Di dalam mobil sesekali Doni melirik Emma yang ada di sebelah kirinya. Sangat cantik pagi hari ini dengan baju setelan set varoni. Perpaduan atasan warna merah cerah bermotif bunga, dengan bawahan berwarna merah gelap membuat Emma jauh kelihatan lebih muda. Tubuhnya juga masih bagus dan seksi. seminggu sekali Emma selalu fitness, makanan dan minuman juga selalu yang higenis dan bergizi. Dulu, saat pertama kali melihat Doni untuk pertama kali. Wanita paruh baya ini sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan cepat. Tanpa banyak yang dibahas dia bilang ke suaminya, Jarot.
"Sudah, Pa. Kita terima dia saja sekarang tidak apa-apa. Lagian, aku juga mau berangkat ke Jakarta besok pagi. Karena ini perjalanan jauh, besok sopir baru ini saja yang antarkan aku. Papa sama Pak Mardi saja. Kasihan kalau beliau, sudah tua.Gimana, Pa?" Saat itu Jarot mengiakan saja ucapan istrinya.
Jika diadu penampilannya dengan Yuni, mereka ibarat seperti kakak adik yang sedang jalan-jalan santai dengan sopirnya. Memang, jika ada uang, penampilan juga bisa dirubah. Untuk perawatan tubuh saja, Emma menghabiskan uang jutaan tiap bulannya. Demi siapa? Demi si Doni. Jarot bisa menikmati juga karena dapat sisa dari laki-laki itu. Kasihan.
"Don, kenapa kamu dari tadi kok lirik-lirik terus?" tanya Emma, seperti berbisik. Sambil mata melirik ke belakang.
"Enggak, Bu, maaf. Perasaan aku nggak lirik-lirik kok. Yah, namanya juga sopir . Kerjaannya memang seperti ini, lirik kanan kiri dan melihat ke depan. Fokus, Bu ...," jawab Doni. Mata tertuju ke jalan, tapi beberapa kali melirik dada perempuan ini. Teringat, terbayang-bayang, dan tiba-tiba otaknya pun jadi kemana-mana. Tunggu! Fokus ke jalan! Doni berteriak di dalam hati. Bahaya jika di jalan raya tidak konsentrasi. Bisa nabrak!
"Iya, aku tahu." Emma tersenyum sambil kedipkan mata kiri, Doni pun membalasnya dengan senyuman. Harus berhati-hati karena ada Yuni di belakang yang sedang asyik bermain handphone. Hubungan terlarang ini jangan sampai ada yang tahu.
Setelah tiba di mall mereka bertiga naik ke lantai dua karena Yuni mau membeli sebuah buku di toko buku terkenal di kota ini.
"Ma, aku mau cari buku dulu, ya? Mungkin agak lama. Setelah nanti aku dapat bukunya, aku akan telepon Mama. Gimana?"
"Ya tidak apa-apa, Nak. Aku sama Doni mau lihat-lihat dulu. Nanti setelah selesai, kirim pesan saja." jawab ibunya.
"Ok, Ma." Mereka berpisah.
Emma dan Doni berbelok ke sebuah toko yang menjual peralatan rumah tangga. Jika ada yang teliti dan faham, sangat aneh jika ada sopir dan majikan sangat akrab seperti ini. Seorang perempuan yang telah dibutakan oleh cinta.
Cinta buta. Cinta suci yang telah ternoda oleh ketampanan seorang laki-laki muda. Seseorang yang bisa memutar balikkan logika dan fakta, bahwa ... dia, Doni, telah merusak rumah tangga orang. Wajah boleh tampan, dan seperti baik. Tapi dalam hati, siapa tahu?
Suasana tidak begitu ramai karena masih pagi. Karena tidak ada yang mengawasi, Emma menggandeng mesra sopirnya ini. Laki-laki muda ini juga berpikiran sama. Setelah puas melihat-lihat, setengah jam kemudian mereka sudah berada di Mataha#i. Di sini ramai sekali karena sedang ada diskon besar-besaran. Harga yang ditawarkan sangat murah. Baju bermerek terkenal yang biasanya dibandrol seharga empat ratus ribu rupiah, di sini dijual seharga seratus dua puluh ribu rupiah saja. Dua orang ini sibuk memilih milih beberapa kaos dan topi. Doni memilih satu kaos dan masuk ke kamar ganti. Keluar, dan bertanya.
