'Bisa gila aku.' Bitna hanya bisa mengeluh di dalam batinnya ketika Dalmi langsung menodongnya dengan pertanyaan, begitu dirinya sampai.
Setelah mengumumkan 'hubungannya' dengan Kenzo, ia belum mengetahui respon apa yang dikeluarkan oleh para fansnya. Namun, itu bukan menjadi satu-satunya masalah. Masalah lainnya adalah Dalmi, manajernya yang hampir 24 jam ada bersama dengannya, mana mungkin percaya dengan kepalsuan itu. Dalmi juga sudah mengenal dirinya selama hampir 5 tahun lamanya.
"Cepat katakan yang sebenarnya, Bitna! Mana mungkin pria itu mau denganmu dan lagi kalian sampai bertunangan!" cerocos Dalmi kembali.
"Eonni! Biar bagaimanapun, aku ini adalah seorang aktris cantik terkenal yang sedang naik daun. Kenapa dia tidak mau dengan gadis secantik diriku, huh?" balas Bitna ikut kesal dengan manajernya yang mendadak meremehkannya.
"Itulah kenapa dia mau bersama denganmu? Kalian benar-benar sudah bertunangan?" Dalmi bertanya sekali lagi untuk kepastian.
Bitna menatap Dalmi intens, kemudian melirik ke sekitarnya. Ia lantas mendekat ke arah Dalmi dan membisikkan sesuatu.
"Apa?! Si brengsek itu-"
"Ssst! Sudahlah, semua sudah terjadi." Bitna segera membungkam mulut Dalmi yang hendak mengeluarkan umpatan dan cacian yang bisa saja berlangsung selama berjam-jam.
"Jika kita mengetahui rencananya juga, kurasa Eonni akan menyetujuinya 100%. Ini bukan ide yang terlalu buruk, bukan hal aneh juga untuk seorang aktris menyembunyikan hubungan kencan mereka," lanjut Bitna kemudian dengan pelan.
"Hei, memangnya aku ini seorang manajer yang seperti apa?" tanya Dalmi tak terima.
Bitna tidak ingin menjawabnya lagi dan memperpanjang perdebatan ini. Ia beranjak dari duduknya dan melangkah masuk ke dalam kamar.
"Eonni ... " Tiba-tiba, Bitna mengeluarkan kepalanya saja dari arah kamar yang membuat Dalmi menoleh padanya.
"Tunanganku itu orang yang cukup berbahaya, lebih baik rahasiakan semua pembicaraan kita, ya?" Selesai mengatakannya, Bitna memasukkan kepalanya kembali dan menutup pintu kamar dengan cepat.
"Seolah dia benar-benar tunanganmu saja! Lagi-lagi, kau pikir aku manajer yang tidak bisa dipercaya?!" Dalmi mulai mencak-mencak di depan kamar Bitna masih kesal padanya.
"Dasar aktris kurang ajar! Menyebalkan sekali! Bagaimana pendapat para fansnya jika mengetahui kelakuan sebenarnya dari aktris yang mereka puja-puja itu?" umpat Dalmi kesal.
Sementara itu di Seoul, Korea Selatan.
Seorang pria paruh baya yang terlihat di usia kisaran lebih dari setengah abad itu, masih terlihat sehat dan bugar, duduk di kursi kebesarannya. Aura wibawa yang dimilikinya bahkan masih terasa kuat dirasakan oleh para pegawainya. Ia menatap fokus layar komputer di depannya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.
Brak!
Ditengah suara ketikan keyboard, tiba-tiba pintu ruangannya yang dibuka dari luar secara kasar menimbulkan suara yang cukup bising dan mengganggu. Namun, itu tidak cukup untuk membuat Song Jae Wook yang masih fokus bekerja, mengalihkan atensinya.
"Ayah!" seru seorang pemuda yang tadi membuka pintu dengan kasar dan masuk ke dalam ruangan Song Jae Wook. Diikuti oleh dua pria yang terlihat baru menyusulnya dan berusaha menahannya.
"Maaf, Tuan CEO. Tuan muda memaksa masuk." Salah satu petugas penjaga yang memegangi anak dari Song Jae Wook, berbicara dan menundukkan kepalanya yang diikuti oleh satu petugas lainnya.
"Lepaskan! Saya ingin berbicara dengan Tuan CEO, tidak, ayah saya." Pemuda tersebut memberontak dan berusaha melepaskan diri.
