"Apa kamu sudah mengetahui apa kesalahanmu?" tanya Dalmi yang saat ini tengah menyidang Bitna yang sudah duduk berlutut di bawahnya. Bitna menunduk dalam dan mengangguk sekali tanpa berani menjawab atau menatapnya.
"Aku sudah memberitahumu dan menasehatimu ribuan kali, Bitna." Dalmi menyandarkan punggungnya dan menghela napas berat
"A-aku …"
"Tidak usah berbicara," potong Dalmi ketika Bitna baru saja mengatakan satu kata.
Semua kantor berita gosip sibuk menayangkan Bitna dan pria pengusaha itu. Foto dan video itu sudah menyebar sejak semalam membuat hotel tempat pesta diadakan semakin penuh dengan wartawan yang sudah menunggu keduanya. Kemunculan dirinya yang keluar dari hotel pagi tadi seolah membenarkan berita yang tengah panas.
"Apa kamu mengenal pria itu?" tanya Dalmi tiba-tiba.
“Dia pria yang tidak sengaja berpapasan dengan kita di bandara dan pria yang sama dengan yang mengadakan pesta semalam. Hanya itu yang aku tau.” Bitna menjawab masih sambil menundukkan kepalanya.
"Siapa dia memangnya?" tanya Bitna kemudian mendongak menatap Dalmi.
"Ini akan menjadi mudah jika ia hanya pengusaha biasa. Tetapi semua ini menjadi sulit karena bisa dikatakan, dia adalah orang penting nomor 2 setelah presiden di negara ini." Dalmi menjelaskan membuat Bitna melotot terkejut.
"Orang nomor 2 setelah presiden?! Sepenting itukah?" tanya Bitna dengan nada terkejut tidak percaya. Dalmi hanya mengangguk tanpa bersuara kembali.
Dalmi menyerah untuk mengatasi hal ini, setelah mengetahui siapa sebenarnya pria tersebut. Ini sudah dipastikan tidak akan mudah untuk menyuapnya sebab kekuasaannya yang melebihi Bitna atau perusahaan mereka sendiri. Dalmi berpikir mungkin ini menjadi salah satu alasan CEO nya belum menghubungi mereka sama sekali. Dalmi akhirnya mau tak mau lebih dulu menghubunginya untuk meminta solusi akan masalah ini. Hasilnya adalah sama dengan apa yang dipikirkan olehnya. Bitna harus berbicara dengan pria itu untuk mengadakan konferensi.
"Apa yang akan terjadi setelah ini, Eonni? Bagaimana dengan karirku?" tanya Bitna mulai cemas.
"Agensi sudah bertindak lebih cepat untuk meredam publik dengan permintaan maaf di media sosial," jawab Dalmi. Ekspresi wajah Bitna masih belum membaik meski sudah mendengar apa yang dikatakan dirinya.
"Tidak ada pilihan lain selain berbicara padanya untuk memberikan kejelasan yang sebenarnya pada media. Tentu saja ini tidak akan mudah. Namun, itu adalah pilihan terbaik saat ini. Mungkin kamu akan kesulitan mendapatkan kepercayaan lagi dari para fans setelah ini. Atau lebih buruk, kamu akan kehilangan segalanya. Semua pilihan tetap akan merugikan dirimu, meski kamu tidak salah sekalipun." Lagi-lagi penjelasan Dalmi tidak membuat Bitna merasa lebih baik.
"Aku akan mencari cara agar bisa bertemu dengannya," ujar Dalmi mencoba menghibur Bitna.
"Bersihkan dirimu dan beristirahatlah," perintah Dalmi kemudian.
"Tu-tunggu, Eonni." Ketika Bitna hendak menuruti apa yang dikatakan oleh Dalmi, ia mengingat apa yang dikatakan oleh Kenzo sebelum pergi meninggalkannya.
"Ada apa?" tanya Dalmi yang tidak dijawab oleh Bitna. Ia justru segera membuka tasnya.
"Ada!" seru Bitna tiba-tiba.
"Ada apa?" tanya Dalmi sekali lagi.
"Kenzo Abrissam Gandara?" Bitna bergumam yang masih dapat didengar oleh Dalmi.
"Ya, nama pria itu adalah Kenzo Abrissam Gandara, Ketua Direktur dari Perusahaan Haritala Group yang menjadi penyumbang besar kenaikan perekonomian di Indonesia. Sepertinya ia memiliki usia yang tak jauh denganmu." Jawaban Dalmi kali ini mendapat respon keterkejutan dari Bitna.
