Share

Menginap bersama

Author: IgaSembiring
last update Last Updated: 2021-09-01 19:26:37

Terdengar suara panggilan seseorang dari jauh.

Saat aku melihat ternyata itu adalah Pak Bram, Sang CEO korban Ghosting. Aku hanya diam tak menjawab teguran dari Pak Bram.

"Riri, kamu ini sudah dipanggil dari tadi," ucapnya.

"Hah, dari tadi? Dia aja baru manggil sekali," ucapku dalam hati.

"Kamu punya mulut atau tidak?" tegas Pak Bram.

"Punya Pak!" balasku ngeri.

"Ya sudah, dijawab dong!" pekik Pak Bram.

Akhirnya kami berangkat ke luar kota. perjalanan terasa begitu panjang karena tidak ada pembicaraan yang menemani perjalanan itu. Pak Bram terlihat dingin, duduk di samping ku.

"Pak!" ujarku.

"Diam, saya mengantuk," ucapnya, aku kesal dengan kelakukan Pak Bram. Padahal aku tahu, kalau sebenarnya aku tidak terlalu dibutuhkan untuk rapat kerja di luar kota yang sedang di jalan ka olenya. Tapi, aku hanya bisa mengikuti kemauan Pak Bram.

"Saya kan gak dibutuhkan untuk pekerjaan ini Pak. Kenapa saya harus ikut?" tanyaku melihat ke arah Pak Bram.

"Kalau kamu keberatan, silahkan turun!" ujarnya sambil menutup matanya menggunakan majalah yang baru saja di baca olehnya. Turun? Dia menyuruhku turun, padahal dia tau kalau kami melakukan perjalanan udara, kami menggunakan pesawat.

"Bahkan, kalau saya tidak ingin pun, untuk turun sangat tidak mungkin," ujarku kecil.

"Ya, kamu tau itu," balasnya singkat.

"Dasar tidak waras!" cetelukku.

"Kamu bilang apa tadi?" tanyanya langsung melepas Majalah yang menutupi matanya.

"Ti ... tidak Pak, saya gak bilang apa-apa!" sambungku. Akhirnya Pak Bram kembali ke posisi semula dan tidak menghiraukanku. Sesampainya di tempat tujuan, aku berniat turun terlebih dulu. Sebenarnya aku tidak memikirkan apapun, yang aku tau adalah setelah sampai waktunya untuk turun.

Pak Bram tiba-tiba menarik tanganku.

"Apa kamu akan mendahului bosmu?" tanyanya.

"Apa? Oh, tidak Pak, maaf!" balasku melihat wajahnya yabg masih dalam keadaan ngantuk.

   Akhirnya yang terjadi adalah aku harus membiarkan Pak Bram turun terlebih dahulu dan aku mengikutinya dibelakang, ya itulah yang dia inginkan. Kami memasuki sebuah hotel tempat kami menginap untuk semalam karena besok sore kami akan pulang.

Aku yang merasa letih mencoba untuk membaringkan tubuhku di tempat tidur hotel.

"Eh, itu tempat tidur saya!" teriak Pak Bram.

"Lha, terus saya dimana Pak?" tanyaku bingung.

"Kamu di kamar sebelah, masa iya kita sekamar!" ujarnya mengerutkan dahi.

"Ya, kenapa tidak Pak?" ucapku berusaha membuatnya jengkel.

"Kalau kamu mau tidur sekamar dengan saya, gapapa, tapi jangan salahkan saya jika setelah ini kita harus menikah!" cetusnya, ucapan itu membuatku sedikit panik.

"Aa ... baik Pak, saya pindah kamar saja, saya tidak mau menikah dengan orang kehilangan kewarasannya," ujarku dan langsung berlari dari tempat itu.

  Pak Bram diam saja tak membalas ejekanku, hal itu membuatku senang karena untuk pertama kali aku bisa merasa kemenangan atas pengejekan terhadapnya. Tak lama setelah itu, terdengar notifikasi dari ponselku, itu adalah Pak Bram yang menyuruhku memesankan kopi untuknya.

"Ini Pak!" ujarku judes.

"Apa kamu tidak memiliki sopan santun?" tanyanya.

"Saya salah apa lagi Pak, semua yang saya lakukan salah dimata Bapak!" ujarku memiringkan bibir.

"Kamu bisa kan masuk dengan mengetuk pintu!" balasnya.