"Lepaskan dia," ucapnya pelan memberikan perintah sembari melepaskan kacamata yang dipakainya.
"Baik, Tuan." Kedua petugas penjaga pun melepaskan lengan sang pemuda dan keluar dari ruangan setelah menutup pintu.
"Duduklah," ucap Song Jae Wook kembali memerintah yang kali ini pada putranya.
"Ayah pasti sudah mengetahui apa maksud kedatanganku kemari," ujarnya tanpa berbasa-basi.
"Apa itu alasanmu membuat keributan disini, Jin? Apa hanya untuk itu?" tanya Song Jae Wook yang kali ini sepenuhnya fokus pada putranya yang dipanggilnya Jin.
"Kudengar, Ayah tidak ikut campur untuk skandal Bitna. Apa yang kudengar itu adalah benar?" Pemuda bernama Jin ini bertanya kembali untuk sebuah kepastian.
"Aku sudah memerintahkan mereka untuk mengeluarkan permintaan maaf atas apa yang terjadi," jawab Song Jae Wook santai.
"Lalu apa maksud omong kosong di berita hari ini? Bitna tidak mungkin memiliki hubungan dengan pria asing itu! Apa Ayah akan membiarkan aktris Ayah yang berharga terjerat skandal murahan seperti ini?!" Jin berbicara tiada henti hingga ia bernapas terengah-engah dan berakhir dengan ia menggebrak meja.
Untuk beberapa detik Song Jae Wook hanya terdiam. Ia kembali menjawab, "Aku sudah melakukan sesuatu untuknya. Dan kalau keputusannya adalah ini, aku bisa melakukan apa lagi jika dia tidak melanggar aturan?"
"Ayah mengetahui dengan benar jika Bitna tidak mungkin memiliki hubungan dengan seseorang tanpa mengatakannya pada kita. Dia juga mengetahui dengan jelas, apa konsekuensi dari seorang aktris yang baru saja naik daun seperti dia ketahuan berkencan. Aku juga mengetahui lebih dari siapapun seberapa besar cinta Bitna pada dunia hiburan," papar Jin dengan penuh penekanan.
"Meski begitu, Bitna juga pasti memiliki rahasia yang tidak ingin orang lain juga mengetahuinya, kan? Lalu apa masalahnya dengan berkencan bagi seorang aktris? Agensi kita tidak melarang aktris kita berkencan. Seperti yang kamu katakan juga, Bitna pasti sudah mengetahui dengan jelas apa konsekuensi dari berhubungan dengan seorang pria." Tak sedikit pun, Song Jae Wook mengubah ekspresi wajahnya yang terlihat sangat tenang. Bahkan sangat tenang seolah tidak peduli pada seseorang yang biasanya sangat ia banggakan.
"Jin, apa yang kamu bicarakan ini mengenai kekhawatiranmu pada karir Bitna, atau ketakutanmu kehilangan Bitna?" tanya Song Jae Wook kemudian.
"Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, silahkan keluar." Song Jae Wook kembali berkata seraya mengalihkan fokusnya pada komputer di depannya ketika putranya tidak mengatakan apapun lagi.
"Meski tidak ada aturan tertulis, bukankah itu memang ada karena menimbang keuntungan dan kerugian agensi bagi aktris-aktris seperti Bitna yang baru naik daun untuk berkencan?" tanya Jin.
"Di sini, siapa CEO itu? Kamu atau aku?" tunjuk Song Jae Wook pada dirinya dan Jin secara bergantian.
"A-ayah ... "
"Aku lebih dari mengetahui mana aktris yang akan menguntungkanku dan tidak. Jadi, Jin-"
"Bukankah Ayah mengatakan kepadaku akan mendukung hubunganku dengan Bitna? Bahkan akan menjaminnya untukku?" Jin memotong ucapan dari ayahnya, berbicara lebih jujur maksud dari semua ucapannya.
"Yaa ... itu dulu sebelum aku mengetahui Bitna memiliki kekasih. Namun, karena sekarang ia sudah memilikinya, aku tidak bisa melakukannya. Kamu juga mengetahui jika aku menyayangi sekaligus menghormati Bitna," jawab Song Jae Wook sambil mengangkat kedua bahunya.
"Siapa pria itu?" tanya Jin dengan intonasi suara yang rendah penuh penekanan yang menunjukkan kemarahan.