Ia memang sudah menduga jika pria itu bukan pria sembarangan, tetapi ia tidak mengira jika Kenzo seluar biasa itu. Kalau saja ia bukan pria brengsek. Memikirkan itu membuat Bitna berhenti mengaguminya.
"Lalu apa yang kamu katakan tadi? Apa yang ada?" tanya Dalmi kembali.
"Ada kartu namanya," jawab Bitna sambil memberikan kartu nama yang dipegangnya.
"Bagus!” seru Dalmi seraya mengambil kartu nama tersebut.
"Te-tetapi …" Suara Bitna terdengar ragu.
"Tidak ada pilihan lain, jika kamu benar-benar ingin menyelamatkan karirmu." Dalmi menjawab sebelum Bitna membantah.
"Baiklah," timpal Bitna yang akhirnya pasrah.
Keesokan harinya
"Apa? Se-sekarang juga?!" tanya Dalmi terkejut dan menaikkan nada suaranya, mendengar jawaban dari pria di depannya yang terlihat lebih muda darinya ini, selesai dirinya mengutarakan maksud kedatangannya.
Bitna yang sejak tadi hanya menunduk dan meremas jarinya yang berkeringat, seketika mengangkat kepalanya dan langsung bersitatap dengan kedua netra Kenzo yang juga tengah menatapnya. Ia tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya lagi. Padahal ia sudah mempersiapkan diri untuk berlutut dan memohon sekaligus melakukan permintaan maaf pada pria di depannya.
"Tu-tuan Kenzo, kami memang ingin menyelesaikan ini dengan segera, tetapi apa Anda benar-benar akan melakukannya sekarang? Maksud saya, kami tidak apa jika harus menunggu karena kami mengerti bahwa Anda sangat sibuk." Dalmi segera memperjelas apa yang ia maksud untuk tidak menimbulkan kesalahpahaman.
"Sekretaris saya sudah mengurus semuanya. Saya juga ingin segera menyelesaikan ini karena saya tidak memiliki banyak waktu. Bukankah lebih cepat akan lebih baik?" Kenzo memutar pertanyaan pada Dalmi yang terlihat masih tidak percaya padanya yang akan melakukan konferensi pers sekarang juga.
"Kalau begitu, mari kita pergi sekarang karena kita tidak memiliki waktu lagi." Belum selesai dengan itu, Kenzo kembali mengejutkan kedua wanita yang baru saja sampai di depannya ini.
"Ba-baiklah, itu bagus." Dalmi benar-benar tidak menduga bahwa ini semua akan begitu mudahnya.
"Ayo, Nona Bitna,” ajak Kenzo seraya menarik pinggang Bitna untuk mendekat padanya yang membuat gadis itu serta manajernya semakin terkejut. Namun, mereka tidak memiliki kesempatan untuk bertanya apapun.
Begitu sampai di dalam ruang konferensi, kedatangan Bitna dan Kenzo membuat suasana semakin riuh. Mereka dengan sigap segera menghujani keduanya dengan cahaya flash, melihat kedatangan Kenzo dan Bitna yang terlihat mesra. Seakan menunjukkan jika diantara mereka memang ada suatu hubungan khusus.
Kenzo menarik kursi untuk Bitna yang terlihat jelas jika ia tengah kebingungan dengan sikap pria itu padanya. Namun, ia tetap tak bisa bertanya padanya di situasi seperti ini. Ia hanya bisa menerima semuanya, meski mengetahui jika ini akan mempersulit klarifikasi.
“Santai saja, kendalikan ekspresi wajahmu,” bisik Kenzo setelah pria itu duduk di sampingnya. Tanpa diperintah, Bitna sudah melakukan apa yang dikatakan Kenzo.
"Tuan Kenzo, apa foto dan video Anda dengan Nona Bitna yang tersebar adalah benar?"
"Apa hubungan Anda dengan Nona Bitna?"
"Nona Bitna, apa benar jika Anda hanya memanfaatkan situasi dan status Tuan Kenzo untuk kesuksesan karir Anda?"
"Di Korea, rumor mengenai CEO perusahaan Anda yang membantu Anda untuk sukses itu, apa rumor tersebut benar?"
Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada Bitna mulai terasa tak nyaman baginya. Perasaan tenang sebelumnya itu tampaknya hanya sebentar karena setelah mendengar apa yang ditanyakan oleh wartawan membuat nyali Bitna menciut. Namun, bagaimanapun, dirinya harus tetap tegak dan menghadapi ini semua. Bitna berdehem sebentar, sebelum akhirnya duduk mendekati microphone untuk mulai menjawab pertanyaan.
"Foto dan video yang beredar adalah benar kami berdua." Kenzo lebih dulu memulai sebelum Bitna sempat angkat suara.
"Karena ini semua sudah tersebar, saya kira semuanya tidak perlu lagi disembunyikan," lanjut Kenzo.
Bitna mulai merasa aneh dengan apa yang dikatakan oleh pria di sampingnya. Namun, ia masih menutupinya dengan senyumnya yang alami.
"Saya dan Nona Bitna memang memiliki hubungan yang spesial." Perkataan Kenzo semakin membuat dahi Bitna menyerngit. Ia lantas menoleh pada Kenzo.
“Kami sebenarnya belum meresmikan hubungan pertunangan kami karena satu dan dua hal masalah. Namun, saya sudah melamarnya. Kami sudah sejak lama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih." Selesai dengan klarifikasi Kenzo, rentetan pertanyaan semakin terdengar. Cahaya flash semakin brutal menyorot ke arah keduanya.
Bitna mendekat ke arah wajah Kenzo. Sambil tetap mempertahankan senyumnya, ia berbisik pelan, “Apa semua omong kosong yang Anda katakan ini?”
-
-
-
To be continued
"Foto dan video yang beredar adalah benar kami berdua." Melihat ketegangan yang begitu terlihat di wajah Bitna, Kenzo lebih dulu berbicara. "Karena ini semua sudah tersebar, saya kira semuanya tidak perlu lagi disembunyikan," lanjut Kenzo yang mulai merasakan jika seseorang di sampingnya sudah tidak bisa mengendalikan eskpresinya lagi. "Saya dan Nona Bitna memang memiliki hubungan yang spesial." Kenzo berbicara kembali seraya menoleh ke arah Bitna yang sudah menatapnya dengan kernyitan di dahinya. “Kami sebenarnya belum meresmikan hubungan pertunangan kami karena satu dan dua hal masalah. Namun, saya sudah melamarnya. Kami sudah sejak lama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih." Ia kali ini menggenggam tangan Bitna dan berbicara dengan tatapan penuh kasih pada Bitna. Kenzo mendekatkan tangan Bitna pada bibirnya. Semakin di luar ekspektasi Bitna, pria itu mencium punggung tangannya dengan lembut. Untuk sesaat mereka mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh wa
"Apa alasanmu mengatakan semua omong kosong tadi pada wartawan?" tanya Bitna langsung tanpa berbasa-basi. Ia bahkan sudah tidak peduli dengan sikap sopan santun dan keformalan di antara mereka berdua. "Alasanku ... " Kenzo menggantungkan kalimatnya membuat Bitna menunggu dengan ekspresi wajah penasaran. Secara alami, Kenzo juga melakukan apa yang dilakukan Bitna. Kenzo terlihat begitu menikmati ekspresi wajah Bitna yang penuh keingintahuan. Jari kanannya yang semula mengetuk-ngetuk paha kanannya yang terlipat di atas paha kiri, ia tautkan dengan tangan kirinya. Bersamaan dengan ia menurunkan kaki kanannya dan mengubah posisi duduknya menjadi sedikit membungkuk. Kenzo menatap bergantian dari Bitna ke arah sofa kosong di depannya. Memberikan kode kepada gadis itu untuk duduk. "Ini akan menjadi pembicaraan yang panjang. Jadi, sebaiknya kamu duduk daripada menahan rasa pegal." Mendengar hal itu, Bitna tidak memiliki pilihan lain selain menurutinya. "Katakan," perintah Bitna begitu
