Home / Romansa / Cinta Akhir Oktober / Debaran kekhawatiran.

Share

Debaran kekhawatiran.

Author: Ninna AL
last update Last Updated: 2021-07-16 00:40:07

Bab 3

Lily membenamkan tubuhnya dalam dekapan selimut tebal.

Bulan desember kali ini, hujan sering mengguyur tempat ia tinggal. Hawa semakin dingin ketika malam datang.

Matanya terpejam, banyak sekali pertanyaan dalam benaknya. Apa yang harus dilakukan ketika lulus nanti, langkah apa yang bisa diambil untuk memperbaiki nasibnya, terutama ekonomi keluarga.

Lily selalu teringat moments ketika ia berada di arena. Mengulir gas motor dan melesat cepat. Tak butuh waktu dan jarak yang jauh. Cukup 201 meter, kemudian ia akan mendapatkan uang. Meskipun tak seberapa, tapi cukup untuk ia tabung guna bekal kuliah nanti.

Dalam benaknya selalu memikirkan pendidikan selanjutnya.

Namun kemungkinan besar, orangtuanya tak lagi punya banyak uang untuk membiayainya.

'ahh.. entahlah, harus apa aku ini. Masa iya begini terus, gak ada kemajuan?'

Ia bertanya dalam hati.

Hanya itu yang ia bisa. Selama ini banyak sekali keinginannya yang harus tertunda, atau bahkan sama sekali tak akan pernah terwujud.

Sejak ayahnya bangkrut, kehidupan keluarganya hancur secara ekonomi.

Ayahnya dulu adalah pedagang kain grosiran. Cukup tersohor, karena mempunyai 2 cabang toko di kota besar.

Kemudian krisis melanda negri ini, ditambah sekarang banyak sekali pabrik garmen dan toko yang menyediakan beragam model baju dengan harga murah.

Keuangan semakin carut marut ketika kakak Lily mengalami kecelakaan, hingga mengharuskannya terbaring berbulan-bulan di rumah sakit.

Semua itu butuh biaya.

Terakhir, toko ayahnya dijual dan kemudian beralih usaha sembako. Penghasilannya hanya cukup untuk hidup sehari-hari.

Lily, tak mungkin lagi merengek pada ayahnya soal kuliah. Sepertinya ia memang harus memendam keinginannya satu ini.

'Aku mau kerja apa ya..?'

Tanyanya lagi dalam hati.

Semua kenangan manis saat kecil, berputar-putar dalam pikirannya. Sungguh saat itu adalah saat terindah dalam hidupnya selama ini. Lily menyadari bahwa menjadi dewasa sangat tidak menyenangkan. Banyak sekali yang harus dipahami. Banyak sekali yang harus dilakukan, dan banyak sekali tanggung jawabnya.

***

"Rino... Bareng gak? Sapa Lily dari kejauhan.

Rino kemudian berlari menghampiri Lily yang menunggu di sebrang jalan.

Memang sejak saat Lily mengenal Rino, mereka berdua sering berangkat sekolah bareng. Apalagi Rino ini anaknya ramah dan murah senyum.

Sudah banyak sekali Lily menceritakan tentang kehidupannya pada Rino.

"Kok tumben pagi banget, kamu belum ngerjain PR ya?" Tanya Rino.

Memang hari ini Lily berangkat pagi sekali, karena akan ada ujian praktek. Sebentar lagi Lily akan menempuh UAN, sebagai penentu lulus atau tidaknya ia.

"Hari ini aku ada ujian praktek, doain ya semoga lancar!" Jawab Lily.

"Iya, semoga lancar. Biar nanti lulus dapat nilai bagus." Jawab Rino, sambil terengah mengayuh sepeda.

Dua anak manusia yang dipertemukan dalam ikatan pertemanan.

Mereka berdua terlihat akrab meski dalam kesederhanaan.

Rino yang merupakan anak seorang Angkatan Darat, tak pernah menunjukkan kesombongannya. Benar-benar cowok idaman.

Banyak pula teman sebayanya yang naksir. Namun sepertinya Rino tak tertarik untuk itu.

***

Waktu berlalu begitu cepat, bulan Mei adalah bulan penentu, ujian akan dilaksanakan sebentar lagi. Tinggal menghitung hari, Lily akan berjuang sekuatnya untuk mendapatkan nilai sebagus mungkin, sebisa yang ia mampu

Pikiran semakin bergejolak, antara diam atau pergi dari tempat ini.