"Dia tunangan Bitna," sahut Song Jae Wook terdengar tak peduli.
"Ayah mengetahui dengan benar apa pertanyaanku!" bentak Jin.
"Kamu berani menekan ayahmu seperti ini, Song Ha Jin?" tanya Song Jae Wook yang kali ini juga ikut menekan putranya.
Jin akhirnya mengalihkan tatapannya dari sang ayah seraya menghela napas. Song Jae Wook mengetahui jika putranya saat ini sangat kecewa. Namun, ia juga tidak bisa melakukan apapun. Jika pun bisa, mungkin mereka lah yang akan selesai.
"Kamu akan mengetahuinya nanti, sekarang kembalilah bekerja. Kudengar kamu meninggalkan lokasi syutingmu untuk kemari," ucap Song Jae Wook ikut mengalihkan tatapannya dari Jin.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Song Ha Jin beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan ayahnya. Tak lupa menutup pintu dengan cara yang kasar. Tidak ada respon sama sekali dari Song Jae Wook akan kelakuan putranya.
Helaan napas keluar dari mulutnya, ia lantas bergumam, "Aku tidak menyangka jika anggota keluarga Bitna adalah orang-orang yang seperti itu."
-
-
-
To be continued
“Selamat pagi, Tuan,” sapa salah satu pegawai wanita pada Kenzo yang baru saja datang. “Selamat pagi,” balas Kenzo ramah dengan senyumannya sembari berlalu pergi. “Tuan Kenzo baru aja jawab sapaan gue!” serunya heboh pada teman yang berjalan di sisinya. “Jangan lupa, Tuan Kenzo itu tunangan Bitna yang terkenal itu, gak usah kegeeran!” timpal temannya itu sambil berdecak kesal. “I know! Gue seneng aja, akhirnya Tuan Kenzo nunjukkin kehangatannya lagi setelah sekian lama.” Wanita tersebut memberengut kesal. “Ya, sejak sahabat baiknya meninggal.” Salah satu pasang telinga yang mendengar percakapan mereka, hanya bisa terdiam tanpa berniat menegur atau memberikan respon apapun. Sampai di dalam ruangan, ia sama sekali tidak terlihat merasa terganggu dengan gosip-gosip karyawan tersebut sepanjang langkahnya. "... Nadine." "Nona Nadine!" panggil Kenzo cukup keras pada sekretarisnya yang sejak tadi sudah melamun. "Ah, maafkan saya, Tuan." Wanita itu terkesiap dan segera tersa
Kenzo kemarin baru saja mengatakan untuk merahasiakan ‘hubungan’ mereka dari siapapun. Itu artinya juga termasuk Dalmi di dalamnya, tapi Bitna sudah memberitahunya. Jika Kenzo mengetahui itu, apa yang akan menjadi reaksinya? Sekarang pria itu sudah berdiri di depan pintu, menatap keduanya bergantian menuntut jawaban. Bitna dan Dalmi tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut mereka dari wajah keduanya. Di dalam kepala mereka, keluar pertanyaan yang sama. Dari mana Kenzo mendengar pembicaraan mereka? “Sa-sayang, kamu sudah datang?” Bitna dengan kaku segera mengalihkan pembicaraan pada Kenzo. ‘Kumohon ikuti saja aku!’ Dalam batin, Bitna berharap Kenzo tidak memperpanjang pembicaraan tadi. “Ya, tentu saja aku harus datang sebentar untuk melihat tunanganku karena aku merindukannya.” Seolah mendengar harapan Bitna, Kenzo mengubah ekspresi wajahnya dan menimpali ucapan Bitna dengan senyum lembutnya. “Aku juga sudah merindukanmu,” balas Bitna. Bitna memang membalas senyuman Kenzo
“Karena pemotretannya akan dimulai, kamu bisa pergi sekarang. Kamu juga pasti sibuk hari ini, tapi terima kasih sudah datang.” Bitna berhenti dan berdiri berhadapan dengan Kenzo, dengan lembut berbicara untuk saling berpamitan. ‘Kamu pasti terkejut dengan kemampuanku, kan?’ Dalam batin, Bitna bersorak puas ketika bisa melihat ekspresi wajah Kenzo yang terkejut? “Aku akan menjemputmu kalau sudah selesai bekerja dan mengajakmu pergi berkencan hari ini.” Bitna kali ini yang menampilkan ekspresi wajah terkejut. “Jangan terlalu terkejut karena sekarang aku adalah tunanganmu,” lanjutnya sembari tersenyum sampai matanya terpejam. “Ba-baiklah,” jawab Bitna gugup. Melihat senyum manis itu, jantungnya berdegup kencang. Cuaca di sekitarnya juga mendadak menjadi semakin panas. “Selama ini kamu sudah bekerja keras, kerja bagus.” Kenzo mengusap kepala Bitna lembut sebelum akhirnya menarik kepala itu dan mendekatkannya pada bibir pria itu, mendaratkan kecupan manis di sana. “Sampai jumpa