Aku kembali ke luar seperti biasa dan mengetuk pintu untuk masuk ke ruangannya.

"Nah, seperti itu kan lebih sopan!" ujarnya.

"Iya Pak, saya permisi," ujarku membalikkan badan.

"Kemana kamu?" tanyanya.

"Ya kembali ke kamar saya lah Pak, kemana lagi!" jawabku.

"Tidak, kamu tetap disini sampai saya menyuruhmu kembali," perintahnya. Aku pun hanya bisa mengikuti ke inginnannya. Bunda meneleponku, aku segera mengangkat telepon itu dan tidak keluar sama sekali.

"Hallo Bun!" 

"Iya Sayang, kamu sudah sampai?" tanya Bunda khawatir.

"Sudah Bun," balasku.

"Apakah kamu bersama bos CEO yang kamu bilang ngeselin itu Ri?" teriak kakak sambil terdengar suara tawanya. Pak Bram mulai melihatku sinis.

"Ih Kak, Pak Bram ada disini," jawabku.

"Wah, kalian berduaan?" tanyanya lagi, wajahku semakin memerah, takut bercampur dengan malu.

Disisi lain, Alex sedang duduk sendirian di cefe biasa, melihat ke semua arah, memikirkan Ruri yang sangat ia cintai.

"Lho, kok aku jadi kebayang sama Ruri terus ya," ucap Alex tersenyum malu.

Alex mulai menyadari bahwa ia sangat mencintai Riri, tapi ia bahkan belum berani mengutarakan hal itu, begitupun dengan Riri.

Riri yang sudah selesai berbincang dengan bunda dan kakaknya, langsung bergegas ingin pergi ke kamarnya.

"Tunggu!" ujar Pak Bram.

"Iya Pak," jawabku sambil menunduk malu atas ucapan kakak.

"Sini, duduk!" perintahnya dingin.

Segera aku duduk di dekatnya.

"Kamu bilang apa ke keluargamu tentang saya?" tanyanya, pertanyaan itu membuatku merasa gugup.

"Tidak ada Pak, saya tidak bilang apa-apa," jelas ku dengan bibir gemetaran.

"Ah, jangan bohong kamu, kamu jelekin saya kan?" tanyanya semakin mendekat padaku.

"Gak Pak, aku cuma bilang-" 

"Bilang apa? Bilang kalau saya korban Ghosting atau mungkin kamu bilang saya menyukaimu!" ujarnya berdiri di depanku.

"Ih nazis banget Pak," ucapku tak sengaja.

"Apa? Awas ya kalau nanti kamu benar-benar menyukaiku," ucapnya membelakangiku. Aku yang sudah tidak bisa memjawab pertanyaanya langsung berlari ke kamarku tanpa seizin Pak Bram.

"Akhirnya, aku bisa terlepas darinya," ujarku kecil hampir tak terdengar. Setelah merasa lebih tenang, aku pun tertidur.

Tok ... tok .... tok .... 

Terdengar suara ketukan di pintu kamarku, aku yang masih mengantuk merasa marah karena mengetuk malam-malam.

"Apa kamu gak bisa melihat jam?" ujarku marah sambil mengucek mataku.

"Apa? Jam?" ujarnya, ternyata itu adalah Pak Bram yang sudah mengetuk kamarku.

"Eh, Bapak, ada apa Pak? Mengetuk malam-malam gini?" tanyaku berusaha manis, sesungguhnya aku sangat membencinya.

Pak Bram langsung masuk ke kamarku dan membuka gorder selebar mungkin, ternyata sudah pagi dan aku merasa baru tertidur beberapa menit saja. Aku kaget, malu dan takut.

"Astaga, aku kesiangan!" teriakku.

"Makanlah, kamu gak perlu mengikuti rapat!" ujarnya. Memang seharusnya aku tidak mengikuti rapat, Pak Bram hanya berusaha untuk membuatku ikut bersamanya agar ia bisa menyiksaku.

"Kenapa Pak? Apa saya dipecat? Ah Pak tolong jangan pecat saya!" ucapku memohon di kakinya.

"Siapa yang memecatmu? Memang kamu tidak dibutuhkan di rapat ini," ujarnya. Aku langsung terdiam dan berdiri.

"Kalau Bapak tau begitu, mengapa Bapak memaksaku ikut!" ujarku kesal.

"Kamu Bos atau saya?" tanyanya.

"Ya Bapak!" balasku melihatnya sinis.