Jika diam di sini, hidupnya akan begini saja. Tak akan pernah berubah dan tak akan pernah maju.

Pikiran untuk merantau, selalu menghantuinya saat malam-malam menjelang tidur.

Ketakutannya akan masa depan terus saja mendatanginya kapanpun dan di manapun.

Harus berbuat apa pada diri sendiri, bingung.

Sementara itu, Rino justru sibuk dengan perasaannya. Perasaan takut kehilangan, takut ditinggalkan.

Perasaan yang ia sendiri tak tahu apa ini. Kenapa begini, harus ngapain, dan bagaimana bisa.

Ada getar dalam jiwanya saat tak sengaja mencium harum parfum Lily.

Ada perasaan tenang di hatinya.

Perasaan yang belum pernah ia dapatkan selama ini.

Lebih seperti kehangatan yang mendekapnya di tengah cuaca dingin malam hari.

Ia tak menyadari, begitu banyak hari mereka lalui bersama. Terkadang dari pagi hingga sore, bahkan pernah beberapa kali ia lalui bersama seharian penuh, dari pagi hingga pagi lagi. Yaitu ketika mereka mengikuti kemah yang diadakan oleh OSIS sekolah.

'Aku kenapa ya,.." gumam Rino.

Sepertinya anak muda satu ini sedang merasakan benih kasih sayang yang tak sengaja tumbuh dalam hatinya, dan tak sengaja pula ada yang menyirami setiap hari. Hingga akhirnya muncullah tunah-tunas harapan. Harapan agar Lily selalu bersamanya suatu saat nanti.

Rino memejamkan mata, tak terasa pagi telah menjelang. Seperti biasanya, ia bersiap ke sekolah dan sengaja menunggu Lily di persimpangan jalan. Berharap Lily datang lebih pagi.

Namun, jam sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi.

Kenapa Lily tak kunjung terlihat? Apa dia tidak sekolah? Apakah Lily sakit?

Beragam pertanyaan berjubel di hatinya.

Siang ketika jam istirahat pun, Rino tak melihat Lily pergi ke kantin seperti biasanya.

Kemudian Rino mengumpulkan keberanian untuk pergi ke kelas Lily.

Tak mendapati Lily di tempat duduknya. Bahkan tak terlihat tasnya ada di kursi tempat biasa Lily duduk.

Kemudian Rino menghampiri seorang teman Lily dan bertanya.

"Mas, Lily ke mana ya? Tanya Rino pada seseorang.

"Ohhh, Lily hari ini gak masuk. Gak tau ya kenapa, soalnya gak ada keterangan. Coba aja ditelpon, barangkali nyaut!" Jawab Sigit, teman Lily.

"Begitu ya Mas? Yasudah, saya permisi ya." 

Rino sedikit membungkukkan badan sebagai tanda hormat terhadap kakak kelas.

Rupanya, Rino sangat khawatir terhadap keadaan Lily.

Beberapa hari yang lalu, ia sempat mendengar curhatan Lily tentang motor. Lily berniat turun arena lagi, demi mendapatkan uang. Besar harapan Lily bahwa ia akan meneruskan pendidikannya ke jenjang kuliah.

Sepulang sekolah, tanpa menyantap makan siangnya, Rino segera bergegas mengendarai motornya, menuju ke arah rumah Lily.

"Permisi.. assallamuallaikum.." Rino bersalam pada tuan rumah.

Keluarlah seseorang. Perempuan paruh baya dengan pakaian daster seadanya. Ya, itu ibunya Lily.

"Waalaikumsallam.. Rino, ada apa? Lily belum pulang. Mungkin ada kerja kelompok sama temannya. Kan mau ujian minggu depan."  Ibunya Lily menjawab tanpa harus Rino bertanya ke mana Lily pergi.

"Oh, rupanya begitu ya Tante,.. kalau begitu saya permisi ya, nanti biar saya telepon Lily saja." Rino permisi pergi, tak lupa ia menyalami tangan Ibunya Lily, sambil mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

Rino berlalu mengendarai motornya, bayangannya hilang di ujung gang.

***

Tuuuutttt..... Tuuutttt.... Tuuuttttt...

Rino berusaha menghubungi Lily, tapi tak ada jawaban.

Sedari siang Rino mencoba menghubungi, dan Nihil.

Tak ada jawaban, tak tau Lily di mana.

Tanpa pikir panjang, Rino melajukan motornya dengan hati yang terlalu khawatir.