Tepat pukul 7 malam, Kenzo sudah berdiri bersandar pada cup mobilnya, di tempat terakhir kali ia menjemput Bitna di hari kencan mereka. Hari ini adalah hari yang disepakati keduanya untuk pergi berkencan seperti biasanya. Tak berselang lama ia menunggu, suara seseorang yang mengobrol dengan Bahasa Korea, terdengar di telinga Kenzo. Mengenali suara tersebut, Kenzo menoleh dan mendapati Bitna yang berjalan bersama Dalmi ke arah mobil van yang terparkir tepat di samping mobilnya. “Hai,” sapa Kenzo setelah mendekat pada mereka, lebih tepatnya pada Bitna. “Bagaimana pekerjaanmu hari ini?” tanya Kenzo pada Bitna sembari merangkul mesra pinggangnya dan mengecup sekilas dahinya. Mendapat perlakuan seperti itu yang tiba-tiba, mengundang semburat merah muda alami di pipi putihnya yang kontras. Mengingat hanya ada mereka bertiga disini, Bitna bergerak gelisah untuk melepaskan diri dari Kenzo. Itu dilakukan demi dirinya sendiri yang terkadang tiba-tiba tidak bisa berpikir rasional di hadapa
“Saat aku menceritakan sedikit tentang tempat wisata di sini tepat di hari pertama kami tiba, ia sangat bersemangat untuk mulai menjelajahi semua tempat wisata. Tapi kini dia bermalas-malasan di atas kasur pada hari liburnya seolah semua yang ia katakan beberapa waktu lalu itu tidak pernah ada.” Dalmi berbicara lewat telpon sambil memperhatikan setiap gerak gerik Bitna lewat celah pintu yang terbuka. “Sungguh? Anak itu yang sangat senang mengenal tempat-tempat baru dan selalu mengeluh karena padatnya jadwal?” tanya seseorang di seberang telpon dengan nada setengah tidak percaya. “Aku mengatakan yang sebenarnya! Kalau tidak percaya, akan ku kirim fotonya.” Dalmi menjauhkan ponselnya dari telinga dan beberapa kali memotret Bitna diam-diam. “Kamu lihat, Yohan?! Aku mengatakan yang sebenarnya!” seru Dalmi setelah memberikan buktinya. “Sebenarnya apa yang terjadi di sana, Dalmi?” tanya Yohan. “Itu akan menjadi cerita yang sangat panjang. Aku tidak bisa membicarakannya di sini bah
“Ken! Kamu datang?” Bitna menyambutnya dengan hangat, setengah berteriak memanggilnya, dan langsung memeluk erat Kenzo yang masih terkejut di depan pintu. “Bitna, siapa yang datang?” Suara Dalmi terdengar, ia sudah keluar dari kamar untuk melihat siapa gerangan tamu yang datang. Sepintas melihat mereka yang berpelukan terlihat akrab dan mesra, tapi Dalmi yang melihat ekspresi wajah Bitna tidak percaya begitu saja. Ia berkeringat dingin dan menahan malu, bertahan dalam posisi tersebut seolah menunggu sesuatu. Ketika Bitna melihat kembali ponselnya yang tidak menampilkan panggilan suara, wajahnya menjadi lega dan tanpa rasa bersalah segera melepas pelukan mereka. Suara deheman Kenzo membuyarkan lamunan Bitna di tengah-tengah itu. Bitna mengalihkan atensi pada Kenzo yang berdiri di depannya dan tanpa aba-aba pipinya memerah, mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Ketika berbalik, ia mendapati Dalmi yang sejak tadi masih memperhatikan. “Tidak! Itu … dia tadi Jin menelpon, kebetula
