Pagi-pagi setelah mandi keramas, Doni duduk termenung sambil merokok di dalam kamar. Sesekali diminum kopi yang sudah dingin itu. Nurul telah tahu, batinnya. Kemarin-kemarin perasaan dia masih kecil. Ternyata, tanpa kusadari dua tahun ini, dia sudah dewasa. Semalam terbuka semuanya, rahasia itu dan ... pakaiannya. Dia meminta aku melakukannya. Saat dia meminta lebih, aku bilang tidak. Cukup sampai di situ saja. Kasihan. Masalah ini antara aku dan papanya, kecuali dengan Emma. Dia yang kasih umpan duluan. Sudah saatnya. Biar Jarot tahu, betapa sakit hati jika mengetahui. Sudah saatnya.
Balas dendam!
Diketiknya sebuah pesan ke seseorang.
[Dua tahun sudah cukup Sayang, ini saatnya balas dendam, balas perasaan ke orang itu] Kirim. Tersampaikan! Beberapa menit kemudian, ada balasan.
[Iya, usahakan dia melihat kamu dan Emma berdua di dalam kamar. Jadi biar dia merasakan, betapa sakit hatinya saat istrinya tidur dengan laki-laki lain ...,]
[Iya, akan aku atur
"Oh, ya ... eh, Mas. Nanti jadwal kita berdua ya? Nanti malam aku jam dua ke kamarmu." kata Emma. Rupanya. Gara-gara bahas kopi dan sendok, perempuan cantik ini jadi ingin diaduk. Dipandanginya laki-laki ini lekat-lekat."Gak usah. Aku aja ke kamarmu, kan suamimu belum datang? Jadi aku bisa ke situ nggak ada yang ganggu.""Oke tumben-tumbenan ini. Ya memang harus ganti suasana ya, Mas." tanya Emma sambil meremas jari laki-laki ini. Dia tidak tahu ada apa dibalik pikiran orang di sebelahnya. Doni mau masuk ke kamar Emma karena dia mau melihat situasi dan kondisi di situ. Ada suatu rencana yang akan dilakukan di kamar itu, tapi dia harus membeli sesuatu dulu.Sore hari telah tiba, saat Doni menjemput Emma di kantor temannya itu, dia melihat sebuah etalase dengan kaca riben yang gelap. Jika dilihat dari dalam kelihatan, jika dilihat dari luar tidak kelihatan. Oke fix, sempurna, begitu saja rencananya, pikirnya.Malamnya saat Doni dan Emma sedang bercinta,
Diluar rencana, Emma dengan kedua anaknya jalan-jalan lagi di sebuah Mall. Perempuan itu ingin berbelanja bareng setelah minus kehadiran Nurul saat itu. Kesempatan yang sangat jarang terjadi. Kadang bisa dengan Yuni, Nurulnya tidak bisa. Begitu juga sebaliknya, karena letak sekolah mereka yang berbeda. Seringnya kedua anaknya bisa, Emma yang tidak bisa.Di tempat lain, seseorang mengirim pesan ke Jarot.[Bos. Bagaimana kabar? Ini Trio.][Baik. Mau perlu apa?][Saya ada info penting buat kamu, Bos.][nfo apaan? Jangan bertele-tele.][Saya punya foto istrimu bergandengan tangan dengan sopirmu, Bos.][Kirim sekarang juga fotonya!][Jadi? Kesepakatannya?][Apa maksudmu? Kamu minta uang?][Saya ingin balik lagi, Bos. Seperti dulu.][Sudah, beres! Kirim saja fotonya sekarang!][Siap, Bos!]Foto dikirim, dan ... saat Jarot melihatnya, membuat seketika otot-otot di wajah menjadi kaku, kepalanya panas.
Sesuai yang seperti direncanakan, Jarot pulang kerumah bertemu dengan anak-anak dan istrinya. Segala kerinduan maunya ditumpahkan juga malam ini. Meskipun banyak perempuan panggilan yang datang saat keluar kota kemarin, tak bisa menghilangkan bayang-bayang istri di mata dan hatinya. Entah, bayang-bayang itu ada karena rasa cinta atau curiga.Atau ... cinta yang terbalut dengan rasa curiga?***Istriku seperti biasa saja? Menyambutku dengan senyum yang benar-benar tanpa ekspresi, garing, otot wajah nggak ketarik. Ketemu seperti ketemu tiap hari, bukan ketemu setelah lama tidak bertemu. Benar-benar perubahan yang sangat luar biasa.Semakin aneh rasanya, dan Doni juga. Perasaanku memang mengatakan dia bermain cinta dengan istriku. Kenapa aku bisa berkata begini? Karena aku pernah melakukannya dulu dengan Lastri dan akhirnya juga ketahuan sama istriku. Dan dengan terpaksa aku meninggalkannya. Dan kemarin, Trio mengirim foto-foto itu padaku, klop sudah.