Ya, tentu saja ia khawatir jika terjadi apa-apa dengan Lily.

Khawatir Lily kembali ke arena balap.

Sejam kemudian, Rino sampai di arena.

Kosong.

Tak ada apapun di sana. Hanya sisa debu beterbangan, serta banyak bendera sponsor yang masih terpasang.

"Gak salah lagi. Ini anak pasti habis turun" gumam Rino.

Tapi, Rino tak tau lagi harus mencari Lily ke mana 

Mungkin saat ini Lily sedang merayakan kemenangannya bersama team nya. Atau malah ia sedang terbaring di ranjang Rumah sakit karena patah tulang kaki akibat kecelakaan?

Berbagai macam pertanyaan buruk timbul begitu saja dalam benaknya.

Pukul 6 sore.

Rino masih berdiri di depan toko serba ada, yang tak jauh dari gang menuju rumah Lily.

Ia tahu, Lily akan pulang melewati jalan ini. Karena memang inilah satu-satunya jalan menuju rumahnya.

Benar saja.

Terlihat dari kejauhan, Lily mengayuh sepeda dan masih menggunakan seragam sekolah.

Rino sigap mencegat Lily.

"Pulang, sekarang! Aku tungguin di sini. Aku pengen ajak kamu pergi." pinta Rino pada gadis itu.

Dan Lily hanya membalas dengan senyuman.

Berlalu begitu saja. Lily sudah tau apa yang akan dilakukan Rino.

Paling-paling ia akan menginterogasi Lily tentang hari ini 

Tak butuh waktu lama lagi, setelah Lily menemui Rino di depan toko. Rino memboncengkan Lily, dengan motor bututnya.

Tibalah mereka berdua di sebuah bukit.

Hari sudah malam, dan bintang bertaburan indah di langit.

"Aku gak suka kamu jalani hobi kamu itu!" Tiba-tiba Rino berkata tegas pada Lily.

Tak disangka, Rino yang selama ini lembut, tiba-tiba sangat tegas.

Tak ada sorot mata imutnya. Malam ini ia berubah.

"Kenapa emang? Kamu gak suka? Ya gak masalah buat aku. Ini diriku, kamu bukan siapa-siapaku. Gak ada yang bisa mencegah aku untuk ini itu. Lebih baik kamu pikirin diri kamu sendiri!" Jawab Lily.

Rino terperangah. Ia lupa bahwa cewek satu ini adalah cewek jadi-jadian. Tak ada sama sekali tutur lembut. Menjadi sangat jengkel, Rino berucap keras,

"kamu gak tau gimana aku nyariin kamu seharian kesana kemari? Kamu gak tau gimana aku khawatir keadaan kamu? Kamu gak tau kalau aku takut kamu kenapa-kenapa? Kemungkinan kamu patah kaki atau tangan, terus kamu sakit berbulan-bulan di rumah sakit seperti kakak kamu dulu, terus ayah kamu akan semakin repot dengan keadaan kamu. Apa kamu gak mikirin semua itu?"

Lily mengeryitkan alisnya. Ia tak pernah menyangka, sejauh itu sahabatnya memikirkan dirinya. Sebegitu pengertiannya Rino pada dirinya.

Lily hanya terdiam. Masih memandang Rino yang marah.

Kemudian Rino menatapnya.

"Kamu juga gak tau perasaan aku ke kamu kan?"

Lily kembali tersentak. Ia kaget dengan ucapan Rino.

"Perasaan apa memangnya?" Tanya Lily.

Rino diam. Ia sadar sudah terlalu jauh ia berkata, tak seharusnya ia mengungkapkan perasaannya di saat seperti ini. Sebaiknya ia pendam saja. Nanti pasti akan ia ungkapkan. Tapi bukan saat ini.

Bulir bening perlahan menetes dari sudut mata Lily. Selama ini Rino belum pernah melihat Lily menangis. Malam ini, justru ia yang membuatnya menangis.

'Oh Tuhan, ...'

"Udah, jangan nangis. Aku minta maaf, gak seharusnya aku bentak kamu. Maaf aku kasar, maafin aku ya. Aku gak berniat bikin kamu sedih, aku tau tujuan kamu baik. Tapi cobalah pikir ulang, kasian orang-orang yang menyayangimu."

Rino mencoba menenangkan Lily. Menarik tubuh Lily ke dalam dekapannya. Mengelus lembut rambut Lily.