"Gimana? Pantas nggak aku dengan kaos ini?" sambil berkacak pinggang.
"Pantas, kok. Ganteng ...," jawab Emma. Selanjutnya ibu dengan dua orang anak ini yang mencoba sebuah baju. Sementara, pengunjung semakin ramai berdatangan. Yang namanya diskon, selalu bisa menarik pelanggan, dengan embel-embel cuci gudang.
Gantian Emma yang minta pendapat. Apakah dia cantik memakai baju ini? Cantik, jawab Doni. Sambil sesekali bergurau, mencolek dagu, menggandeng tangan. Di belakang mereka, Yuni berdiri dengan kaku.
Apakah benar apa yang kulihat sekarang ini?
Mamaku dan Mas Doni bergandengan tangan? Bercanda?
Tidak salah lihatkah, aku?
Ada apa di antara mereka?
Saling sayang?
Yuni tidak jadi mencari buku yang dia inginkan. Pikirnya, kapan-kapan saja sendirian karena sekarang ada mama. Mending aku gabung sama mereka. Dan sekarang, dia merasa menyesal telah melihat sesuatu yang tidak sepantasnya ini.
Apa yang akan dilakukan Yuni?
Hapenya jatuh, diambilnya benda itu. Saat melihat ke depan, mereka sudah tidak ada lagi.
***
Gadis ini cepat-cepat membuka kunci hape dan mulai menelpon mamanya. Selama menunggu, hatinya deg-degan, napas tidak beraturan. Apakah ini mimpi? Oh, tidak! Dia merasakan dadanya sakit, mencelos melihat pemandangan tadi.
Cemas!
Terdengar nada dering beberapa saat, tapi belum diangkat-angkat. Beberapa detik berlalu terasa lama sekali. Duh, kok nggak diangkat-angkat, ya? Dan ...
"Hallo?"
"Iya, hallo! Mama di mana sekarang? Aku nggak jadi cari buku Mah, besok-besok saja!"
"Oh, iya. Mama di sini, di depannya gallery street ... antara gerai Dior dan Gucci. Kamu ke sini saja. Kamu kenapa kok nadanya seperti cemas?" jawab Emma dan juga bertanya.
Dari jauh Yuni melihat Doni dan mamanya sedang berdiri di sebuah gerai penjual salah satu pakaian bermerek Internasional. Mall yang terletak di tengah kota ini benar-benar sangat strategis tempatnya. Selain tempatnya yang besar dan lega, bisa dijangkau juga oleh seluruh kendaraan, baik angkot, ataupun kendaraan pribadi. Toko-toko di dalamnya juga sangat lengkap, jadi ada banyak orang dengan berbagai keperluan bisa terpenuhi di Mall ini.
Melihat mereka,Yuni merasa ada yang berbeda. Tapi apa, ya? Saat sudah dekat.
"Kenapa, Nak? Kok nggak jadi beli bukunya?" tanya Emma. Dari mimik wajah dan gerak gerik perempuan paruh baya ini, seperti sedang menyimpan sesuatu. Sesuatu yang harus ditutupi rapat-rapat. Kelihatan sekali jika Yuni mau teliti. Dimulai dari pandangan mata yang nggak fokus, muka terlihat sedikit tegang, suara yang bergetar saat berbicara, dan seperti gugup.
"Iya, Ma. Yang seperti aku bilang tadi. Maunya beli buku tapi karena sekarang ada Mama ngajak jalan-jalan dan shopping, makanya beli bukunya bisa besok-besok aja. Karena kalau sekali masuk ke toko itu, pasti akan lama Mah. Aku kan suka baca novel dan cerpen? Pilih-pilihnya itu yang lama. Nah, sekarang mau ke mana kita ini?"
"Ya, sudah. Kita cari baju saja dulu, yuk?" ajak mamanya.