"Berarti yang membuat peraturan, kamu dong?" ujarnya.

"Bukan saya, tapi Bapak, itu saja tidak tau!" cetusku.

"Nah, itu kamu tau, jadi untuk apa kamu protes?" tanyanya. Pertanyaannya benar-benar menjebakku dan membuatku bertambah malu.

Akhirnya Pak Bram pergi untuk mengikuti rapat seorang diri dan meninggalkan aku di hotel untuk istirahat.

Related chapters

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Pulang

    Seharian aku beristirahat di hotel yang dipesan langsung oleh pak Bram. Akhirnya pak Bram pulang selesai meeting sekitar jam tiga sore. Dia langsung bersiap-siap untuk pulang, tetapi aku bahkan tidak tau kalau pak Bram sudah pulang, apalagi bersiap-siap pulang."Riri, ayo pulang!" teriaknya sambil mengetus pintu kamarku."Kemana Pak?" tanyaku bingung. Aku masih saja mengucek mataku."Pulang ke Jakarta, emang kemana lagi?" ucapnya dingin."Ya ampun Pak, saya bahkan belum bersiap-siap," ujarku loyo."Saya tunggu di mobil, dalam waktu lima menit kita berangkat ke bandara!" ucapnya singkat, aku berfikir panjamgn dalam waktu lima menit, apa yang bisa aku lakukan. Sedangkan barang bawaanku sangat berantakan di kamar.Aku bersiap secepat mungkin, aku berlari ke mobil menghampiri pak Bram tanpa mandi, bayangkan tanpa mandi."Saya sudah siap Pak?" ujarku dab naik ke mobil pak Bram."Wah, cepat sekali!" balasnya menat

    Last Updated : 2021-09-02
  • Cinta CEO Korban Ghosting   Aku ditinggal sendiri

    Kebahagiaan bersama Alex membuatku melupakan kekesalan terhadap pekerjaanku, sesaat aku melupakan kekesalanku terhadap Pak Bram yang selalu membuatku dalam kesusahan."Ri, mau mau ngomong sesuatu deh sama kamu!" ujar Alex dengan wajah merah. Aku juga sudah tidak sabar mendengar ucapan yang akan dilontarkan oleh Alex. Aku yakin dia pasti ingin memintaku menjadi pacarnya."Iya Lex, ngomong aja kali," ujarku sedikit bergurau, tetapi hatiku berdebar tidak karuan."Ri, sebenarnya aku - aku cinta sama kamu!" ungkap Alex kepadaku sambil menunduk malu dan wajahnya juga terlihat menjadi sangat gugup."A- apa? Sejak kapan?" tanyaku, berpura-pura sedikit terkejut, padahal aku sudah tau."Apanya yang sejak kapan?" tanyanya bingung, Alex mulai linglung, mungkin karena takut tidak direspon atau malah ditolak."Ya, ya itu kamu mencintai aku, sejak kapan?" tanyaku sedikit getir."Sudah lama Ri, sejak SMA!" ujarnya, namun wajahnya tetap tertunduk ke b

    Last Updated : 2021-09-04
  • Cinta CEO Korban Ghosting   Kemarahan Kakak

    sesampainya di rumah aku langsung menemui bunda."Assalamualaikum Bun," teriakku yang bahkan belum masuk ke rumah."Iya walaikumsalam, kamu kenapa Nak?" tanya bunda bingung."Alex mana?" tanyanya lagi melihat ke luar dan tidak ada Alex."Gatau tuh Bun, masa ya Bu dia ninggalin aku gitu aja!" ucapku terlihat semakin kesal."Ditinggalin gimana?" tanya bunda bingung dengan kalimat ambiguku."Jadi tuh Bun tadi ada kenalannya yang bertepatan ada di kafe itu juga, lalu kenalannya itu malah menarik tangannya dan meninggalkan Riri," jelas ku."Haha, kasihan nya anak Bunda malah ditinggal!" ujar bunda menggodaku."Ih Bunda kok malah ngejek Riri sih, kesal aku!" cetusku dan langsung masuk ke kamarku."Dimana sekarang Alex?" tanya kakak agak marah, ternyata kakak mendengar pembicaraan kami dengan bunda dari kamarnya yang tepat di depan ruang tamu."Ah sudahlah kak!" ujarku mengira kakakku bercanda."Masa kamu ditingga

