Setelah beberapa hari, aku melihat bahwa tidak ada mantan kekasih Pak Bram yang datang untuk melabrak ku, di sana aku sangat tidak takut, aku merasa bahwa tidak akan terjadi apa-apa saat itu.
setelah seharian bekerja,tiba waktu nya untuk aku pulang dari pekerjaan ku dan beristirahat. Seperti biasaaku tidak langsung pulang, aku berhenti dan aku singgah dulu di sebuah kafe kesukaan ku untuk meminum secangkir kopi di sana. Ya kafe itu dekat dengan rumah ku, aku sangat menyukainya karena Suasana nya yang begitu romantis walau aku sendiri, aku merasa bahwa aku di manjakan oleh seorang pria, seperti itu lucu nya aku melewati masa-masa jomblo, masa-masa di manaku merasa selalu sendiri.Aku mengharapkan Alex agar segera menjadi kekasih ku.Tapi mungkin itu adalah sebuah halusinasi yang aku hadapi setiap hari, Alex tidak akan menjadi Kasih ku karena ia tidak mencintai ku. Jika dia mencintai ku maka dia sudah menyatakan itu dari dulu.Bahkan jika ada keseSetelah itu aku dan Pak Bram langsung pergi ke rumah, pak Bram mengantar ku,di mobil lihat sangat merasa tidak enak sebuah topik pembicaraan padahal aku sudah tahu kalau Pak Bram itu pasti merasa tidak enak kepada ku karena mantan pacar nya melabrak ku di depan banyak orang sehingga membuat ku sangat malu."Tidak apa-apa! Saya hanya merasa sedikit tidak enak kepada kamu karena saya, kamu menjadi bahan pembicaraan dan bahan tontonan orang tadi di sana,"ujar nya merasa tidak enak."Ah sudah enggak apa-apa lah Pak, biasa saja saya sudah melupakan itu dan saya tidak akan mengingat nya lagi,"ucap ku berusaha membuat Pak Bram menjadi tenang."Tapi saya meminta maaf kepada kamu Ri karena saya, kamu menjadi seperti ini, saya janji kamu tidak akan pernah di permalukan oleh nya lagi. Nanti saya kan ngomong sama dia,""Ya Pak, sama saya juga minta maaf karena sedikit tidak bisa menahan emosi tadi,"ujar ku meminta maaf pula karena aku ju
Namaku Ruri Andini Kurniawan. Aku adalah seorang karyawan biasa di sebuah kantor furnitur terbesar di jakarta.Aku tinggal bersama bunda dan kakak lelakiku. Ayahku sudah meninggal sejak aku masih kelas empat Sekolah Dasar karena sakit leukimia.Bunda hanya seorang guru di salah satu sekolah swasta menengah pertama di Jakarta. Kakakku bernama Ando Setiano Kurniawa, sudah bekerja sebagai kariawan sebuah BANK.Hari ini adalah hari pertama aku masuk kerja sebagai karyawan bidang pemasaran di sebuah kantor furnitur."Tolong karyawan baru masuk ke ruangan saya!!!!" ucap seorang pemuda tampan dengan wibawanya."Ba ... baik Pak!!!" ucapku sebagai satu-satunya karyawan baru di kantor itu.Dia adalah CEO kantor tempat ku bekerja, namanya Bram Wira Pamungkas,segera setelah beliau mengatakan itu ,diapun pergi ke ruangannya."Permisi Pak!!!" ucapku sambil mengetuk pintu."Iya, silahkan masuk," balasnya.