'Bisa gila aku.' Bitna hanya bisa mengeluh di dalam batinnya ketika Dalmi langsung menodongnya dengan pertanyaan, begitu dirinya sampai. Setelah mengumumkan 'hubungannya' dengan Kenzo, ia belum mengetahui respon apa yang dikeluarkan oleh para fansnya. Namun, itu bukan menjadi satu-satunya masalah. Masalah lainnya adalah Dalmi, manajernya yang hampir 24 jam ada bersama dengannya, mana mungkin percaya dengan kepalsuan itu. Dalmi juga sudah mengenal dirinya selama hampir 5 tahun lamanya. "Cepat katakan yang sebenarnya, Bitna! Mana mungkin pria itu mau denganmu dan lagi kalian sampai bertunangan!" cerocos Dalmi kembali. "Eonni! Biar bagaimanapun, aku ini adalah seorang aktris cantik terkenal yang sedang naik daun. Kenapa dia tidak mau dengan gadis secantik diriku, huh?" balas Bitna ikut kesal dengan manajernya yang mendadak meremehkannya. "Itulah kenapa dia mau bersama denganmu? Kalian benar-benar sudah bertunangan?" Dalmi bertanya sekali lagi untuk kepastian. Bitna menatap Dalmi
“Selamat pagi, Tuan,” sapa salah satu pegawai wanita pada Kenzo yang baru saja datang. “Selamat pagi,” balas Kenzo ramah dengan senyumannya sembari berlalu pergi. “Tuan Kenzo baru aja jawab sapaan gue!” serunya heboh pada teman yang berjalan di sisinya. “Jangan lupa, Tuan Kenzo itu tunangan Bitna yang terkenal itu, gak usah kegeeran!” timpal temannya itu sambil berdecak kesal. “I know! Gue seneng aja, akhirnya Tuan Kenzo nunjukkin kehangatannya lagi setelah sekian lama.” Wanita tersebut memberengut kesal. “Ya, sejak sahabat baiknya meninggal.” Salah satu pasang telinga yang mendengar percakapan mereka, hanya bisa terdiam tanpa berniat menegur atau memberikan respon apapun. Sampai di dalam ruangan, ia sama sekali tidak terlihat merasa terganggu dengan gosip-gosip karyawan tersebut sepanjang langkahnya. "... Nadine." "Nona Nadine!" panggil Kenzo cukup keras pada sekretarisnya yang sejak tadi sudah melamun. "Ah, maafkan saya, Tuan." Wanita itu terkesiap dan segera tersa
Kenzo kemarin baru saja mengatakan untuk merahasiakan ‘hubungan’ mereka dari siapapun. Itu artinya juga termasuk Dalmi di dalamnya, tapi Bitna sudah memberitahunya. Jika Kenzo mengetahui itu, apa yang akan menjadi reaksinya? Sekarang pria itu sudah berdiri di depan pintu, menatap keduanya bergantian menuntut jawaban. Bitna dan Dalmi tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut mereka dari wajah keduanya. Di dalam kepala mereka, keluar pertanyaan yang sama. Dari mana Kenzo mendengar pembicaraan mereka? “Sa-sayang, kamu sudah datang?” Bitna dengan kaku segera mengalihkan pembicaraan pada Kenzo. ‘Kumohon ikuti saja aku!’ Dalam batin, Bitna berharap Kenzo tidak memperpanjang pembicaraan tadi. “Ya, tentu saja aku harus datang sebentar untuk melihat tunanganku karena aku merindukannya.” Seolah mendengar harapan Bitna, Kenzo mengubah ekspresi wajahnya dan menimpali ucapan Bitna dengan senyum lembutnya. “Aku juga sudah merindukanmu,” balas Bitna. Bitna memang membalas senyuman Kenzo
“Karena pemotretannya akan dimulai, kamu bisa pergi sekarang. Kamu juga pasti sibuk hari ini, tapi terima kasih sudah datang.” Bitna berhenti dan berdiri berhadapan dengan Kenzo, dengan lembut berbicara untuk saling berpamitan. ‘Kamu pasti terkejut dengan kemampuanku, kan?’ Dalam batin, Bitna bersorak puas ketika bisa melihat ekspresi wajah Kenzo yang terkejut? “Aku akan menjemputmu kalau sudah selesai bekerja dan mengajakmu pergi berkencan hari ini.” Bitna kali ini yang menampilkan ekspresi wajah terkejut. “Jangan terlalu terkejut karena sekarang aku adalah tunanganmu,” lanjutnya sembari tersenyum sampai matanya terpejam. “Ba-baiklah,” jawab Bitna gugup. Melihat senyum manis itu, jantungnya berdegup kencang. Cuaca di sekitarnya juga mendadak menjadi semakin panas. “Selama ini kamu sudah bekerja keras, kerja bagus.” Kenzo mengusap kepala Bitna lembut sebelum akhirnya menarik kepala itu dan mendekatkannya pada bibir pria itu, mendaratkan kecupan manis di sana. “Sampai jumpa
