, begitu dirinya sampai. Setelah mengumumkan 'hubungannya' dengan Kenzo, ia belum mengetahui respon apa yang dikeluarkan oleh para fansnya. Namun, itu bukan menjadi satu-satunya masalah. Masalah lainnya adalah Dalmi, manajernya yang hampir 24 jam ada bersama dengannya, mana mungkin percaya dengan kepalsuan itu. Dalmi juga sudah mengenal dirinya selama hampir 5 tahun lamanya. "Cepat katakan yang sebenarnya, Bitna! Mana mungkin pria itu mau denganmu dan lagi kalian sampai bertunangan!" cerocos Dalmi kembali. "Eonni! Biar bagaimanapun, aku ini adalah seorang aktris cantik terkenal yang sedang naik daun. Kenapa dia tidak mau dengan gadis secantik diriku, huh?" balas Bitna ikut kesal dengan manajernya yang mendadak meremehkannya. "Itulah kenapa dia mau bersama denganmu? Kalian benar-benar sudah bertunangan?" Dalmi bertanya sekali lagi untuk kepastian. Bitna menatap Dalmi

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 7 : Memanfaatkan Atau Dimanfaatkan

    “Selamat pagi, Tuan,” sapa salah satu pegawai wanita pada Kenzo yang baru saja datang. “Selamat pagi,” balas Kenzo ramah dengan senyumannya sembari berlalu pergi. “Tuan Kenzo baru aja jawab sapaan gue!” serunya heboh pada teman yang berjalan di sisinya. “Jangan lupa, Tuan Kenzo itu tunangan Bitna yang terkenal itu, gak usah kegeeran!” timpal temannya itu sambil berdecak kesal. “I know! Gue seneng aja, akhirnya Tuan Kenzo nunjukkin kehangatannya lagi setelah sekian lama.” Wanita tersebut memberengut kesal. “Ya, sejak sahabat baiknya meninggal.” Salah satu pasang telinga yang mendengar percakapan mereka, hanya bisa terdiam tanpa berniat menegur atau memberikan respon apapun. Sampai di dalam ruangan, ia sama sekali tidak terlihat merasa terganggu dengan gosip-gosip karyawan tersebut sepanjang langkahnya. "... Nadine." "Nona Nadine!" panggil Kenzo cukup keras pada sekretarisnya yang sejak tadi sudah melamun. "Ah, maafkan saya, Tuan." Wanita itu terkesiap dan segera tersa

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 8 : Dingin dan Manis

    Kenzo kemarin baru saja mengatakan untuk merahasiakan ‘hubungan’ mereka dari siapapun. Itu artinya juga termasuk Dalmi di dalamnya, tapi Bitna sudah memberitahunya. Jika Kenzo mengetahui itu, apa yang akan menjadi reaksinya? Sekarang pria itu sudah berdiri di depan pintu, menatap keduanya bergantian menuntut jawaban. Bitna dan Dalmi tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut mereka dari wajah keduanya. Di dalam kepala mereka, keluar pertanyaan yang sama. Dari mana Kenzo mendengar pembicaraan mereka? “Sa-sayang, kamu sudah datang?” Bitna dengan kaku segera mengalihkan pembicaraan pada Kenzo. ‘Kumohon ikuti saja aku!’ Dalam batin, Bitna berharap Kenzo tidak memperpanjang pembicaraan tadi. “Ya, tentu saja aku harus datang sebentar untuk melihat tunanganku karena aku merindukannya.” Seolah mendengar harapan Bitna, Kenzo mengubah ekspresi wajahnya dan menimpali ucapan Bitna dengan senyum lembutnya. “Aku juga sudah merindukanmu,” balas Bitna. Bitna memang membalas senyuman Kenzo