“Halo, siapa ini?” Bitna menjauh sedikit dari Kenzo ketika mengangkat telpon. Bitna berbicara dalam Bahasa Korea, mengetahui jika nomor yang menelponnya adalah nomor orang Korea. Meski sudah menebak siapa gerangan yang menelponnya, ia berpura-pura tidak mengetahuinya untuk berbasa-basi. “Bitna, ini aku, Jin.” Benar saja tebakannya. Mengetahui nomornya sudah berganti, bisa Bitna tebak jika Jin sudah merusak ponselnya, dan ini bahkan belum satu hari sejak mereka terakhir berkomunikasi. “Ya, apa ada yang ingin Anda bicarakan lagi dengan saya, Senior? Padahal belum satu hari kita berkomunikasi. Saya minta maaf karena sedikit sibuk di sini.” Bitna tidak ingin memperpanjang lagi pembicaraan dan langsung memberitahunya secara langsung. “Apa kamu sibuk bersama dengan ‘tunanganmu’ itu?” tanya Jin yang terdengar sangat kentara nada dingin, menunjukkan kecemburuan. Bitna tidak memberikan jawabannya, tapi memberikan tawa kecilnya untuk membenarkan secara tak langsung. Ia melirik sebentar
“Haahh… Lelah sekali.” Bitna menghela napas dalam begitu sampai di ruangan istirahat khusus artis. Ia segera duduk bersandar di salah satu kursi sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas dengan kipas elektrik. Udara di negara ini memang lebih panas daripada di Korea saat musim panas, entah itu hanya perasaannya saja. Belakangan ini ia tidak terlalu cukup sibuk membuat dirinya sedikit tidak terbiasa dengan pekerjaan yang bersantai. Namun, ketika ia menerima jadwal yang cukup sibuk kembali seperti saat ini rasanya seperti artis baru yang memulai debutnya. Begitu pun dengan rasa lelahnya. “Minumlah ini,” ujar Dalmi sembari menyodorkan kaleng minuman padanya. “Terima kasih.” Bitna menerimanya dengan senang hati dan menegakkan tubuhnya untuk membuka kaleng soda tersebut. “Ini masih pukul 8 malam. Belum ada apa-apanya dibandingkan dengan saat-saat dimana kita baru pulang di atas tengah malam setiap harinya dan bekerja lagi mulai pukul 8.” Bitna mengangguk setuju, tapi rasa lelah in
Berbeda dengan hubungan jarak jauh mereka sebelumnya, kali ini justru Kenzo lebih sering menghubungi Ariana. Itu bagus karena Ariana memiliki motivasi tinggi. Namun, di sisi lain ia harus kerepotan karena Kenzo selalu menghubungi kapanpun tanpa mengingat waktu. Di saat Ariana bekerja, dirinya lah yang memegang ponsel Ariana. Sehingga mau tidak mau, atas permintaan aktrisnya juga, ia harus membalas pesan Kenzo. Setidaknya mengabari bagaimana kegiatannya. Maka ia juga harus membaca pesan masuk yang dikirimkan oleh pria itu. Sangat menjengkelkan. Meski tidak dipungkiri, Yohan juga terkadang mengirim pesan yang manis padanya. Untuk tahun-tahun awal atau saat peristiwa baru-baru itu terjadi, merupakan saat tersulit bahkan sangat sulit. Berbeda dengan saat Ariana terkena skandal waktu itu, Dalmi memanfaatkan keadaan yang juga bagus saat keretakan hubungan mereka berdua, dan membuat skandal antara Ariana dan Jin semakin bagus. Sekarang, keadaan sangat tidak bagus, tidak ada yang bisa dimanf
Bagaimanapun juga, acara besar sekelas pemberian penghargaan formal itu pasti mendapatkan banyak sorotan karena disiarkan secara langsung. Termasuk Ariana di dalamnya yang mendapatkan penghargaan paling bergengsi. Semua warga sudah mengetahuinya dan mengetahui apa yang dibicarakan oleh wanita itu. Tentu saja keputusan itu memberikan dampak besar pada Ariana. Ia kali ini mendapatkan kecaman dari warga internet Korea, meski pendukungnya tidak kalah banyak. Ini pertama kalinya dalam sejarah, pemenang award paling bergengsi adalah sosok yang paling kontroversi. Banyak yang menyuarakan protesnya untuk membatalkan Ariana sebagai pemenang. Ditambah kehadiran Kenzo di acara tersebut yang mau tidak mau diketahui oleh para wartawan, menambahkan imej buruk pada namanya. Namun, di titik itu Ariana sama sekali tidak menyesal telah mengungkapkan semua rahasianya kepada publik. Ia merasa selama ini dirinya telah banyak berbohong pada fans-nya, karena itulah meski ia dibenci karena jujur, setidaknya