Namun, bukannya menolong pak Bram malah mengejekku "Rasain kamu!! disini banyak banget kejadian kecelakaan tiba-tiba, disini tuh angker!!" ujarnya menakutiku.Sontak aku menjadi sangat takut, tapi pak Bram malah masuk ke mobilnya dan menghidupkan mobilnya."Ya ampun, Pak tolongin saya Pak, saya takut!!!" pintaku.Tak peduli, pak Bram pergi mengendarai mobilnya meninggalkanku, aku yang ketakutan berusaha menghubungi kakak dan bunda, tapi ponselku tiba-tiba lowbat.Tak lama kemudian pak Bram datang kembali menghampiriku."Ya sudah sini, nanti motormu biar saya suruh orang saya bawa ke bengkel!!" ujarnya.Aku yang sudah marah terhadap pak Bram menolak mentah-mentah tawarannya."Gak usah Pak, makasih, saya tidak takut!!" ucapku beringas.Namun, pak Bram bukannya memaksa malah aku ditinggal dengan muka sombong memiringkin bibirnya ih aku kesal sekali.Saat pak Bram ingin pergi aku mengejarnya dan mengatakan, "Ya sudah aku
Keesokan harinya saat pak Bram sampai di kantor."Riri!!!" panggilnya dengan nada mengejek."Iya Pak, ada yang bisa saya bantu Pak?" tanyaku merespon panggilan pak Bram."Kamu jangan tanya itu, kamu juga jangan pura-pura, saya mau keluar!!" ucap pak Bram."Lalu kalau Bapak mau keluar, apa hubungannya dengan saya Pak??" tanya ku beringas."Ya kalau saya keluar otomatis tas saya juga harus ikut dong!! nah tas saya kan harus kamu bawa selama seminggu, iya toh?" ujar pak Bram dengan nada lebih mengejek lagi."iya Pak terus?" tanyaku pura-pura bingung."Alah, gak usah pura-pura gak ngerti deh kamu!! nih bawain tas saya, kemanapun saya pergi kamu harus ikut saya!" ungkap pak Bram dengan senyuman Aneh.Kami segera pergi dari kantor menuju, sebuah cafe tempat pak Bram mengadakan rapat."ini Pak, tasnya!!" ucapku mengira pak Bram akan masuk sendiri."Bawain! kok kamu malah nyuruh saya?" ujarnya jutek."Ih Pak, ini kan rap
"iya sudah saya pulang dulu ya Tante!!""Iya hati-hati ya Nak!!!".Aku segera masuk ke rumah bersama bunda dan duduk di sofa ruang tamu."Giti tuh Bun... makanya aku kesel banget sama Korban ghosting itu tuh!!""Ghosting itu apa sih Ri??" tanya bunda bingung."Eh Bunda ihh gapapa Bun, aku masuk kemar dulu ya bun capek banget soalnya," pintaku pada bunda."Iya sudah istirahat gih!!".Aku masuk kekamar namun sebelum aku masuk kemar bunda berkata, "Eh Ri awas loh suka sama bos kamu itu!!!"."Ihhh amit-amit Bun, aku suka sama orang jutek kayak dia itu,".Segera aku masuk ke kamar menghindari pertanyaan bunda.Pagi itu aku terbangun, namun sudah telat karena kecapean aku langsung tidur dan lupa membuat alarm ponselku."Oalah Bun aku telat!!" teriakku sambil berlari kemar mandi."Kamu juga ngapain bangun telat," ucap bunda menyalahiku.Tanpa menjawab bunda, aku langsung masuk untuk mandi dan b
Aku pulang dan bersiap-siap untuk pergi bersama Alex."Assalamualaikum Tante!!!, Ri!!!" ujar Alex yang sudah sampai didepan rumah."Iya Lex, masuk aja bentar lagi aku siap nih," teriakku dari kamar."Eh nak Alex mau kemana kalian Nak??" tanya bunda kepada Alex."Ini Tante, kami makan diluar sebentar gapapa kan Tan?""Iya gapapa dong tapi ingat pulangnya jangan terlalu malam, gak enak sama tetangga ya !!!""Siap Tante kami cuman makan sebentar kok!!""Oh iya gimana kabar mamamu Nak??""Mama baik-baik saja Tante""Oh iya sudah salam ya untuk mamamu!!""Baik Tante!!"kemudian aku keluar menemui Alex dan bunda."Ayo Lex aku udah siap nih, Bun aku keluar sebentar ya !!""Iya Sayang kalian hati-hati ya!!"Lalu kami berangkat ke restoran dekat rumahku untuk makan."Ri kamu mau makan apa???" tanya Alex lembut penuh perhatian, hal ini yang membuat aku suka sama Alex, dia orangnya