"Kakak ... kali ini Papa pulang, kok tidak kelihatan bahagia gitu, ya?" tanya Nurul ke Yuni sambil bertopang dagu."Maksud kamu apa, Rul?" Memang benar juga, batin dia."Seperti biasa saja. Perubahannya mencolok sekali. Beberapa tahun yang lalu jika Papa pulang, Mama selalu bahagia dan Papa juga ceria. Tapi sekarang sepertinya, ada jarak ... di antara mereka, Kak.""Iya, aku juga merasakan. Mau tanya seperti itu tapi perasaan enggak enak ...,""Ada yang aneh Kak, dengan mereka berdua" Iya, aneh seperti kita. Kau dan aku menyukai orang yang sama batin Yuni. Aku kakakmu, kamu tidak bisa menghalangi niatku."Tapi biarlah urusan mereka, Kak. Mereka kan orang tua punya urusan yang tidak bisa kita tangani. Mungkin, mereka sekarang sedang merasakan jenuhnya pernikahan setelah lebih dari dua puluh tahun.""Yee ... seperti pernah ajah, kamu.""Memang seperti itu, kok? Dari buku-buku yang aku baca, sebuah hubungan pasti ada naik turunnya. Kadan
Di rumah, Doni menelepon seseorang."Iya, Bang. Pokoknya culik bapak si sopir tua itu, dan paksa dia berbicara saat keluarganya Jarot menelepon. Suruh bilang bahwa Bosnya ada sama dia sedang ada urusan mendadak. Intinya seperti itu ... jika ada yang ngotot ingin bicara sama Jarot, bikin alasan apalah.......Iya, aku tahu Abang sibuk. Tolonglah aku kali ini. Karena sepertinya, teman dia mafia juga, Bang. Aku khawatir keduluan.......Oke, Bang."Sempurna! Dan sekarang waktunya untuk menjemput mereka!Baru saja Doni memutar kunci mobil, Jarot sudah menelepon."Ya, hallo Pak?""Dimana? Sudah beres kah urusanmu?""Sudah, Pak." Urusan ini untukmu, Doni tersenyum jahat. Akhirnya hari ini datang juga. Hari yang sangat bersejarah buat dia dan Lastri. Meskipun Lastri dulu pernah meninggalkannya, dia masih sayang."Kalau begitu, jemput kami sekarang, ya?""Oke, Pak. OTW ...,"
Doni membaca pesan itu. Lancar juga rencanaku. *** "Mana Mas Doni, Ma? Kok lama?" tanya Yuni. "Tidak tahu, kata Papamu sedang OTW ke sini. Tapi kok lama, nggak muncul-muncul?" jawab Emma. "Bilangnya ada keperluan apa gitu, Kak." sahut Nurul. "Sebentar lagi." kata Jarot. Dari jauh terlihat mobil jemputan sudah datang, pelan-pelan masuk ke area parkir, dan berhenti di depan restoran. Ke empat orang ini segera masuk ke mobil itu. "Lama sekali, Don. Ada apa?" "Nggak lama kok, Pak. Cuman terlambat sepuluh menit saja. Maaf, sedikit macet tadi. Selesai urusan, saya langsung ke sini." "Oke, kita langsung pulang ke rumah." Selama perjalanan pulang menuju rumah, tidak ada yang bicara di dalam mobil. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Ini sudah jam tujuh tiga puluh malam. Semua terdiam, bisa juga karena kekenyangan. Jarot. Oke Doni, hidupmu hanya sampai besok siang saja. Betapa teganya dirimu m
Jam 02.00 WIB. Alarm dari ponselnya Nurul bergetar. Drrtt ... drttt ... drttt ... Nurul terbangun dari tidur. Mematikan alarm itu, setelah sadar sepenuhnya dia baru ingat ada sesuatu di pagi dini hari ini yang harus dilakukan. Berdiri menuju cermin, mengambil sisir, dan mulai menyisir rambutnya. Dilihatnya bayangan diri, mengagumi. Lihat, aku cantik sekali. Siapa yang tidak akan suka dengan diriku ini? Tubuhku menarik, dadaku bergelanyut besar, dan bokongku ... ah, sangat beruntung laki-laki yang bisa menyentuh diriku. Papaku orang kaya, mamaku juga. Semua yang aku pinta selalu mereka berikan. Berbahagialah orang yang bisa memilikiku nanti. Harta orang tua juga nanti diwariskan padaku, cuman satu yang memang aku belum punya ... pacar, iya pacar. Doni, kamu .... Gadis ini melihat dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Membelakangi kaca, melihat pantulan tubuhnya ... nyaris sempurna. Pelan-pelan dilepaskan baju, dan celana pendek yang dipa
Bersama-sama mereka menuju ke kamar orang tuanya. Dari luar kamar terdengar suara teriakan mamanya dan seperti ada orang yang sedang berkelahi. Berdebar-debar dan takut, apa yang sedang terjadi? Saat pintu dibuka. ... ... Mamanya sedang menangis dan duduk di samping tempat tidur, Jarot yang tergeletak di lantai dengan muka babak belur, Doni yang sedang berdiri merapikan bajunya. "Ada apa ini, Pa? Ma? Dan ... Mas Doni? Sedang apa kalian di sini, kok seperti ini?" tanya nurul. Yuni menimpali. "Papa dan Mas Doni habis berkelahi?" ... Enam jam sebelum kejadian itu. Di kamar, Doni menyetel lagu slow rock dari Amy search, artis Malaysia kesukaannya. Tidak terlalu keras, juga tidak terlalu pelan. Sedang saja. Emma tidak mengetahui bahwa suaminya telah pingsan, dan dimasukkan ke dalam etalase. Mereka berdua berpelukan dan bercumbu beberapa menit. Belum memasuki inti dari gera