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 9 : Belum Menyadarinya

    “Karena pemotretannya akan dimulai, kamu bisa pergi sekarang. Kamu juga pasti sibuk hari ini, tapi terima kasih sudah datang.” Bitna berhenti dan berdiri berhadapan dengan Kenzo, dengan lembut berbicara untuk saling berpamitan. ‘Kamu pasti terkejut dengan kemampuanku, kan?’ Dalam batin, Bitna bersorak puas ketika bisa melihat ekspresi wajah Kenzo yang terkejut? “Aku akan menjemputmu kalau sudah selesai bekerja dan mengajakmu pergi berkencan hari ini.” Bitna kali ini yang menampilkan ekspresi wajah terkejut. “Jangan terlalu terkejut karena sekarang aku adalah tunanganmu,” lanjutnya sembari tersenyum sampai matanya terpejam. “Ba-baiklah,” jawab Bitna gugup. Melihat senyum manis itu, jantungnya berdegup kencang. Cuaca di sekitarnya juga mendadak menjadi semakin panas. “Selama ini kamu sudah bekerja keras, kerja bagus.” Kenzo mengusap kepala Bitna lembut sebelum akhirnya menarik kepala itu dan mendekatkannya pada bibir pria itu, mendaratkan kecupan manis di sana. “Sampai jumpa

Latest chapter

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 100 : Akhir Karir Bitna ?

    Berbeda dengan hubungan jarak jauh mereka sebelumnya, kali ini justru Kenzo lebih sering menghubungi Ariana. Itu bagus karena Ariana memiliki motivasi tinggi. Namun, di sisi lain ia harus kerepotan karena Kenzo selalu menghubungi kapanpun tanpa mengingat waktu. Di saat Ariana bekerja, dirinya lah yang memegang ponsel Ariana. Sehingga mau tidak mau, atas permintaan aktrisnya juga, ia harus membalas pesan Kenzo. Setidaknya mengabari bagaimana kegiatannya. Maka ia juga harus membaca pesan masuk yang dikirimkan oleh pria itu. Sangat menjengkelkan. Meski tidak dipungkiri, Yohan juga terkadang mengirim pesan yang manis padanya. Untuk tahun-tahun awal atau saat peristiwa baru-baru itu terjadi, merupakan saat tersulit bahkan sangat sulit. Berbeda dengan saat Ariana terkena skandal waktu itu, Dalmi memanfaatkan keadaan yang juga bagus saat keretakan hubungan mereka berdua, dan membuat skandal antara Ariana dan Jin semakin bagus. Sekarang, keadaan sangat tidak bagus, tidak ada yang bisa dimanf

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 99 : Rencana Masa Depan

    Bagaimanapun juga, acara besar sekelas pemberian penghargaan formal itu pasti mendapatkan banyak sorotan karena disiarkan secara langsung. Termasuk Ariana di dalamnya yang mendapatkan penghargaan paling bergengsi. Semua warga sudah mengetahuinya dan mengetahui apa yang dibicarakan oleh wanita itu. Tentu saja keputusan itu memberikan dampak besar pada Ariana. Ia kali ini mendapatkan kecaman dari warga internet Korea, meski pendukungnya tidak kalah banyak. Ini pertama kalinya dalam sejarah, pemenang award paling bergengsi adalah sosok yang paling kontroversi. Banyak yang menyuarakan protesnya untuk membatalkan Ariana sebagai pemenang. Ditambah kehadiran Kenzo di acara tersebut yang mau tidak mau diketahui oleh para wartawan, menambahkan imej buruk pada namanya. Namun, di titik itu Ariana sama sekali tidak menyesal telah mengungkapkan semua rahasianya kepada publik. Ia merasa selama ini dirinya telah banyak berbohong pada fans-nya, karena itulah meski ia dibenci karena jujur, setidaknya

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 98 : Benar-benar Dirinya!