    Last Updated : 2021-09-04
  • Cinta CEO Korban Ghosting   Salah Sasaran

    Aku langsung masuk ke kamar karena malu. Aku merasa bahwa hatiku benar-benar dalam keadaan kegirangan yang sangat membahagiakan. Aku terus menerus tersenyum dan sesekali menepuk lembut jidatku. Aku tidak tau apa yang aku rasakan sendiri, aku merasa bahwa hatiku sedang gugup, canggung, senang dan sedih juga. Kamarku yang ku stel dengan lampu yang agak gelap serasa menjadi sangat terang. Aku bahkan tidak bisa menikmati lampu yang aku desain sendiri. Keesokan harinya seperti biasa, aku telat bangun dan harus pergi ke kantor dengan terburu-buru. "Bun, Riri ke kantor ya!" teriakku langsung menarik tangan lembut bunda untuk berpamitan. "Sarapan dulu Nak!" teriak bunda. "Aku telat Bun, nanti aja di kantor!" ujarku sambil memakai jam tangan. "Ruri tunggu!" panggil kak Ando. Aku langsung menghentikan langkah kakiku dan berbalik melihat ke arah kak Ando. "Iya Kak, ada apa?" sahutku sedikit panik, takut kak Ando akan melarangku bertemu deng

    Last Updated : 2021-09-08
  • Cinta CEO Korban Ghosting   Kekonyolan Pak Bram

    Akhirnya Pak Bram pulang, aku juga segera pulang setelah itu. Aku merasa Pak Bram memang benar sudah pulang, tetapi aku malah melihatnya masih berdiri di samping mobilnya seperti mengintai seseorang. Aku yang kebingungan segera menghampiri dan memanggilnya, lama aku memanggil tidak dijawab oleh Pak Bram, akhirnya aku mencoba menepuk bahunya."Pak!""Eh Allahuakbar!" teriaknya sambil sedikit melompat. Ia sampai terkejut separah itu dong."Ih, apaan sih Pak? Kayak liat setan aja!" ujarku kesal."Ya, ya memang benar, saya melihat setan. Awalnya saya melihat iblis dan sekarang melihat setan juga!" bentaknya kesal, aku bingung dengan hal itu sehingga aku juga mencoba melihat ke arah yang diintai oleh Pak Bram. Aku melihat ke segala arh, tetapi aku tidak melihat apapun. Pak Bram yang sadar bahwa aku mengikutinya langsung menepuk tangannya pas di mataku."Hei, apa yang sedang kamu lakukan!" ujarnya sambil menepuk tangan."Ih Bapak, saya kaget

    Last Updated : 2021-09-09
  • Cinta CEO Korban Ghosting   Keluh Kesah

    Aku yang melihat hal itu langsung pergi menghampiri Pak Bram dan orang itu. Ia mencoba untuk melerai pertengkaran itu karena Pak Bram tidak bisa berhenti berbicara jika sedang marah.“Pak sudah sini!” ujarku langsung menarik tangan Pak Bram untuk menjauh dari tempat itu. Aku juga tidak lupa menyuruh orang yang bermasalah dengan Pak Bram itu untuk segera pergi dari situ, untungnya ia langsung pergi megindahkan ucapanku.“Eh, mau kemana kamu? Jangan pergi dasar tidakk pumya soan santun!” teriak Pak Bram pada orang itu. Iya juga masih ingin mengejarnya tak terima kalau si penabrak mobilnya lepas begitu saja. Tapi aku terus sekuat tenaga menahan Pak Bram.”Sudahlah Pak, apaan sih? Malu-maluin tau gak sih Pak,” ujarku kesal pada pak Bram, karena keributan itu, kami menjadi bahan tontonan orang lain disana.“Apaan sih kamu, lepasin tangan saya!” bentaknya padaku, malah ia marah kepdaku karena sudah menahannya.