"Lho, emangnya Mama belum beli? Perasan ta-"
"Tadi kami cuma muter-muter aja, setelah masuk ke toko yang menjual peralatan rumah tangga, kami ke sini." sahut Doni. Intervensi.
"Bukannya sudah beli baju? Eh ...," tanya Yuni lagi.
"Tadi kami cuma muter-muter saja, setelah masuk ke toko yang menjual peralatan rumah tangga, kami ke sini." sahut Doni. Intervensi."Bukannya sudah beli baju? Eh ...," tanya Yuni lagi. Sambil meremas-remas kaos, gugup dan takut dengan jawaban yang akan didengar."Beli baju?" Laki-laki ini bertanya. Lebih mirip bergumam, ada tekanan di dalam suara. "Belum ... kami belum beli baju, kok." jawab Emma. Betul juga apa yang dikatakan Doni barusan. Anaknya telah melihat dia tadi. Bahaya. Perempuan ini melihat Yuni masih memandanginya dengan tatapan seperti ingin meminta penjelasan lebih lanjut.Seseorang di atas melihat adegan ini dengan tersenyum. Pintar sekali dua orang ini, pikirnya. Tapi ingat ... yang namanya bangkai pasti tercium Juga. Pelan-pelan diambilnya hape dan mulai mengambil gambar. Satu, dua, tiga gambar ... cukuplah."Nggak asyiklah, kalau enggak sama kamu, Nak. Ini saja dari tadi Doni berdiri bengong di sini. Kasihan dia, sepertinya nggak biasa j
Saat Yuni mengambil hape yang terjatuh tadi, Doni tanpa sengaja melihatnya. Kaget, secepatnya menarik tangan Emma dan pergi dari situ setelah sebelumnya melepas dan menaruh bajunya di sembarang tempat, nggak jadi dibeli. Emma masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Doni menjelaskan."Ada anakmu! Lepas bajumu dan taruh di sini!" Emma kaget, tapi mengikuti juga apa yang dikatakan laki-laki ini. Dia berbisik ke Emma."Ayo, kita pergi dari sini!""Yuni? Kok ...,""Ayo, cepat! Bisa runyam, nih!"***"Assalamualaikum!""Waalaikumsalam!" Pembantu rumah tangga berumur kurang lebih lima puluh lima tahun ini membukakan pintu. Setelah terbuka, tiga orang ini masuk ke dalam rumah."Ini, Bi. Ada oleh-oleh buat kamu." Emma memberi sebungkus oleh-oleh buat ART ini. Dibelikannya dua kaos bermotif bunga-bunga berwarna gelap untuk keseharian di rumah. Seorang juragan yang lumayan baik, pengertian."Terima kasih, Bu Emma. Ya Alla
Cinta karena terbiasa. Itu salah satu kalimat yang dibaca gadis ini di sebuah teks lagu, atau di sebuah roman picisan. Mungkin pertamanya Doni tidak akan mau dengan diriku, tapi karena situasi yang memungkinkan dan waktu juga akan membuktikan. Bahwa benar, cinta bisa ada, karena terbiasa, pikir Nurul. Siapa tahu hatinya akan terbuka untukku? Yang pertamanya benci nggak suka, nanti akhirnya jadi benci ... benar-benar cinta.Terdengar langkah kaki seseorang sedang menuju dapur. Siapa itu, pikirnya. Pelan-pelan dia membuka pintu kamar yang selalu tidak terkunci. Terlihat sekelebat bayangan. Kamar Nurul dan kakaknya memang berdempetan. Sedangkan di luar kamar sebelah kiri adalah dapur. Kamar Doni terletak di belakang, sebelah kanan.Apakah itu Yuni? Atau Doni? Jika laki-laki itu, ini adalah kesempatanku. Malam-malam tidak ada orang yang tahu. Semua telah tertidur lelap. Di hati dan pikiran mengatakan dia harus melaksanakannya malam ini. Dengan modal nekat, Nurul pelan-pelan