"Sudah, tolong diam. Jangan menangis lagi. Maafkan aku. Maafkan kebodohanku" ucap Rino lagi.

Rino lupa, bahwa Lily adalah perempuan. Meskipun penampilannya terkesan sangar, namun hatinya tetap saja hati seorang perempuan.

Malam ini dingin angin meniupkan bisik-bisik doa, memohon pengampunan. Hati kecil Rino tau, bahwa sebenarnya Lily tak berniat membuat sahabatnya khawatir. Terlebih ayah dan ibunya.

Semua ini rahasia.

Tuhan menciptakan berbagai macam hati, dan bermacam pula cerita kehidupan.

Dan setiap manusia berhak menggunakan hatinya, untuk melengkapi cerita kehidupannya.

Bukankah mencintai dan mengasihi adalah anugerah Tuhan?

Dan rasa khawatir adalah sebagian dari rasa Cinta?

Related chapters

  • Cinta Akhir Oktober   Kotak biru, menciptakan lembaran baru

    Bab 4Lily bangun lebih pagi. Membersihkan diri dan bersiap pergi ke sekolah. Hari ini adalah pengumuman Kelulusannya. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.Melebihi apa yang biasa Lily rasakan di arena.Hari ini, akan menjadi hari yang bersejarah dalam hidupnya. Masa putih abu-abu akan segera ditinggalkan. Akan berganti menjadi lebih dewasa. Semoga saja uang tabungannya cukup untuk mendaftar ke Universitas idamannya."Ibu, Lily berangkat dulu ya!" Pamitnya pada sang ibunda, sambil mencium punggung tangan Ibu."Yasudah, hati-hati. Nanti Ayah nyusul. Undangan katanya jam 9 ya?" Jawab ibunya."Iya Bu. Tapi Lily mau ngumpul dulu sama teman-teman. Siapa tau ini terakhir kami ngumpul. Soalnya udah lulus kan biasanya susah ngumpul lagi." Kata Lily."Iya, gak apa. Hati-hati di jalan ya!" Pesan ibu.Di sekolah, Lily terduduk diam di kelas. Memandangi setiap sudut ruangan. Ini yang akan ia rindukan setelah kelulusan. Suasana kela

    Last Updated : 2021-07-17
  • Cinta Akhir Oktober   Kepergian Lily untuk mencari kebahagiaan

    Bab 5Pagi telah datang.Mentari bersinar terang, langit begitu indah. Biru tak berawan. Seolah Tuhan menciptakan hari ini sangat sempurna untuk mengiringi kepergian Lily.Barang yang sudah dikemas rapi, kini sudah siap di depan pintu.Telah siap pula Lily dengan pakaian rapi, berjaket jeans, sepatu putih.Penampilan Lily kali ini berbeda dari biasanya, yang sering mengenakan celana rombeng.Kali ini Lily begitu rapi.Dengan rambut ditali, dan sedikit pewarna bibir, ide pemaksaan dari Ibu."Anak ayah sudah besar. Sekarang sudah mau cari duit sendiri. Hehe.." kata sang ayah.Kemudian Ibu menimpali, "Iya ya, kayak baru kemarin Ibu nganterin Lily ke sekolah pakai seragam TK. Kok sekarang sudah mau merantau. Hhmmm... Ibu bakalan kesepian Nak. Semoga kerasan ya, jangan nakal di sana. Kasian Pakdemu nanti."Lily tersenyum, berusaha untuk tidak terbawa suasana sedih ini."Ah, Ibuk.. bentar lagi juga Lily pulang kok. Kan pasti L

    Last Updated : 2021-07-19
  • Cinta Akhir Oktober   Surat dari Lily.

    Bab 6Semua terasa begitu sepi. Sejak kepergian Lily, hidup Rino seperti kosong, tak ada lagi tempat berbagi cerita, tak ada teman untuk sekedar melewati jalan yang sama setiap pagi, atau menikmati es kelapa muda pinggir jalan seperti saat itu.Apalagi sekarang Rino telah naik kelas, sudah berbeda nuansa ruangan. Tak seperti dulu lagi ketika jam istirahat Rino masih bisa melihat Lily berlari ke kantin sekolah, walau kadang menyakitkan hati. Bagaimana tidak, Lily selalu terlihat akrab dengan siapapun. Bahkan dengan semua siswa laki-laki di sekolah ini, Lily sangat akrab.Pembawaan Lily yang santai dan terkesan cuek, membuat hati Rino penasaran.Sayang seribu sayang, pujaan hatinya tak pernah menganggap semua ini lebih dari pertemanan.Tiga bulan sudah sejak Lily meninggalkannya.Kabar terakhir yang Ia terima, bahwa Lily kehilangan handphone.Itu dikarenakan hidup di lingkungan Mess, dan Lily adalah anak baru. Meskipun kehilangan, Lily tak berani

    Last Updated : 2021-07-21
  • Cinta Akhir Oktober   "Apa mimpimu, Rino?"