“Aku melihat Kenzo di atas panggung, aku melihatnya dengan jelas. Tunggu sebentar, aku akan memastikan pada Chakra apa sebenarnya yang terjadi …” Ekspresi Dalmi berubah dan arah pandangannya juga berubah. Ia ditujukan kepada sosok yang ada di belakang Ariana pastinya. Ariana sudah menduga pasti ada seseorang di belakangnya. Ia membeku beberapa detik, tidak siap dengan siapa seseorang di belakangnya. Mungkin itu Chakra dan pandangannya yang melihat Kenzo salah sebab perasaan depresinya. Jika itu memang Chakra, entah kabar apa yang dibawanya sampai membawa pria itu kemari. Ariana perlahan dengan gerakan slow motion, berbalik menatap sosok di belakangnya. Beberapa detik Ariana terpaku kembali melihatnya, lagi-lagi tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Entah mengapa dan bagaimana hari ini bisa penuh dengan kejutan. “Hai, Cutie.” Suaranya bahkan sangat mirip. Ariana mundur beberapa langkah, masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Begitu juga dengan Dalmi. Sementara orang di seki
Ariana melangkah ke arah panggung dengan masih menjadi pusat atensi semua orang yang ada di sana. Ia mengingat semua pelajaran trainingnya, bagaimana seseorang berjalan agar terlihat percaya diri. Dari luar, ia memang telah terlihat seperti sosok yang penuh percaya diri, tapi berbagai macam pikiran memenuhi kepalanya. Pelajaran training, kabar Kenzo, kerja keras, dan sepanjang dirinya berkarir, semua berputar memenuhi kepalanya. Ariana menjadi sedikit merasa bersalah karena tidak merasa dirinya telah bekerja sangat keras sehingga pantas untuk sampai di titik ini dengan cepat. Namun, pada kenyataannya sekarang ia berada di atas panggung, menerima piala yang tidak pernah ia pegang sebelumnya, yang diberikan oleh pembawa acara tersebut. Tangannya sedikit berkeringat dan gemetar saat menyentuh piala tersebut. Ia menatap lama piala tersebut dan menyadari bahwa tidak ada sebuah kebanggaan atau kebahagiaan yang meluap-luap menyerupai euforia. Seharusnya ini adalah sesuatu yang selama ini men
Korea Selatan memiliki sebuah acara nominasi penghargaan paling bergengsi untuk menghargai keunggulan dalam film, televisi, dan teaternya. Karena itulah acara ini diadakan setiap tahun untuk menghargai drama dan perfilman yang menghiasi layar kaca. Setiap setelah memerankan tokoh, para aktor dan aktris, khususnya yang masuk ke dalam kategori, akan menghadiri acara ini. Tidak hanya itu, tetapi juga para sutradara di dalamnya. Ariana sendiri termasuk di dalamnya karena ia telah memerankan drama yang cukup baik hingga mampu masuk ke dalam nominasi ini. Ini bukan pertama kalinya Ariana masuk ke dalam nominasi, tapi ini pertama kalinya Ariana masuk ke dalam kategori aktris terbaik yang akan menerima hadiah utama. Itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa di dalam karirnya yang akan menginjak usia 7 tahun. Baik Ariana maupun Dalmi tentu saja sangat bangga ketika mengetahui itu. Mereka, khususnya Dalmi yang lebih bersemangat, berharap bahwa Ariana lah yang akan memenangkan piala utama te