Pagi-pagi setelah mandi keramas, Doni duduk termenung sambil merokok di dalam kamar. Sesekali diminum kopi yang sudah dingin itu. Nurul telah tahu, batinnya. Kemarin-kemarin perasaan dia masih kecil. Ternyata, tanpa kusadari dua tahun ini, dia sudah dewasa. Semalam terbuka semuanya, rahasia itu dan ... pakaiannya. Dia meminta aku melakukannya. Saat dia meminta lebih, aku bilang tidak. Cukup sampai di situ saja. Kasihan. Masalah ini antara aku dan papanya, kecuali dengan Emma. Dia yang kasih umpan duluan. Sudah saatnya. Biar Jarot tahu, betapa sakit hati jika mengetahui. Sudah saatnya.Balas dendam!Diketiknya sebuah pesan ke seseorang.[Dua tahun sudah cukup Sayang, ini saatnya balas dendam, balas perasaan ke orang itu] Kirim. Tersampaikan! Beberapa menit kemudian, ada balasan.[Iya, usahakan dia melihat kamu dan Emma berdua di dalam kamar. Jadi biar dia merasakan, betapa sakit hatinya saat istrinya tidur dengan laki-laki lain ...,][Iya, akan aku atur
"Oh, ya ... eh, Mas. Nanti jadwal kita berdua ya? Nanti malam aku jam dua ke kamarmu." kata Emma. Rupanya. Gara-gara bahas kopi dan sendok, perempuan cantik ini jadi ingin diaduk. Dipandanginya laki-laki ini lekat-lekat."Gak usah. Aku aja ke kamarmu, kan suamimu belum datang? Jadi aku bisa ke situ nggak ada yang ganggu.""Oke tumben-tumbenan ini. Ya memang harus ganti suasana ya, Mas." tanya Emma sambil meremas jari laki-laki ini. Dia tidak tahu ada apa dibalik pikiran orang di sebelahnya. Doni mau masuk ke kamar Emma karena dia mau melihat situasi dan kondisi di situ. Ada suatu rencana yang akan dilakukan di kamar itu, tapi dia harus membeli sesuatu dulu.Sore hari telah tiba, saat Doni menjemput Emma di kantor temannya itu, dia melihat sebuah etalase dengan kaca riben yang gelap. Jika dilihat dari dalam kelihatan, jika dilihat dari luar tidak kelihatan. Oke fix, sempurna, begitu saja rencananya, pikirnya.Malamnya saat Doni dan Emma sedang bercinta,
Diluar rencana, Emma dengan kedua anaknya jalan-jalan lagi di sebuah Mall. Perempuan itu ingin berbelanja bareng setelah minus kehadiran Nurul saat itu. Kesempatan yang sangat jarang terjadi. Kadang bisa dengan Yuni, Nurulnya tidak bisa. Begitu juga sebaliknya, karena letak sekolah mereka yang berbeda. Seringnya kedua anaknya bisa, Emma yang tidak bisa.Di tempat lain, seseorang mengirim pesan ke Jarot.[Bos. Bagaimana kabar? Ini Trio.][Baik. Mau perlu apa?][Saya ada info penting buat kamu, Bos.][nfo apaan? Jangan bertele-tele.][Saya punya foto istrimu bergandengan tangan dengan sopirmu, Bos.][Kirim sekarang juga fotonya!][Jadi? Kesepakatannya?][Apa maksudmu? Kamu minta uang?][Saya ingin balik lagi, Bos. Seperti dulu.][Sudah, beres! Kirim saja fotonya sekarang!][Siap, Bos!]Foto dikirim, dan ... saat Jarot melihatnya, membuat seketika otot-otot di wajah menjadi kaku, kepalanya panas.