Tepat pukul 7 malam, Kenzo sudah berdiri bersandar pada cup mobilnya, di tempat terakhir kali ia menjemput Bitna di hari kencan mereka. Hari ini adalah hari yang disepakati keduanya untuk pergi berkencan seperti biasanya. Tak berselang lama ia menunggu, suara seseorang yang mengobrol dengan Bahasa Korea, terdengar di telinga Kenzo. Mengenali suara tersebut, Kenzo menoleh dan mendapati Bitna yang berjalan bersama Dalmi ke arah mobil van yang terparkir tepat di samping mobilnya. “Hai,” sapa Kenzo setelah mendekat pada mereka, lebih tepatnya pada Bitna. “Bagaimana pekerjaanmu hari ini?” tanya Kenzo pada Bitna sembari merangkul mesra pinggangnya dan mengecup sekilas dahinya. Mendapat perlakuan seperti itu yang tiba-tiba, mengundang semburat merah muda alami di pipi putihnya yang kontras. Mengingat hanya ada mereka bertiga disini, Bitna bergerak gelisah untuk melepaskan diri dari Kenzo. Itu dilakukan demi dirinya sendiri yang terkadang tiba-tiba tidak bisa berpikir rasional di hadapa
“Saat aku menceritakan sedikit tentang tempat wisata di sini tepat di hari pertama kami tiba, ia sangat bersemangat untuk mulai menjelajahi semua tempat wisata. Tapi kini dia bermalas-malasan di atas kasur pada hari liburnya seolah semua yang ia katakan beberapa waktu lalu itu tidak pernah ada.” Dalmi berbicara lewat telpon sambil memperhatikan setiap gerak gerik Bitna lewat celah pintu yang terbuka. “Sungguh? Anak itu yang sangat senang mengenal tempat-tempat baru dan selalu mengeluh karena padatnya jadwal?” tanya seseorang di seberang telpon dengan nada setengah tidak percaya. “Aku mengatakan yang sebenarnya! Kalau tidak percaya, akan ku kirim fotonya.” Dalmi menjauhkan ponselnya dari telinga dan beberapa kali memotret Bitna diam-diam. “Kamu lihat, Yohan?! Aku mengatakan yang sebenarnya!” seru Dalmi setelah memberikan buktinya. “Sebenarnya apa yang terjadi di sana, Dalmi?” tanya Yohan. “Itu akan menjadi cerita yang sangat panjang. Aku tidak bisa membicarakannya di sini bah
Berbeda dengan hubungan jarak jauh mereka sebelumnya, kali ini justru Kenzo lebih sering menghubungi Ariana. Itu bagus karena Ariana memiliki motivasi tinggi. Namun, di sisi lain ia harus kerepotan karena Kenzo selalu menghubungi kapanpun tanpa mengingat waktu. Di saat Ariana bekerja, dirinya lah yang memegang ponsel Ariana. Sehingga mau tidak mau, atas permintaan aktrisnya juga, ia harus membalas pesan Kenzo. Setidaknya mengabari bagaimana kegiatannya. Maka ia juga harus membaca pesan masuk yang dikirimkan oleh pria itu. Sangat menjengkelkan. Meski tidak dipungkiri, Yohan juga terkadang mengirim pesan yang manis padanya. Untuk tahun-tahun awal atau saat peristiwa baru-baru itu terjadi, merupakan saat tersulit bahkan sangat sulit. Berbeda dengan saat Ariana terkena skandal waktu itu, Dalmi memanfaatkan keadaan yang juga bagus saat keretakan hubungan mereka berdua, dan membuat skandal antara Ariana dan Jin semakin bagus. Sekarang, keadaan sangat tidak bagus, tidak ada yang bisa dimanf
Bagaimanapun juga, acara besar sekelas pemberian penghargaan formal itu pasti mendapatkan banyak sorotan karena disiarkan secara langsung. Termasuk Ariana di dalamnya yang mendapatkan penghargaan paling bergengsi. Semua warga sudah mengetahuinya dan mengetahui apa yang dibicarakan oleh wanita itu. Tentu saja keputusan itu memberikan dampak besar pada Ariana. Ia kali ini mendapatkan kecaman dari warga internet Korea, meski pendukungnya tidak kalah banyak. Ini pertama kalinya dalam sejarah, pemenang award paling bergengsi adalah sosok yang paling kontroversi. Banyak yang menyuarakan protesnya untuk membatalkan Ariana sebagai pemenang. Ditambah kehadiran Kenzo di acara tersebut yang mau tidak mau diketahui oleh para wartawan, menambahkan imej buruk pada namanya. Namun, di titik itu Ariana sama sekali tidak menyesal telah mengungkapkan semua rahasianya kepada publik. Ia merasa selama ini dirinya telah banyak berbohong pada fans-nya, karena itulah meski ia dibenci karena jujur, setidaknya