    “Aku melihat Kenzo di atas panggung, aku melihatnya dengan jelas. Tunggu sebentar, aku akan memastikan pada Chakra apa sebenarnya yang terjadi …” Ekspresi Dalmi berubah dan arah pandangannya juga berubah. Ia ditujukan kepada sosok yang ada di belakang Ariana pastinya. Ariana sudah menduga pasti ada seseorang di belakangnya. Ia membeku beberapa detik, tidak siap dengan siapa seseorang di belakangnya. Mungkin itu Chakra dan pandangannya yang melihat Kenzo salah sebab perasaan depresinya. Jika itu memang Chakra, entah kabar apa yang dibawanya sampai membawa pria itu kemari. Ariana perlahan dengan gerakan slow motion, berbalik menatap sosok di belakangnya. Beberapa detik Ariana terpaku kembali melihatnya, lagi-lagi tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Entah mengapa dan bagaimana hari ini bisa penuh dengan kejutan. “Hai, Cutie.” Suaranya bahkan sangat mirip. Ariana mundur beberapa langkah, masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Begitu juga dengan Dalmi. Sementara orang di seki

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 97 : Kejutan Tidak Terduga

    Ariana melangkah ke arah panggung dengan masih menjadi pusat atensi semua orang yang ada di sana. Ia mengingat semua pelajaran trainingnya, bagaimana seseorang berjalan agar terlihat percaya diri. Dari luar, ia memang telah terlihat seperti sosok yang penuh percaya diri, tapi berbagai macam pikiran memenuhi kepalanya. Pelajaran training, kabar Kenzo, kerja keras, dan sepanjang dirinya berkarir, semua berputar memenuhi kepalanya. Ariana menjadi sedikit merasa bersalah karena tidak merasa dirinya telah bekerja sangat keras sehingga pantas untuk sampai di titik ini dengan cepat. Namun, pada kenyataannya sekarang ia berada di atas panggung, menerima piala yang tidak pernah ia pegang sebelumnya, yang diberikan oleh pembawa acara tersebut. Tangannya sedikit berkeringat dan gemetar saat menyentuh piala tersebut. Ia menatap lama piala tersebut dan menyadari bahwa tidak ada sebuah kebanggaan atau kebahagiaan yang meluap-luap menyerupai euforia. Seharusnya ini adalah sesuatu yang selama ini men

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 96 : Tidak berekspektasi

    Korea Selatan memiliki sebuah acara nominasi penghargaan paling bergengsi untuk menghargai keunggulan dalam film, televisi, dan teaternya. Karena itulah acara ini diadakan setiap tahun untuk menghargai drama dan perfilman yang menghiasi layar kaca. Setiap setelah memerankan tokoh, para aktor dan aktris, khususnya yang masuk ke dalam kategori, akan menghadiri acara ini. Tidak hanya itu, tetapi juga para sutradara di dalamnya. Ariana sendiri termasuk di dalamnya karena ia telah memerankan drama yang cukup baik hingga mampu masuk ke dalam nominasi ini. Ini bukan pertama kalinya Ariana masuk ke dalam nominasi, tapi ini pertama kalinya Ariana masuk ke dalam kategori aktris terbaik yang akan menerima hadiah utama. Itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa di dalam karirnya yang akan menginjak usia 7 tahun. Baik Ariana maupun Dalmi tentu saja sangat bangga ketika mengetahui itu. Mereka, khususnya Dalmi yang lebih bersemangat, berharap bahwa Ariana lah yang akan memenangkan piala utama te

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 95 : Kehampaan

    Ketika mendengar pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh agensi, para pecinta drama tentu terkejut. Seperti biasa, pendapat condong ke dua orang. Banyak dukungan dan tak lepas juga kritik juga hujatan. Orang-orang yang menginginkan kejatuhan Ariana, seolah didukung oleh foto Ariana yang tiba-tiba tersebar saat berada di bandara hendak pergi ke Indonesia. Namun, foto itu terbantahkan karena kebenaran bahwa Ariana yang memang ada di apartemen saat dikunjungi. Ditambah dengan kesaksian kru drama, bahwa Ariana memang terlihat kurang sehat saat pertemuan terakhir mereka. Juga didukung oleh argumen bahwa tidak mungkin seseorang dengan cepat pergi ke luar negeri dan kembali lagi. Meski itu untuk berlibur sekalipun. Jadi, tetap ada banyak orang yang mendukung terus dan menunggu drama yang dibintanginya selesai. Satu minggu telah berlalu dan Ariana tentu kembali bekerja lagi sesuai jadwal yang telah diatur oleh Dalmi. Beberapa hari terakhir sebelum bekerja, Ariana mengurung diri terus menerus