    Last Updated : 2021-09-10
  • Cinta CEO Korban Ghosting   Kemarahan Pak Bram Pada Mantan Kekasihnya

    Aku dan Pak Bram mulia bercerita satu sama lain, kami tertawa membuang semua keluh kesah kami ditempat itu. Aku juga sangat bahagia dan sedikit terkejut dengan sifat dan sikap asli Pak Bram yang sebenarnya sangat lembut dan rapuh. Dia hanya menginginkan sebuah keluarga yang utuh, seperti keluagaku yang bahagia dalam sebuah kesederhanaan yang Tuhan berikan. Melihat waktu sudah gelap dan mulai larut malam, Pak Bram mengajakku segera pulang.“Ri, sudah larut malam pulang yuk!” ujarnya sambil mengambil kunci mobil yang ia masukkan ke dalam saku kemeja yang ia kenakan.“Iya Pak, bunda juga pasti udah nungguin aku!” balasku lambut tersenyum padanya.Kami pulang dengan menggunakan mobil mewah milik Pak Bram. Pak Bram juga terlihat merasa lega karena untuk pertama kali ia menceritakan keluh kesahnya pada seseorang, sesekali ia melihat ke arahku dan tersenyum. Aku seperti tidak melihat Pak Bram yang yang dingin da sombong itu.“Ri, makasih ya

    Last Updated : 2021-09-11
  • Cinta CEO Korban Ghosting   Takut di Labrak

    Sumpah aku juga terkejut dan terheran ketika Pak Bram menarik tangan ku, di sanaterlihat betul bahwa Bapak Bram lebih memilih ku daripada mantan nya itu.Padahal aku ini siapa nya? Bukan siapa-siapa!Pak Bram terus menarik ku hingga kami berada di ruangan milik nya."Ada apa Pak? Mengapa Bapak menarik ku?" tanya ku segera setelah ia melepaskan tangan ku. Aku juga memegang pergelangan tangan ku karena Pak Bram terlalu kencang memegang nya hingga terasa sedikit sakit."Kamu tidak papa Ri?" tanya Pak Bram sambil meraih tangan ku yang terasa sakit."Tidak apa-apa Pak, sudah sudah tidak apa-apa Pak ini sudah lebih baik!" Jawab ku langsung menarik tangan ku.Hati ku masih merasa sedikit bersalah, karena aku adalah penyebab mereka bertengkar.Aku yang merasa bersalah, ingin segera pergi dari ruangan itu demi menghindari kesalahpahaman dari mantan pacarnya Pak Bram.tetapi Pak Bram malah menahan ku, ia tidak mengizinkan ku keluar dari ruan

    Last Updated : 2021-09-14

Latest chapter

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Mantan Kekasih yang Konyol

    Setelah itu aku dan Pak Bram langsung pergi ke rumah, pak Bram mengantar ku,di mobil lihat sangat merasa tidak enak sebuah topik pembicaraan padahal aku sudah tahu kalau Pak Bram itu pasti merasa tidak enak kepada ku karena mantan pacar nya melabrak ku di depan banyak orang sehingga membuat ku sangat malu."Tidak apa-apa! Saya hanya merasa sedikit tidak enak kepada kamu karena saya, kamu menjadi bahan pembicaraan dan bahan tontonan orang tadi di sana,"ujar nya merasa tidak enak."Ah sudah enggak apa-apa lah Pak, biasa saja saya sudah melupakan itu dan saya tidak akan mengingat nya lagi,"ucap ku berusaha membuat Pak Bram menjadi tenang."Tapi saya meminta maaf kepada kamu Ri karena saya, kamu menjadi seperti ini, saya janji kamu tidak akan pernah di permalukan oleh nya lagi. Nanti saya kan ngomong sama dia,""Ya Pak, sama saya juga minta maaf karena sedikit tidak bisa menahan emosi tadi,"ujar ku meminta maaf pula karena aku ju

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Aku di Labrak

    Setelah beberapa hari, aku melihat bahwa tidak ada mantan kekasih Pak Bram yang datang untuk melabrak ku, di sana aku sangat tidak takut, aku merasa bahwa tidak akan terjadi apa-apa saat itu.setelah seharian bekerja,tiba waktu nya untuk aku pulang dari pekerjaan ku dan beristirahat. Seperti biasaaku tidak langsung pulang, aku berhenti dan aku singgah dulu di sebuah kafe kesukaan ku untuk meminum secangkir kopi di sana. Ya kafe itu dekat dengan rumah ku, aku sangat menyukainya karena Suasana nya yang begitu romantis walau aku sendiri, aku merasa bahwa aku di manjakan oleh seorang pria, seperti itu lucu nya aku melewati masa-masa jomblo, masa-masa di manaku merasa selalu sendiri.Aku mengharapkan Alex agar segera menjadi kekasih ku.Tapi mungkin itu adalah sebuah halusinasi yang aku hadapi setiap hari, Alex tidak akan menjadi Kasih ku karena ia tidak mencintai ku. Jika dia mencintai ku maka dia sudah menyatakan itu dari dulu.Bahkan jika ada kese