"Tapi Bun, dia tuh gak peka banget tau iih kesel aku Bun sama Alex tuh,""Ya sudah cepat tidur gi kamu kan capek dari lagi kan?" ucap bunda sambil tertawa.Akhirnya bunda keluar dari kamar ku meninggalkan ku sendiri, aku hanya menghayal membayangkan bagaimana bahagianya aku jika Alex memintaku menjadi pacarnya tapi sesaat itu aku kembali mengingat pak Bram yang selalu membuatku jengkel."Ihhh ngapain sih tiba-tiba mukanya si korban ghosting itu terlewat di benakku gak guna banget," ucapku berbicara sendiri.Suara ponselku lagi-lagi berbunyi dan aku melihatnya ternyata yang menghubungi ku bukannya Alex melainkan pak Bram, sontak aku tak menjawab telponnya.Kembali aku meletakkan ponselku, namun kali ini terdengar ponselku berdering menandakan ada pesan masuk, segera aku membukanya."Eh kamu jangan kira saya gak tau ya, kamu sengaja kan gak menjawab telpon dari saya???"( Ih apaan sih tau-tau aja dia aku sengaja) ujar ku dal
Terdengar suara panggilan seseorang dari jauh.Saat aku melihat ternyata itu adalah Pak Bram, Sang CEO korban Ghosting. Aku hanya diam tak menjawab teguran dari Pak Bram."Riri, kamu ini sudah dipanggil dari tadi," ucapnya."Hah, dari tadi? Dia aja baru manggil sekali," ucapku dalam hati."Kamu punya mulut atau tidak?" tegas Pak Bram."Punya Pak!" balasku ngeri."Ya sudah, dijawab dong!" pekik Pak Bram.Akhirnya kami berangkat ke luar kota. perjalanan terasa begitu panjang karena tidak ada pembicaraan yang menemani perjalanan itu. Pak Bram terlihat dingin, duduk di samping ku."Pak!" ujarku."Diam, saya mengantuk," ucapnya, aku kesal dengan kelakukan Pak Bram. Padahal aku tahu, kalau sebenarnya aku tidak terlalu dibutuhkan untuk rapat kerja di luar kota yang sedang di jalan ka olenya. Tapi, aku hanya bisa mengikuti kemauan Pak Bram."Saya kan gak dibutuhkan untuk pekerjaan ini Pak. Kenapa saya harus ikut?" tanyaku m
Setelah itu aku dan Pak Bram langsung pergi ke rumah, pak Bram mengantar ku,di mobil lihat sangat merasa tidak enak sebuah topik pembicaraan padahal aku sudah tahu kalau Pak Bram itu pasti merasa tidak enak kepada ku karena mantan pacar nya melabrak ku di depan banyak orang sehingga membuat ku sangat malu."Tidak apa-apa! Saya hanya merasa sedikit tidak enak kepada kamu karena saya, kamu menjadi bahan pembicaraan dan bahan tontonan orang tadi di sana,"ujar nya merasa tidak enak."Ah sudah enggak apa-apa lah Pak, biasa saja saya sudah melupakan itu dan saya tidak akan mengingat nya lagi,"ucap ku berusaha membuat Pak Bram menjadi tenang."Tapi saya meminta maaf kepada kamu Ri karena saya, kamu menjadi seperti ini, saya janji kamu tidak akan pernah di permalukan oleh nya lagi. Nanti saya kan ngomong sama dia,""Ya Pak, sama saya juga minta maaf karena sedikit tidak bisa menahan emosi tadi,"ujar ku meminta maaf pula karena aku ju