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 94 : Kembali Lebih cepat

    Saat Ariana meninggalkan Dalmi begitu saja di rumah sakit, ia pergi ke hotel bersama barang bawaan mereka. Tidak sedikitpun ia merasa kesal, tapi justru sedikit merasa bersalah. Ia bukan tidak peduli atau tidak mau tahu pada masalah Ariana, mungkin karena ketakutannya pada masalah Ariana yang bisa berdampak pada pekerjaan. Pekerjaannya cukup berat belakangan, mereka baru saja memulai kembali. Jika semua hancur, ia jugalah yang bisa terkena imbasnya, bukan hanya Ariana. Tujuannya hanya ingin meminimalisir suatu hal buruk yang nanti bisa terjadi. Namun, karena emosi Ariana, ia salah menanggapi pada dirinya dan menganggap bahwa itu bentuk ketidakpedulian. Ariana mungkin berpikir bahwa sekarang yang hanya dipikirkan olehnya adalah pekerjaan dan karir Ariana. Tidak ada yang bisa dikerjakan oleh Dalmi selama satu hari penuh di hotel hari itu selain bekerja. Jadwal-jadwal Ariana yang tertunda, harus ditata ulang lebih dulu. Ia menduga jika mereka di sini akan satu minggu penuh, apalagi meng

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 93 : Pamit

    Setelah selesai dengan urusan mereka di penjara, keduanya berada di dalam mobil sekali lagi. Ariana meminta Chakra untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Kenzo. Ia belum juga menghubungi Dalmi yang ditinggalkannya begitu saja kemarin di rumah sakit. Chakra sudah mengetahui apa tujuan sebenarnya Ariana menemui mereka berdua. Melihat bagaimana reaksi Daris dan meluapkan amarahnya pada Nadine. Setidaknya Ariana tidak berbuat sesuatu yang naif dengan memaafkan Daris yang telah membunuh anggota keluarganya dan mencelakai pria yang dicintainya. Justru sekarang wanita itu tampak lebih baik sekarang daripada kemarin atau bahkan hari ini. Apalagi keputusan yang akan diambilnya selanjutnya? “Wartawan-wartawan itu sudah dipastikan tidak akan berani mendekati Kenzo, kan?” tanya Ariana memecah keheningan. “Iya, Nona, saya sudah mengurusnya.” Ariana mengangguk. “Aku tidak mau saat Kenzo beristirahat, dia terganggu oleh orang-orang yang haus akan berita gosip itu. Lakukan dengan tenang, jangan s

  • Cinta Dalam Skandal    Bab 92 : Terakhir Kalinya

    “Nona, apa Anda yakin dengan keputusan Anda?” Chakra berulang kali bertanya pertanyaan yang sama, meragukan apa yang ia dengar sekaligus keputusan Ariana. Ariana telah selesai bersiap dan membawa tasnya. Ia mengambil sepatu dan memakainya ketika hendak keluar rumah. “Apa perkataanku masih kurang jelas sejak tadi, Chakra? Antarkan aku ke tempat Om Daris dan sekretaris Kenzo.” Melihat bagaimana sekarang pembawaan Ariana yang telah lebih tenang daripada kemarin, Chakra bisa sedikit bernapas lega. Namun, apa yang akan dilakukan olehnya justru mengembalikkan emosi yang tidak stabil seperti kemarin wanita itu terguncang. Ia rasa menemui kedua penjahat itu sekaligus penyebab Kenzo ada di situasi ini, bukanlah keputusan yang bagus dan justru cenderung berat. Siapapun tidak akan sanggup bertemu atau bahkan melihat mereka. Alih-alih menghindari, Ariana justru ingin bertemu dengan mereka berdua. “Apalagi yang kamu tunggu, Chakra?” Tanpa sadar karena lamunan itu, Ariana telah mengganti sandaln

DMCA.com Protection Status