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Takut di Labrak

    Sumpah aku juga terkejut dan terheran ketika Pak Bram menarik tangan ku, di sanaterlihat betul bahwa Bapak Bram lebih memilih ku daripada mantan nya itu.Padahal aku ini siapa nya? Bukan siapa-siapa!Pak Bram terus menarik ku hingga kami berada di ruangan milik nya."Ada apa Pak? Mengapa Bapak menarik ku?" tanya ku segera setelah ia melepaskan tangan ku. Aku juga memegang pergelangan tangan ku karena Pak Bram terlalu kencang memegang nya hingga terasa sedikit sakit."Kamu tidak papa Ri?" tanya Pak Bram sambil meraih tangan ku yang terasa sakit."Tidak apa-apa Pak, sudah sudah tidak apa-apa Pak ini sudah lebih baik!" Jawab ku langsung menarik tangan ku.Hati ku masih merasa sedikit bersalah, karena aku adalah penyebab mereka bertengkar.Aku yang merasa bersalah, ingin segera pergi dari ruangan itu demi menghindari kesalahpahaman dari mantan pacarnya Pak Bram.tetapi Pak Bram malah menahan ku, ia tidak mengizinkan ku keluar dari ruan

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Kemarahan Pak Bram Pada Mantan Kekasihnya

    Aku dan Pak Bram mulia bercerita satu sama lain, kami tertawa membuang semua keluh kesah kami ditempat itu. Aku juga sangat bahagia dan sedikit terkejut dengan sifat dan sikap asli Pak Bram yang sebenarnya sangat lembut dan rapuh. Dia hanya menginginkan sebuah keluarga yang utuh, seperti keluagaku yang bahagia dalam sebuah kesederhanaan yang Tuhan berikan. Melihat waktu sudah gelap dan mulai larut malam, Pak Bram mengajakku segera pulang.“Ri, sudah larut malam pulang yuk!” ujarnya sambil mengambil kunci mobil yang ia masukkan ke dalam saku kemeja yang ia kenakan.“Iya Pak, bunda juga pasti udah nungguin aku!” balasku lambut tersenyum padanya.Kami pulang dengan menggunakan mobil mewah milik Pak Bram. Pak Bram juga terlihat merasa lega karena untuk pertama kali ia menceritakan keluh kesahnya pada seseorang, sesekali ia melihat ke arahku dan tersenyum. Aku seperti tidak melihat Pak Bram yang yang dingin da sombong itu.“Ri, makasih ya

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Keluh Kesah

    Aku yang melihat hal itu langsung pergi menghampiri Pak Bram dan orang itu. Ia mencoba untuk melerai pertengkaran itu karena Pak Bram tidak bisa berhenti berbicara jika sedang marah.“Pak sudah sini!” ujarku langsung menarik tangan Pak Bram untuk menjauh dari tempat itu. Aku juga tidak lupa menyuruh orang yang bermasalah dengan Pak Bram itu untuk segera pergi dari situ, untungnya ia langsung pergi megindahkan ucapanku.“Eh, mau kemana kamu? Jangan pergi dasar tidakk pumya soan santun!” teriak Pak Bram pada orang itu. Iya juga masih ingin mengejarnya tak terima kalau si penabrak mobilnya lepas begitu saja. Tapi aku terus sekuat tenaga menahan Pak Bram.”Sudahlah Pak, apaan sih? Malu-maluin tau gak sih Pak,” ujarku kesal pada pak Bram, karena keributan itu, kami menjadi bahan tontonan orang lain disana.“Apaan sih kamu, lepasin tangan saya!” bentaknya padaku, malah ia marah kepdaku karena sudah menahannya.