Setelah beberapa hari, aku melihat bahwa tidak ada mantan kekasih Pak Bram yang datang untuk melabrak ku, di sana aku sangat tidak takut, aku merasa bahwa tidak akan terjadi apa-apa saat itu.setelah seharian bekerja,tiba waktu nya untuk aku pulang dari pekerjaan ku dan beristirahat. Seperti biasaaku tidak langsung pulang, aku berhenti dan aku singgah dulu di sebuah kafe kesukaan ku untuk meminum secangkir kopi di sana. Ya kafe itu dekat dengan rumah ku, aku sangat menyukainya karena Suasana nya yang begitu romantis walau aku sendiri, aku merasa bahwa aku di manjakan oleh seorang pria, seperti itu lucu nya aku melewati masa-masa jomblo, masa-masa di manaku merasa selalu sendiri.Aku mengharapkan Alex agar segera menjadi kekasih ku.Tapi mungkin itu adalah sebuah halusinasi yang aku hadapi setiap hari, Alex tidak akan menjadi Kasih ku karena ia tidak mencintai ku. Jika dia mencintai ku maka dia sudah menyatakan itu dari dulu.Bahkan jika ada kese
Sumpah aku juga terkejut dan terheran ketika Pak Bram menarik tangan ku, di sanaterlihat betul bahwa Bapak Bram lebih memilih ku daripada mantan nya itu.Padahal aku ini siapa nya? Bukan siapa-siapa!Pak Bram terus menarik ku hingga kami berada di ruangan milik nya."Ada apa Pak? Mengapa Bapak menarik ku?" tanya ku segera setelah ia melepaskan tangan ku. Aku juga memegang pergelangan tangan ku karena Pak Bram terlalu kencang memegang nya hingga terasa sedikit sakit."Kamu tidak papa Ri?" tanya Pak Bram sambil meraih tangan ku yang terasa sakit."Tidak apa-apa Pak, sudah sudah tidak apa-apa Pak ini sudah lebih baik!" Jawab ku langsung menarik tangan ku.Hati ku masih merasa sedikit bersalah, karena aku adalah penyebab mereka bertengkar.Aku yang merasa bersalah, ingin segera pergi dari ruangan itu demi menghindari kesalahpahaman dari mantan pacarnya Pak Bram.tetapi Pak Bram malah menahan ku, ia tidak mengizinkan ku keluar dari ruan
Aku dan Pak Bram mulia bercerita satu sama lain, kami tertawa membuang semua keluh kesah kami ditempat itu. Aku juga sangat bahagia dan sedikit terkejut dengan sifat dan sikap asli Pak Bram yang sebenarnya sangat lembut dan rapuh. Dia hanya menginginkan sebuah keluarga yang utuh, seperti keluagaku yang bahagia dalam sebuah kesederhanaan yang Tuhan berikan. Melihat waktu sudah gelap dan mulai larut malam, Pak Bram mengajakku segera pulang.“Ri, sudah larut malam pulang yuk!” ujarnya sambil mengambil kunci mobil yang ia masukkan ke dalam saku kemeja yang ia kenakan.“Iya Pak, bunda juga pasti udah nungguin aku!” balasku lambut tersenyum padanya.Kami pulang dengan menggunakan mobil mewah milik Pak Bram. Pak Bram juga terlihat merasa lega karena untuk pertama kali ia menceritakan keluh kesahnya pada seseorang, sesekali ia melihat ke arahku dan tersenyum. Aku seperti tidak melihat Pak Bram yang yang dingin da sombong itu.“Ri, makasih ya
Aku yang melihat hal itu langsung pergi menghampiri Pak Bram dan orang itu. Ia mencoba untuk melerai pertengkaran itu karena Pak Bram tidak bisa berhenti berbicara jika sedang marah.“Pak sudah sini!” ujarku langsung menarik tangan Pak Bram untuk menjauh dari tempat itu. Aku juga tidak lupa menyuruh orang yang bermasalah dengan Pak Bram itu untuk segera pergi dari situ, untungnya ia langsung pergi megindahkan ucapanku.“Eh, mau kemana kamu? Jangan pergi dasar tidakk pumya soan santun!” teriak Pak Bram pada orang itu. Iya juga masih ingin mengejarnya tak terima kalau si penabrak mobilnya lepas begitu saja. Tapi aku terus sekuat tenaga menahan Pak Bram.”Sudahlah Pak, apaan sih? Malu-maluin tau gak sih Pak,” ujarku kesal pada pak Bram, karena keributan itu, kami menjadi bahan tontonan orang lain disana.“Apaan sih kamu, lepasin tangan saya!” bentaknya padaku, malah ia marah kepdaku karena sudah menahannya.
