Sore ini suasana di depan hotel yang ditempati Reno dan Renata terlihat sepi. Juga karena hujan lebat sedang mengguyur dengan derasnya. Angin lumayan kencang membuat pohon-pohon kelapa bergoyang-goyang bak penyanyi dangdut. Sangat hot dan erotis. Kadang goyangannya pelan, kadang kencang. Tergantung angin yang menerpa. Jarang terlihat orang berlalu lalang meskipun memakai motor atau kendaraan lainnya.
Mereka berdua; Reno dan Renata, sedang duduk berdua di sofa menonton film di TV berjudul the Vow. Suasana terasa romantis, kondisi sangat-sangat mendukung untuk menghabiskan waktu berdua dengan kehangatan cinta.
The Vow berkisah tentang perjuangan seorang suami dalam meraih cinta istrinya yang hilang usai mengalami kecelakaan. Dikisahkan Leo (Channing Tatum) dan Paige (Rachel McAdams) adalah pasangan muda yang belum lama menikah. Suatu ketika saat baru pulang dari menonton bioskop, mereka mengalami kecelakaan. Paige jatuh terpental keluar dari mobil. Sedangkan Leo ba
"Apa, Emma?" Laki-laki itu mendekatkan diri di sebelah seorang perempuan paruh baya, yang selama ini menjadi kekasih gelapnya."Udah, Mas. Mulai sekarang, kita jangan berhubungan lagi. Kita biasakan lagi seperti dulu. Aku Bos, dan kamu sopir pribadiku. Aku-aku ... nggak sampai hati melukai hati suamiku, Mas.""Tapi, kenapa baru sekarang, Sayang? Hubungan kita sudah dua tahun ini. Dimulai saat kita berdua di pondok itu dulu.""Kamu tahu, Mas? Perbuatan kita ini melanggar aturan agama. Kita berdosa, Mas!"Ditatapnya laki-laki muda itu, yang ... dia akui, sangat tampan dan membuatnya tergila-gila. Satu yang sangat disuka dari dia. Matanya. Sangat sayang untuk tidak dipandang. Jarang sekali ada seseorang dengan tatapan teduh seperti itu, dan ... bulu mata itu, lentik sekali.Tapi, bagaimana lagi? Dia nggak mau perasaan ini semakin dalam dengan permainan ini. Yang dirasa semakin menggairahkan dan semakin membuatnya hilang kendali, lepas kontrol.
Yuni berumur 25 tahun dan Nurul berumur 22 tahun. Yuni cantik, hidung mancung, berkulit putih bersih, berambut panjang, agak gemuk dan pendek tubuhnya. Kalau bicara suka ceplas-ceplos, dan jika suka sesuatu, harus bisa didapatkan. Gadis yang agresif.Sedangkan Nurul persis seperti mamanya. Jika dibandingkan dengan foto Emma waktu masih muda, pastilah mirip dengan Nurul ini. Tinggi, langsing dan, seksi. Watak gadis ini pendiam, beda dengan sang kakak. Jika sedang marah selalu bisa menutupi. Padahal, hatinya masih panas dan dendam. Hati-hati.Yuni dan Nurul mengetahui bahwa mereka sama-sama menyukai sopir mamanya itu. Jika gadis-gadis remaja ini menyukai seorang laki-laki, kegilaan mereka melebihi kegilaan perjaka yang menyukai gadis perawan. Contohnya, mereka berdua sering mengintip Doni setelah selesai mandi. Kompakan. Sopir itu kurus orangnya, berambut agak panjang keriting dan tatapannya sering membuat dua gadis ini klepek klepek. Pernah karena ketahuan memandang lama-
Emma berjalan menuju sebuah kamar di bagian belakang rumah. Diketuknya pintu dengan ujung kuku. Beberapa detik kemudian pintu terbuka, Emma masuk ke dalam dan mengunci kamar itu."Sudah tidur suamimu?""Sudah, barusan." Dengan cepat mereka berciuman. Tapi, saat sedang panas-panasnya Doni bertanya, "kenapa kamu tadi siang marah-marah seperti itu? Pakai tampar pipiku lagi?""Gimana enggak marah? Kalau kamu bilang padaku pernah membawa anak-anakku ke pondok itu? Jelas kamu berbuat mesum di sana. Sekarang, jawab. Apa yang kalian lakukan di sana?""Enggak, itu hanya pancingan aja biar kamu marah karena tiba-tiba tidak mau berhubungan lagi dengan aku. Ya susah, karena aku tidur dikamar ini, kerja di rumah ini jadi sopir suamimu dan kamu. Sebetulnya bisa saja kita tidak berhubungan lagi. Gampang. Caranya? Ya pecat saja aku, beres. Tapi aku tahu kamu tidak akan melakukannya, 'kan?""Iya benar, Don. Aku ... aku, terlalu sayang padamu.""Tapi, kenapa?