“Aku melihat Kenzo di atas panggung, aku melihatnya dengan jelas. Tunggu sebentar, aku akan memastikan pada Chakra apa sebenarnya yang terjadi …” Ekspresi Dalmi berubah dan arah pandangannya juga berubah. Ia ditujukan kepada sosok yang ada di belakang Ariana pastinya. Ariana sudah menduga pasti ada seseorang di belakangnya. Ia membeku beberapa detik, tidak siap dengan siapa seseorang di belakangnya. Mungkin itu Chakra dan pandangannya yang melihat Kenzo salah sebab perasaan depresinya. Jika itu memang Chakra, entah kabar apa yang dibawanya sampai membawa pria itu kemari. Ariana perlahan dengan gerakan slow motion, berbalik menatap sosok di belakangnya. Beberapa detik Ariana terpaku kembali melihatnya, lagi-lagi tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Entah mengapa dan bagaimana hari ini bisa penuh dengan kejutan. “Hai, Cutie.” Suaranya bahkan sangat mirip. Ariana mundur beberapa langkah, masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Begitu juga dengan Dalmi. Sementara orang di seki
Ariana melangkah ke arah panggung dengan masih menjadi pusat atensi semua orang yang ada di sana. Ia mengingat semua pelajaran trainingnya, bagaimana seseorang berjalan agar terlihat percaya diri. Dari luar, ia memang telah terlihat seperti sosok yang penuh percaya diri, tapi berbagai macam pikiran memenuhi kepalanya. Pelajaran training, kabar Kenzo, kerja keras, dan sepanjang dirinya berkarir, semua berputar memenuhi kepalanya. Ariana menjadi sedikit merasa bersalah karena tidak merasa dirinya telah bekerja sangat keras sehingga pantas untuk sampai di titik ini dengan cepat. Namun, pada kenyataannya sekarang ia berada di atas panggung, menerima piala yang tidak pernah ia pegang sebelumnya, yang diberikan oleh pembawa acara tersebut. Tangannya sedikit berkeringat dan gemetar saat menyentuh piala tersebut. Ia menatap lama piala tersebut dan menyadari bahwa tidak ada sebuah kebanggaan atau kebahagiaan yang meluap-luap menyerupai euforia. Seharusnya ini adalah sesuatu yang selama ini men
Korea Selatan memiliki sebuah acara nominasi penghargaan paling bergengsi untuk menghargai keunggulan dalam film, televisi, dan teaternya. Karena itulah acara ini diadakan setiap tahun untuk menghargai drama dan perfilman yang menghiasi layar kaca. Setiap setelah memerankan tokoh, para aktor dan aktris, khususnya yang masuk ke dalam kategori, akan menghadiri acara ini. Tidak hanya itu, tetapi juga para sutradara di dalamnya. Ariana sendiri termasuk di dalamnya karena ia telah memerankan drama yang cukup baik hingga mampu masuk ke dalam nominasi ini. Ini bukan pertama kalinya Ariana masuk ke dalam nominasi, tapi ini pertama kalinya Ariana masuk ke dalam kategori aktris terbaik yang akan menerima hadiah utama. Itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa di dalam karirnya yang akan menginjak usia 7 tahun. Baik Ariana maupun Dalmi tentu saja sangat bangga ketika mengetahui itu. Mereka, khususnya Dalmi yang lebih bersemangat, berharap bahwa Ariana lah yang akan memenangkan piala utama te