Akhirnya Pak Bram pulang, aku juga segera pulang setelah itu. Aku merasa Pak Bram memang benar sudah pulang, tetapi aku malah melihatnya masih berdiri di samping mobilnya seperti mengintai seseorang. Aku yang kebingungan segera menghampiri dan memanggilnya, lama aku memanggil tidak dijawab oleh Pak Bram, akhirnya aku mencoba menepuk bahunya."Pak!""Eh Allahuakbar!" teriaknya sambil sedikit melompat. Ia sampai terkejut separah itu dong."Ih, apaan sih Pak? Kayak liat setan aja!" ujarku kesal."Ya, ya memang benar, saya melihat setan. Awalnya saya melihat iblis dan sekarang melihat setan juga!" bentaknya kesal, aku bingung dengan hal itu sehingga aku juga mencoba melihat ke arah yang diintai oleh Pak Bram. Aku melihat ke segala arh, tetapi aku tidak melihat apapun. Pak Bram yang sadar bahwa aku mengikutinya langsung menepuk tangannya pas di mataku."Hei, apa yang sedang kamu lakukan!" ujarnya sambil menepuk tangan."Ih Bapak, saya kaget
Aku langsung masuk ke kamar karena malu. Aku merasa bahwa hatiku benar-benar dalam keadaan kegirangan yang sangat membahagiakan. Aku terus menerus tersenyum dan sesekali menepuk lembut jidatku. Aku tidak tau apa yang aku rasakan sendiri, aku merasa bahwa hatiku sedang gugup, canggung, senang dan sedih juga. Kamarku yang ku stel dengan lampu yang agak gelap serasa menjadi sangat terang. Aku bahkan tidak bisa menikmati lampu yang aku desain sendiri. Keesokan harinya seperti biasa, aku telat bangun dan harus pergi ke kantor dengan terburu-buru. "Bun, Riri ke kantor ya!" teriakku langsung menarik tangan lembut bunda untuk berpamitan. "Sarapan dulu Nak!" teriak bunda. "Aku telat Bun, nanti aja di kantor!" ujarku sambil memakai jam tangan. "Ruri tunggu!" panggil kak Ando. Aku langsung menghentikan langkah kakiku dan berbalik melihat ke arah kak Ando. "Iya Kak, ada apa?" sahutku sedikit panik, takut kak Ando akan melarangku bertemu deng
sesampainya di rumah aku langsung menemui bunda."Assalamualaikum Bun," teriakku yang bahkan belum masuk ke rumah."Iya walaikumsalam, kamu kenapa Nak?" tanya bunda bingung."Alex mana?" tanyanya lagi melihat ke luar dan tidak ada Alex."Gatau tuh Bun, masa ya Bu dia ninggalin aku gitu aja!" ucapku terlihat semakin kesal."Ditinggalin gimana?" tanya bunda bingung dengan kalimat ambiguku."Jadi tuh Bun tadi ada kenalannya yang bertepatan ada di kafe itu juga, lalu kenalannya itu malah menarik tangannya dan meninggalkan Riri," jelas ku."Haha, kasihan nya anak Bunda malah ditinggal!" ujar bunda menggodaku."Ih Bunda kok malah ngejek Riri sih, kesal aku!" cetusku dan langsung masuk ke kamarku."Dimana sekarang Alex?" tanya kakak agak marah, ternyata kakak mendengar pembicaraan kami dengan bunda dari kamarnya yang tepat di depan ruang tamu."Ah sudahlah kak!" ujarku mengira kakakku bercanda."Masa kamu ditingga
Kebahagiaan bersama Alex membuatku melupakan kekesalan terhadap pekerjaanku, sesaat aku melupakan kekesalanku terhadap Pak Bram yang selalu membuatku dalam kesusahan."Ri, mau mau ngomong sesuatu deh sama kamu!" ujar Alex dengan wajah merah. Aku juga sudah tidak sabar mendengar ucapan yang akan dilontarkan oleh Alex. Aku yakin dia pasti ingin memintaku menjadi pacarnya."Iya Lex, ngomong aja kali," ujarku sedikit bergurau, tetapi hatiku berdebar tidak karuan."Ri, sebenarnya aku - aku cinta sama kamu!" ungkap Alex kepadaku sambil menunduk malu dan wajahnya juga terlihat menjadi sangat gugup."A- apa? Sejak kapan?" tanyaku, berpura-pura sedikit terkejut, padahal aku sudah tau."Apanya yang sejak kapan?" tanyanya bingung, Alex mulai linglung, mungkin karena takut tidak direspon atau malah ditolak."Ya, ya itu kamu mencintai aku, sejak kapan?" tanyaku sedikit getir."Sudah lama Ri, sejak SMA!" ujarnya, namun wajahnya tetap tertunduk ke b