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Kekonyolan Pak Bram

    Akhirnya Pak Bram pulang, aku juga segera pulang setelah itu. Aku merasa Pak Bram memang benar sudah pulang, tetapi aku malah melihatnya masih berdiri di samping mobilnya seperti mengintai seseorang. Aku yang kebingungan segera menghampiri dan memanggilnya, lama aku memanggil tidak dijawab oleh Pak Bram, akhirnya aku mencoba menepuk bahunya."Pak!""Eh Allahuakbar!" teriaknya sambil sedikit melompat. Ia sampai terkejut separah itu dong."Ih, apaan sih Pak? Kayak liat setan aja!" ujarku kesal."Ya, ya memang benar, saya melihat setan. Awalnya saya melihat iblis dan sekarang melihat setan juga!" bentaknya kesal, aku bingung dengan hal itu sehingga aku juga mencoba melihat ke arah yang diintai oleh Pak Bram. Aku melihat ke segala arh, tetapi aku tidak melihat apapun. Pak Bram yang sadar bahwa aku mengikutinya langsung menepuk tangannya pas di mataku."Hei, apa yang sedang kamu lakukan!" ujarnya sambil menepuk tangan."Ih Bapak, saya kaget

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Salah Sasaran

    Aku langsung masuk ke kamar karena malu. Aku merasa bahwa hatiku benar-benar dalam keadaan kegirangan yang sangat membahagiakan. Aku terus menerus tersenyum dan sesekali menepuk lembut jidatku. Aku tidak tau apa yang aku rasakan sendiri, aku merasa bahwa hatiku sedang gugup, canggung, senang dan sedih juga. Kamarku yang ku stel dengan lampu yang agak gelap serasa menjadi sangat terang. Aku bahkan tidak bisa menikmati lampu yang aku desain sendiri. Keesokan harinya seperti biasa, aku telat bangun dan harus pergi ke kantor dengan terburu-buru. "Bun, Riri ke kantor ya!" teriakku langsung menarik tangan lembut bunda untuk berpamitan. "Sarapan dulu Nak!" teriak bunda. "Aku telat Bun, nanti aja di kantor!" ujarku sambil memakai jam tangan. "Ruri tunggu!" panggil kak Ando. Aku langsung menghentikan langkah kakiku dan berbalik melihat ke arah kak Ando. "Iya Kak, ada apa?" sahutku sedikit panik, takut kak Ando akan melarangku bertemu deng

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Kemarahan Kakak

    sesampainya di rumah aku langsung menemui bunda."Assalamualaikum Bun," teriakku yang bahkan belum masuk ke rumah."Iya walaikumsalam, kamu kenapa Nak?" tanya bunda bingung."Alex mana?" tanyanya lagi melihat ke luar dan tidak ada Alex."Gatau tuh Bun, masa ya Bu dia ninggalin aku gitu aja!" ucapku terlihat semakin kesal."Ditinggalin gimana?" tanya bunda bingung dengan kalimat ambiguku."Jadi tuh Bun tadi ada kenalannya yang bertepatan ada di kafe itu juga, lalu kenalannya itu malah menarik tangannya dan meninggalkan Riri," jelas ku."Haha, kasihan nya anak Bunda malah ditinggal!" ujar bunda menggodaku."Ih Bunda kok malah ngejek Riri sih, kesal aku!" cetusku dan langsung masuk ke kamarku."Dimana sekarang Alex?" tanya kakak agak marah, ternyata kakak mendengar pembicaraan kami dengan bunda dari kamarnya yang tepat di depan ruang tamu."Ah sudahlah kak!" ujarku mengira kakakku bercanda."Masa kamu ditingga

  • Cinta CEO Korban Ghosting   Aku ditinggal sendiri

    Kebahagiaan bersama Alex membuatku melupakan kekesalan terhadap pekerjaanku, sesaat aku melupakan kekesalanku terhadap Pak Bram yang selalu membuatku dalam kesusahan."Ri, mau mau ngomong sesuatu deh sama kamu!" ujar Alex dengan wajah merah. Aku juga sudah tidak sabar mendengar ucapan yang akan dilontarkan oleh Alex. Aku yakin dia pasti ingin memintaku menjadi pacarnya."Iya Lex, ngomong aja kali," ujarku sedikit bergurau, tetapi hatiku berdebar tidak karuan."Ri, sebenarnya aku - aku cinta sama kamu!" ungkap Alex kepadaku sambil menunduk malu dan wajahnya juga terlihat menjadi sangat gugup."A- apa? Sejak kapan?" tanyaku, berpura-pura sedikit terkejut, padahal aku sudah tau."Apanya yang sejak kapan?" tanyanya bingung, Alex mulai linglung, mungkin karena takut tidak direspon atau malah ditolak."Ya, ya itu kamu mencintai aku, sejak kapan?" tanyaku sedikit getir."Sudah lama Ri, sejak SMA!" ujarnya, namun wajahnya tetap tertunduk ke b

DMCA.com Protection Status