Ketika mendengar pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh agensi, para pecinta drama tentu terkejut. Seperti biasa, pendapat condong ke dua orang. Banyak dukungan dan tak lepas juga kritik juga hujatan. Orang-orang yang menginginkan kejatuhan Ariana, seolah didukung oleh foto Ariana yang tiba-tiba tersebar saat berada di bandara hendak pergi ke Indonesia. Namun, foto itu terbantahkan karena kebenaran bahwa Ariana yang memang ada di apartemen saat dikunjungi. Ditambah dengan kesaksian kru drama, bahwa Ariana memang terlihat kurang sehat saat pertemuan terakhir mereka. Juga didukung oleh argumen bahwa tidak mungkin seseorang dengan cepat pergi ke luar negeri dan kembali lagi. Meski itu untuk berlibur sekalipun. Jadi, tetap ada banyak orang yang mendukung terus dan menunggu drama yang dibintanginya selesai. Satu minggu telah berlalu dan Ariana tentu kembali bekerja lagi sesuai jadwal yang telah diatur oleh Dalmi. Beberapa hari terakhir sebelum bekerja, Ariana mengurung diri terus menerus
Saat Ariana meninggalkan Dalmi begitu saja di rumah sakit, ia pergi ke hotel bersama barang bawaan mereka. Tidak sedikitpun ia merasa kesal, tapi justru sedikit merasa bersalah. Ia bukan tidak peduli atau tidak mau tahu pada masalah Ariana, mungkin karena ketakutannya pada masalah Ariana yang bisa berdampak pada pekerjaan. Pekerjaannya cukup berat belakangan, mereka baru saja memulai kembali. Jika semua hancur, ia jugalah yang bisa terkena imbasnya, bukan hanya Ariana. Tujuannya hanya ingin meminimalisir suatu hal buruk yang nanti bisa terjadi. Namun, karena emosi Ariana, ia salah menanggapi pada dirinya dan menganggap bahwa itu bentuk ketidakpedulian. Ariana mungkin berpikir bahwa sekarang yang hanya dipikirkan olehnya adalah pekerjaan dan karir Ariana. Tidak ada yang bisa dikerjakan oleh Dalmi selama satu hari penuh di hotel hari itu selain bekerja. Jadwal-jadwal Ariana yang tertunda, harus ditata ulang lebih dulu. Ia menduga jika mereka di sini akan satu minggu penuh, apalagi meng
Setelah selesai dengan urusan mereka di penjara, keduanya berada di dalam mobil sekali lagi. Ariana meminta Chakra untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Kenzo. Ia belum juga menghubungi Dalmi yang ditinggalkannya begitu saja kemarin di rumah sakit. Chakra sudah mengetahui apa tujuan sebenarnya Ariana menemui mereka berdua. Melihat bagaimana reaksi Daris dan meluapkan amarahnya pada Nadine. Setidaknya Ariana tidak berbuat sesuatu yang naif dengan memaafkan Daris yang telah membunuh anggota keluarganya dan mencelakai pria yang dicintainya. Justru sekarang wanita itu tampak lebih baik sekarang daripada kemarin atau bahkan hari ini. Apalagi keputusan yang akan diambilnya selanjutnya? “Wartawan-wartawan itu sudah dipastikan tidak akan berani mendekati Kenzo, kan?” tanya Ariana memecah keheningan. “Iya, Nona, saya sudah mengurusnya.” Ariana mengangguk. “Aku tidak mau saat Kenzo beristirahat, dia terganggu oleh orang-orang yang haus akan berita gosip itu. Lakukan dengan tenang, jangan s
“Nona, apa Anda yakin dengan keputusan Anda?” Chakra berulang kali bertanya pertanyaan yang sama, meragukan apa yang ia dengar sekaligus keputusan Ariana. Ariana telah selesai bersiap dan membawa tasnya. Ia mengambil sepatu dan memakainya ketika hendak keluar rumah. “Apa perkataanku masih kurang jelas sejak tadi, Chakra? Antarkan aku ke tempat Om Daris dan sekretaris Kenzo.” Melihat bagaimana sekarang pembawaan Ariana yang telah lebih tenang daripada kemarin, Chakra bisa sedikit bernapas lega. Namun, apa yang akan dilakukan olehnya justru mengembalikkan emosi yang tidak stabil seperti kemarin wanita itu terguncang. Ia rasa menemui kedua penjahat itu sekaligus penyebab Kenzo ada di situasi ini, bukanlah keputusan yang bagus dan justru cenderung berat. Siapapun tidak akan sanggup bertemu atau bahkan melihat mereka. Alih-alih menghindari, Ariana justru ingin bertemu dengan mereka berdua. “Apalagi yang kamu tunggu, Chakra?” Tanpa sadar karena lamunan itu, Ariana telah mengganti sandaln