Sesuai yang seperti direncanakan, Jarot pulang kerumah bertemu dengan anak-anak dan istrinya. Segala kerinduan maunya ditumpahkan juga malam ini. Meskipun banyak perempuan panggilan yang datang saat keluar kota kemarin, tak bisa menghilangkan bayang-bayang istri di mata dan hatinya. Entah, bayang-bayang itu ada karena rasa cinta atau curiga.Atau ... cinta yang terbalut dengan rasa curiga?***Istriku seperti biasa saja? Menyambutku dengan senyum yang benar-benar tanpa ekspresi, garing, otot wajah nggak ketarik. Ketemu seperti ketemu tiap hari, bukan ketemu setelah lama tidak bertemu. Benar-benar perubahan yang sangat luar biasa.Semakin aneh rasanya, dan Doni juga. Perasaanku memang mengatakan dia bermain cinta dengan istriku. Kenapa aku bisa berkata begini? Karena aku pernah melakukannya dulu dengan Lastri dan akhirnya juga ketahuan sama istriku. Dan dengan terpaksa aku meninggalkannya. Dan kemarin, Trio mengirim foto-foto itu padaku, klop sudah.
"Kakak ... kali ini Papa pulang, kok tidak kelihatan bahagia gitu, ya?" tanya Nurul ke Yuni sambil bertopang dagu."Maksud kamu apa, Rul?" Memang benar juga, batin dia."Seperti biasa saja. Perubahannya mencolok sekali. Beberapa tahun yang lalu jika Papa pulang, Mama selalu bahagia dan Papa juga ceria. Tapi sekarang sepertinya, ada jarak ... di antara mereka, Kak.""Iya, aku juga merasakan. Mau tanya seperti itu tapi perasaan enggak enak ...,""Ada yang aneh Kak, dengan mereka berdua" Iya, aneh seperti kita. Kau dan aku menyukai orang yang sama batin Yuni. Aku kakakmu, kamu tidak bisa menghalangi niatku."Tapi biarlah urusan mereka, Kak. Mereka kan orang tua punya urusan yang tidak bisa kita tangani. Mungkin, mereka sekarang sedang merasakan jenuhnya pernikahan setelah lebih dari dua puluh tahun.""Yee ... seperti pernah ajah, kamu.""Memang seperti itu, kok? Dari buku-buku yang aku baca, sebuah hubungan pasti ada naik turunnya. Kadan
Sore ini suasana di depan hotel yang ditempati Reno dan Renata terlihat sepi. Juga karena hujan lebat sedang mengguyur dengan derasnya. Angin lumayan kencang membuat pohon-pohon kelapa bergoyang-goyang bak penyanyi dangdut. Sangat hot dan erotis. Kadang goyangannya pelan, kadang kencang. Tergantung angin yang menerpa. Jarang terlihat orang berlalu lalang meskipun memakai motor atau kendaraan lainnya.Mereka berdua; Reno dan Renata, sedang duduk berdua di sofa menonton film di TV berjudul the Vow. Suasana terasa romantis, kondisi sangat-sangat mendukung untuk menghabiskan waktu berdua dengan kehangatan cinta.The Vow berkisah tentang perjuangan seorang suami dalam meraih cinta istrinya yang hilang usai mengalami kecelakaan. Dikisahkan Leo (Channing Tatum) dan Paige (Rachel McAdams) adalah pasangan muda yang belum lama menikah. Suatu ketika saat baru pulang dari menonton bioskop, mereka mengalami kecelakaan. Paige jatuh terpental keluar dari mobil. Sedangkan Leo ba
"Bukan! Bukan yang seperti kau pikirkan, Sayang!""Apaan?! Sudah jelas ada perempuan di belakangmu itu, nggak pakai baju lagi! Dasar!"Reno cepat-cepat menutup panggilan video itu. Dia mendesah, akhirnya aku ketahuan juga bermain dengan seorang gadis, pikir dia. Diliriknya seseorang di sebelah. Gadis itu menatapnya tanpa berkedip. Seperti meminta penjelasan; ada apa?"Jadi, dia pacarmu?" tanya Renata sambil memakai baju. Suasana di kamar ini sudah tidak nyaman lagi bagi dia."Iya." jawab Reno."Maafkan aku ....""Nggak. Bukan salahmu.""Telepon dia lagi. Bujuk dia."Sementara itu lastri di ujung sana sedang berusaha sekuat tenaga untuk menahan air mata yang mau jatuh ke pipi. Melihat dengan mata sendiri Reno sedang selingkuh di Bali, hatinya sakit karena merasa dikhianati. Di pikirannya, Reno dan Doni sama saja. Sama-sama brengsek. Kenapa semua laki-laki begini? Tidak bisakah mereka setia?"Lho-lho, Mbak. Ken