"Benar Pak, aku tidak berbicara dengan seseorang pun. Mungkin Bapak salah dengar," kata Doni."Aku nggak salah dengar. Aku tadi jelas mendengar kamu berbicara dengan seseorang di kamar ini!" bentak Jarot. Keukeh."Oh, yang barusan itu? Aku tadi sedang telepon temanku di kampung, Pak.""Kok terdengar jelas suaranya, bukan seperti suara telepon?""Ya ... terdengar jelas, Pak. Orang hapenya aku loud speaker dan juga, ini kan tengah malam? Sepi sekali. Jadi semisalkan keluar suara sedikit aja sudah sangat keras kedengarannya.""Aku nggak percaya. Sebentar, aku mau masuk!" katanya sambil bergerak maju."Lho, lho ... mau ngapain, Pak?" cegah laki-laki muda ini."Aku mau masuk! Aku mau mengecek sendiri isi kamar ini ada siapa selain dirimu. Jangan halangi aku!" hardik Jarot. Pikiran dan hati sudah termakan emosi. Takut membayangkan jika istri benar-benar selingkuh dengan sopirnya sendiri."Emangnya ada siapa, Pak, selain saya?" Doni men
Seminggu dua kali Yuni dan Nurul selalu pulang ke rumah. Kota tempat mereka menimba ilmu berbeda. Hari ini Nurul datang pagi-pagi dengan taksi online, sedangkan Yuni dijemput.Jika semua anak-anak telah berkumpul seperti ini, selalu ada saja yang kurang. Jarot, selalu tidak bisa datang karena kesibukannya di luar kota. Kalau Emma, selalu pulang ke rumah. Misalkan ada jadwal pergi ke luar kota selalu diusahakan tidak bersinggungan dengan jadwal anak-anak saat pulang. Jadi satu rumah ada satu laki-laki dan tiga orang perempuan, ditambah lagi dua sopir, dan satu pembantu rumah tangga yang masuknya pagi dan pulang di sore hari.Di pagi ini, Emma dan kedua anaknya sedang makan pagi bersama. "Gimana pelajaran kalian , apakah lancar tidak ada kendala?" tanya Emma."Tidak ada, Ma. Lancar-lancar saja," kata Nurul sambil melirik Yuni."Kamu, Nak? Ada kesulitan di sana?" Pertanyaan yang sama ke anak pertamanya."Sama, Ma. Tidak ada. Tumben Mama perhatian sam
Di dalam mobil sesekali Doni melirik Emma yang ada di sebelah kirinya. Sangat cantik pagi hari ini dengan baju setelan set varoni. Perpaduan atasan warna merah cerah bermotif bunga, dengan bawahan berwarna merah gelap membuat Emma jauh kelihatan lebih muda. Tubuhnya juga masih bagus dan seksi. seminggu sekali Emma selalu fitness, makanan dan minuman juga selalu yang higenis dan bergizi. Dulu, saat pertama kali melihat Doni untuk pertama kali. Wanita paruh baya ini sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan cepat. Tanpa banyak yang dibahas dia bilang ke suaminya, Jarot."Sudah, Pa. Kita terima dia saja sekarang tidak apa-apa. Lagian, aku juga mau berangkat ke Jakarta besok pagi. Karena ini perjalanan jauh, besok sopir baru ini saja yang antarkan aku. Papa sama Pak Mardi saja. Kasihan kalau beliau, sudah tua.Gimana, Pa?" Saat itu Jarot mengiakan saja ucapan istrinya.Jika diadu penampilannya dengan Yuni, mereka ibarat seperti kakak adik yang sedang jalan-jalan santai dengan
"Tadi kami cuma muter-muter saja, setelah masuk ke toko yang menjual peralatan rumah tangga, kami ke sini." sahut Doni. Intervensi."Bukannya sudah beli baju? Eh ...," tanya Yuni lagi. Sambil meremas-remas kaos, gugup dan takut dengan jawaban yang akan didengar."Beli baju?" Laki-laki ini bertanya. Lebih mirip bergumam, ada tekanan di dalam suara. "Belum ... kami belum beli baju, kok." jawab Emma. Betul juga apa yang dikatakan Doni barusan. Anaknya telah melihat dia tadi. Bahaya. Perempuan ini melihat Yuni masih memandanginya dengan tatapan seperti ingin meminta penjelasan lebih lanjut.Seseorang di atas melihat adegan ini dengan tersenyum. Pintar sekali dua orang ini, pikirnya. Tapi ingat ... yang namanya bangkai pasti tercium Juga. Pelan-pelan diambilnya hape dan mulai mengambil gambar. Satu, dua, tiga gambar ... cukuplah."Nggak asyiklah, kalau enggak sama kamu, Nak. Ini saja dari tadi Doni berdiri bengong di sini. Kasihan dia, sepertinya nggak biasa j
Saat Yuni mengambil hape yang terjatuh tadi, Doni tanpa sengaja melihatnya. Kaget, secepatnya menarik tangan Emma dan pergi dari situ setelah sebelumnya melepas dan menaruh bajunya di sembarang tempat, nggak jadi dibeli. Emma masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Doni menjelaskan."Ada anakmu! Lepas bajumu dan taruh di sini!" Emma kaget, tapi mengikuti juga apa yang dikatakan laki-laki ini. Dia berbisik ke Emma."Ayo, kita pergi dari sini!""Yuni? Kok ...,""Ayo, cepat! Bisa runyam, nih!"***"Assalamualaikum!""Waalaikumsalam!" Pembantu rumah tangga berumur kurang lebih lima puluh lima tahun ini membukakan pintu. Setelah terbuka, tiga orang ini masuk ke dalam rumah."Ini, Bi. Ada oleh-oleh buat kamu." Emma memberi sebungkus oleh-oleh buat ART ini. Dibelikannya dua kaos bermotif bunga-bunga berwarna gelap untuk keseharian di rumah. Seorang juragan yang lumayan baik, pengertian."Terima kasih, Bu Emma. Ya Alla