    Bab 7"Acara mau dimulai, nanti aku mau nyanyi. Kamu duduk di sana ya sama teman-teman!"Rino mengusap rambut Lily, dibalas dengan anggukan Lily tanpa kata.Tangan Rino menggenggam erat jari mungil Lily, seraya mengajaknya berjalan menyusuri koridor kelas yang panjang.Jantung Rino berdegup kencang, tidak seperti biasanya.Pikiran yang sedari kemarin penat karena menyiapkan acara Pensi, kini telah buyar dan terasa segar.Namun, hatinya berkecamuk memikirkan sesuatu.Bagaimana jika nanti teman-temannya kembali mengolok-olok dia lagi dengan kata yang kurang enak didengar? Rino tak ingin Lily sakit hati ketika mengetahui semua ini.Baginya, apapun yang membuat Lily sakit, harus dijauhkan sejauh mungkin.Rino memejamkan mata sejenak, sebelum alunan musik masuk ke telinganya.Ia sekarang sedang berdiri di atas panggung yang berhiaskan banyak balon.Ratusan pasang mata memandang ke arahnya, disertai Sorak Sorai dan tepuk tanga

    Last Updated : 2021-07-28
  • Cinta Akhir Oktober   Isi hati Lily

    Bab 8Rino berlari meninggalkan sepeda motornya, membiarkan tergeletak begitu saja. Berlari menghampiri Lily, memastikan tidak terjadi hal buruk pada Lily.Di alam terbuka seperti ini memang tak menutup kemungkinan banyak binatang liar keluar di malam hari untuk mencari makan.Rino yang sekilas melihat bayangan hitam berlari dari belakang Lily, spontan berteriak agar Lily menghindari binatang tersebut."Kamu gak kenapa-kenapa kan?"Rino memastikan keadaan Lily, seraya melihat sekeliling mereka"Gak kok, cuma kaget. Itu tadi seperti landak deh. Untung kamu teriak, kalau gak.. mungkin aku udah ketabrak tadi".Lily membersihkan celananya yang terkena tanah akibat terjatuh saat menghindari binatang tadi."Itu di depan ada desa. Kita akan segera mendapatkan bensin. Yuk!"Rino mengajak Lily kembali berjalan.Lily menurut. Berjalan di belakang Rino, masih terasa degup kencang jantungnya. Kejadian baru saja

    Last Updated : 2021-07-29
  • Cinta Akhir Oktober   Mendapatkan hati Lily saja belum bisa, kok sudah membahas restu.

    Bab 9 Lily terlihat mengemasi baju-bajunya, memasukkan ke dalam sebuah tas ransel berwarna hitam.Hari ini sudah waktunya Ia kembali ke kota lagi untuk bekerja. Di luar sudah ada Rino yang menunggu untuk mengantarkan Lily ke terminal.Tersaji secangkir teh manis dan singkong goreng buatan Ibunya Lily. Rumah ini sepi. Hanya ada Lily dan Ibu yang sedang membantu Lily di kamar.Rino sudah lama tak berkunjung ke rumah ini, dahulu ada beberapa ekor burung dalam kandang, tergantung di teras rumah ini. Tapi sekarang hanya tinggal satu ekor. Itupun terlihat tak terawat, mungkin Ayah Lily sangat sibuk dengan pekerjaannya hingga tak sempat lagi mengurus hewan peliharaannya. "Reno, udah yuk berangkat. Takut kesiangan, nanti bisa-bisa gak dapet bus loh."Lily berjalan keluar menggendong tas ranselnya. "Oh, ya udah ayo. Masih ada yang ketinggalan gak? Inget-inget dulu biar gak repot nanti!"Rino beranjak dari kursi kayu yang sedari tadi Ia d

    Last Updated : 2021-08-01
  • Cinta Akhir Oktober   Anis menjadi tambatan hati Rino.