Pagi jam lima.Reno baru bangun tidur. Aku di mana? Lho, siapa dia? Batin laki-laki ini.Dilihatnya seseorang yang sedang tidur di samping dia. Renata? Duh, kok bisa aku ketiduran di sini, ya?Dilihatnya lagi posisi dia dengan gadis itu. Mereka berdua tidur di atas ranjang berdua! Gila! Apa yang aku lakukan semalam? Pikirnya, panik. Jangan-jangan ... laki-laki ini memeriksa sesuatu. Untunglah, sabuk itu masih mengikat celananya dengan baik.Jadi tidak terjadi apa-apa semalam. Nggak tahu lagi jika seperti ini. Nanti mau pulang, apa enggak? Aku nyaman di sini satu ranjang dengan dia. Hmm ... gimana, nih?Semalam, saat Reno sedang asyik bercerita. Dia lihat gadis itu sudah tertidur di atas ranjang. Gadis itu mengajak ngobrol di atas kasur alasannya; enak ngobrol sambil tiduran. Ha? Jadi dari tadi aku ngomong sendirian? Ya gini ini, jika m
"I love you ....""I love you too ...."Lastri mencium dengan hangat bibir Reno. Mereka saling berpagutan, berpelukan di atas ranjang yang sudah ternoda di malam harinya. Tangan laki-laki ini dengan sigap melepaskan kait penutup dada gadis ini dan ... terlihat sudah sesuatu yang sudah beberapa bulan ini tidak bosan-bosan untuk dimainkan. Gadis itu, super binal kelakuannya meskipun wajahnya kalem, cantik ada manisnya dengan potongan tubuh yang sangat bagus khas peragawati. Bicaranya lemah lembut, sopan, ada sedikit mendesahnya. Dia bisa sangat hot jika di atas ranjang. Reno sangat tergila-gila padanya."Mau lagi?" tanya Lastri di antara napas yang menderu. Dia sudah tidak tahan sebenarnya. Maunya, buru-buru diselesaikan cumbuan ini biar langsung ke gerakan inti. Gerakan dan permainan laki-laki ini sangat disukainya. Diciuminya leher sang kekasih. Wangi ...."Iya." jawab Reno, sambil melepas pakaiannya yang
Malam ini aku susah tidur, kenapa, ya? ... padahal mata sudah mengantuk sekali. Sebetulnya aku mau mengakui sesuatu, tapi malu sama diri ini. Apa sih yang kucari selama ini? Sudah hampir setahun aku berkutat dengan yang namanya jempol. Ketemu teman kencan, yang kulihat jempolnya. Mau ketemuan, hati dag dig dug juga karena jempol. Hah! ... pikiran udah gak bener ini. Pas udah ketemu orang yang cocok, aku gak cocok dengan jempolnya. Padahal orangnya udah kaya, lho? Bingung sendiri aku.Matre? Aku matre? ... ya iyalah, yang kaya jadi syarat mutlak untuk jadi suamiku, apalagi hari gini apa-apa pada mahal semua. Matre tuh jadi kebutuhan dan gaya hidup. Apalagi secara penampilan aku ini cantik, putih, modis, klop lah kalo ketemu dengan yang kaya. Tua juga enggak papa kok. Ah, segininya aku, ya?Kadang, cocok sama jempolnya tapi gak cocok sama tingkah lakunya. Yang ngupilan lah, yang main game terus lah, yang bau badannya bikin mual lah, yah ... sayang. Padahal lihat jempolny
Renata melihat Reno masuk ke dalam kamar mandi. Dia termenung, membayangkan laki-laki itu membawanya ke sini. Pasti dilihatin orang banyak. Duh malu, ntar dikira mabuk lagi? Batinnya. Tapi, eh ... memang aku kemarin minum beberapa gelas, kan? Belum pernah minum-minum juga ... ya jelas aku pingsan, teler.Suara pintu kamar mandi terbuka, "hey, Renata." Reno keluar dengan wajah yang segar. Rambutnya basah. Wajah itu tambah terlihat tampan dan mulus. Pasti pakai serum. Eh."Iya?""Jadi, aku ada jadwal manggung hari ini di sebuah tempat." kata laki-laki ini. Sekarang duduk di atas kasur di samping gadis itu, " tepatnya di pantai Kuta. Aku harus berangkat sekarang ketemu sama anak-anak. Aku juga lupa nggak kasih kabar ke mereka kalau aku di sini. Dan juga karena kudu persiapan dulu, belum sound ceck juga. Kamu mau balik ke hotelmu, kan?" tanya Reno."Kamu mau main di sana?""Iya, band aku jadi salah satu band pembuka di sana.""