Ketika mendengar pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh agensi, para pecinta drama tentu terkejut. Seperti biasa, pendapat condong ke dua orang. Banyak dukungan dan tak lepas juga kritik juga hujatan. Orang-orang yang menginginkan kejatuhan Ariana, seolah didukung oleh foto Ariana yang tiba-tiba tersebar saat berada di bandara hendak pergi ke Indonesia. Namun, foto itu terbantahkan karena kebenaran bahwa Ariana yang memang ada di apartemen saat dikunjungi. Ditambah dengan kesaksian kru drama, bahwa Ariana memang terlihat kurang sehat saat pertemuan terakhir mereka. Juga didukung oleh argumen bahwa tidak mungkin seseorang dengan cepat pergi ke luar negeri dan kembali lagi. Meski itu untuk berlibur sekalipun. Jadi, tetap ada banyak orang yang mendukung terus dan menunggu drama yang dibintanginya selesai. Satu minggu telah berlalu dan Ariana tentu kembali bekerja lagi sesuai jadwal yang telah diatur oleh Dalmi. Beberapa hari terakhir sebelum bekerja, Ariana mengurung diri terus menerus
Saat Ariana meninggalkan Dalmi begitu saja di rumah sakit, ia pergi ke hotel bersama barang bawaan mereka. Tidak sedikitpun ia merasa kesal, tapi justru sedikit merasa bersalah. Ia bukan tidak peduli atau tidak mau tahu pada masalah Ariana, mungkin karena ketakutannya pada masalah Ariana yang bisa berdampak pada pekerjaan. Pekerjaannya cukup berat belakangan, mereka baru saja memulai kembali. Jika semua hancur, ia jugalah yang bisa terkena imbasnya, bukan hanya Ariana. Tujuannya hanya ingin meminimalisir suatu hal buruk yang nanti bisa terjadi. Namun, karena emosi Ariana, ia salah menanggapi pada dirinya dan menganggap bahwa itu bentuk ketidakpedulian. Ariana mungkin berpikir bahwa sekarang yang hanya dipikirkan olehnya adalah pekerjaan dan karir Ariana. Tidak ada yang bisa dikerjakan oleh Dalmi selama satu hari penuh di hotel hari itu selain bekerja. Jadwal-jadwal Ariana yang tertunda, harus ditata ulang lebih dulu. Ia menduga jika mereka di sini akan satu minggu penuh, apalagi meng
Setelah selesai dengan urusan mereka di penjara, keduanya berada di dalam mobil sekali lagi. Ariana meminta Chakra untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Kenzo. Ia belum juga menghubungi Dalmi yang ditinggalkannya begitu saja kemarin di rumah sakit. Chakra sudah mengetahui apa tujuan sebenarnya Ariana menemui mereka berdua. Melihat bagaimana reaksi Daris dan meluapkan amarahnya pada Nadine. Setidaknya Ariana tidak berbuat sesuatu yang naif dengan memaafkan Daris yang telah membunuh anggota keluarganya dan mencelakai pria yang dicintainya. Justru sekarang wanita itu tampak lebih baik sekarang daripada kemarin atau bahkan hari ini. Apalagi keputusan yang akan diambilnya selanjutnya? “Wartawan-wartawan itu sudah dipastikan tidak akan berani mendekati Kenzo, kan?” tanya Ariana memecah keheningan. “Iya, Nona, saya sudah mengurusnya.” Ariana mengangguk. “Aku tidak mau saat Kenzo beristirahat, dia terganggu oleh orang-orang yang haus akan berita gosip itu. Lakukan dengan tenang, jangan s
“Nona, apa Anda yakin dengan keputusan Anda?” Chakra berulang kali bertanya pertanyaan yang sama, meragukan apa yang ia dengar sekaligus keputusan Ariana. Ariana telah selesai bersiap dan membawa tasnya. Ia mengambil sepatu dan memakainya ketika hendak keluar rumah. “Apa perkataanku masih kurang jelas sejak tadi, Chakra? Antarkan aku ke tempat Om Daris dan sekretaris Kenzo.” Melihat bagaimana sekarang pembawaan Ariana yang telah lebih tenang daripada kemarin, Chakra bisa sedikit bernapas lega. Namun, apa yang akan dilakukan olehnya justru mengembalikkan emosi yang tidak stabil seperti kemarin wanita itu terguncang. Ia rasa menemui kedua penjahat itu sekaligus penyebab Kenzo ada di situasi ini, bukanlah keputusan yang bagus dan justru cenderung berat. Siapapun tidak akan sanggup bertemu atau bahkan melihat mereka. Alih-alih menghindari, Ariana justru ingin bertemu dengan mereka berdua. “Apalagi yang kamu tunggu, Chakra?” Tanpa sadar karena lamunan itu, Ariana telah mengganti sandaln