Dasar bule bajingan!" tendang laki-laki itu sangat cepat dan pas ke mukanya Andrew. Laki-laki itu terjengkang ke belakang, dan sudah tidak bergerak lagi. Pingsan. Renata menjerit, dan cepat-cepat berlari ke luar dari kamar hotel. Terguncang perasaan dan hatinya. Tidak menyangka, laki-laki yang beberapa jam yang lalu mengisi penuh hatinya dengan bunga-bunga indah bermekaran, gelombang asmara yang luar biasa ... tega mau menodainya. Apakah aku bermimpi? Nyatakah ini?Setengah jam sebelumnya."Ayo, Sayang ...." ucap Andrew sambil menciumi pipi Renata. Dia adalah seorang pembohong besar. Semua yang diceritakan tadi adalah kebohongan. Khusus cerita kedua perempuan yang masuk ke dalam kamar, sebenarnya Andrew menyewa PSK untuk berkencan di dalam hotel. Jadi bukan seperti yang dibilang ke Renata. Saat memberikan segelas minuman ke Renata, dia telah memasukkan sedikit serbuk berwarna putih kecoklat-coklatan agar gadis itu
Renata berbahagia sekali malam ini karena besok pagi dia dan teman-temannya akan berangkat ke Bali untuk bertamasya. Seumur-umur belum pernah Renata pergi ke Pulau Bali. Dia membayangkan betapa senangnya perjalanan itu. Akan jalan-jalan, berbelanja, dan mandi di laut.Renata besar dan tinggal di kota Malang. Kota yang lumayan besar dengan berbagai macam karakter penduduknya. Selain pengucapan bahasa jawa seperti biasanya, ada yang keren, dan jarang ada di belahan bumi lainnya. Bahasa yang diucapkan terbalik.Aku pakai baju apa ya besok? Aku bosan jika keluar pakai baju dengan model itu-itu saja, harus memakai yang paling keren dan paling oke untuk besok. Karena, ini juga dalam rangka mencari jodoh, aku berharap di perjalanan besok akan ada seseorang yang mendekati aku. Secara juga aku kepingin kawin, iri melihat yang lain sudah pada nikah, aku belum. Nasib-nasib,batinRenata. Gadis ini membuka lemari baju, mengelu
Nada dering ponsel berbunyi. Lagu berjudul Territory dari Sepultura terdengar dengan sangat keras di atas kasur tempat Reno masih tertidur dengan lelap. Sebentar jari-jarinya terlihat bergerak gerak, tapi diam lagi. Beberapa menit kemudian tangannya mulai meraba-raba mencari di mana sumber suara itu. Dia merasa ... suara itu sangat berisik sekali. Mengganggu. Setelah ketemu, dimatikannya alarm benda pipih tersebut. Reno melanjutkan lagi tidurnya. Sebagai penikmat dan pemain musik metal, dia bisa tidur nyenyak diiringi alunan musik keras. Otak dan pikirannya sudah tergaris tebal, diisi tinta beat-beat drum menghentak, distorsi kasar, dan teriakan-teriakan scream, growl, yang dianggap kebanyakan orang sebagai musik yang gila, musik yang gak jelas.Laki-laki ini tahu sekarang sudah pagi, tapi terasa sangat berat saat mau mengangkat kepalanya. Dan sangat-sangat pusing karena efek dari mabuk semalam. Beberapa detik kemudian dia sudah tertidur kembali.Lastri nai