    Bab 10Pagi gerimis, Rino memarkirkan motor bututnya di parkiran sekolah. Kemudian berjalan santai menuju ruang BK.Tujuannya tak lain adalah, sebagai pengantar surat.Ya, sudah sejak seminggu yang lalu Ia resmi menjadi kurir pribadi Pak Gatot.Tugasnya adalah mengantar surat dari Pak Gatot kepada Yanti, anak Ibu kantin.Begitu pula sebaliknya, Rino akan mengantarkan surat dari Yanti, kepada Pak Gatot.Ini harus Ia lakukan agar aman dari hukuman.Sejak kejadian tempo hari, Rino memilih tidur lebih awal, dari pada menemani Lily bercerita tentang pacarnya.Bel berbunyi, tanda kelas akan segera dimulai.Rino keluar dari ruang BK menuju kelasnya.Jam pertama adalah Kimia, pelajaran yang melelahkan otak.Ini adalah kelemahan Rino, dan di kelas itu hanya ada satu siswa yang mampu mematahkan anggapan bahwa Kimia itu sangat sulit.Dia adalah Anis."Nis.. Anis... Ssttt..."Rino menggoyangkan kursi Anis yang berad

    Last Updated : 2021-08-02
  • Cinta Akhir Oktober   Anis menjadi tambatan hati Rino.

    Bab 10Pagi gerimis, Rino memarkirkan motor bututnya di parkiran sekolah. Kemudian berjalan santai menuju ruang BK.Tujuannya tak lain adalah, sebagai pengantar surat.Ya, sudah sejak seminggu yang lalu Ia resmi menjadi kurir pribadi Pak Gatot.Tugasnya adalah mengantar surat dari Pak Gatot kepada Yanti, anak Ibu kantin.Begitu pula sebaliknya, Rino akan mengantarkan surat dari Yanti, kepada Pak Gatot.Ini harus Ia lakukan agar aman dari hukuman.Sejak kejadian tempo hari, Rino memilih tidur lebih awal, dari pada menemani Lily bercerita tentang pacarnya.Bel berbunyi, tanda kelas akan segera dimulai.Rino keluar dari ruang BK menuju kelasnya.Jam pertama adalah Kimia, pelajaran yang melelahkan otak.Ini adalah kelemahan Rino, dan di kelas itu hanya ada satu siswa yang mampu mematahkan anggapan bahwa Kimia itu sangat sulit.Dia adalah Anis."Nis.. Anis... Ssttt..."Rino menggoyangkan kursi Anis yang berad

    Last Updated : 2021-08-02

Latest chapter

  • Cinta Akhir Oktober   Aku menyusulmu.

    Bab 18"Sudah ku cukupkan rasa ini sampai di sini. Seharusnya aku tau, kamu bukan tujuan utamaku.Seharusnya aku tau dari dulu, bahwa aku bukan apa dan siapa di hatimu dan pikiranmu. Maafkan aku yang terlalu berharap, aku sudahi perasaan ini. Tidak ada lagi yang harus kau pikirkan tentang aku. Biar saja semua berlalu begitu saja. Menguap seperti air di lautan, walau aku tahu akan tiba saatnya semua akan kembali tercurah bagaikan hujan.Sudah.Aku harus pergi dari hidupmu. Terimakasih, Lily."Sebuah pesan di ponselnya, membuat Lily terhenyak.Seketika Ia berderai air mata. Semua ini salah paham. Tidak seperti yang Rino lihat, sebenarnya Lily dan Erik hanya sebatas teman. Erik melakukan semua kebaikan itu, karena tanggung jawab telah membuat Lily harus dirawat."Rino, aku gak tahu lagi harus bagaimana. Sedangkan perasaanku sendiri sungguh aneh. Aku takut menyakitimu, tapi ini telah terjadi. Bahkan sebelum kita terikat."Lily masih melamun

  • Cinta Akhir Oktober   Kekhawatiran yang sirna seketika

    Bab 17"Bagaimana aku bisa tertidur di sini?"Lily berusaha bangkit, namun tak bisa. Nyeri di punggungnya masih terasa, bahkan semakin menjadi. Rasanya seperti sedang menggendong beban berat, melebihi berat badannya sendiri.Di samping tempat tidurnya, duduk lelaki yang baru beberapa hari yang lalu menabraknya.Masih terpejam matanya. Tubuh menyender di tembok belakangnya.'Tok. Tok. Tokk..'Suara pintu diketuk dari luar.Erik segera terbangun karena kaget.Ia kemudian berdiri dan melangkah ke arah pintu.Ternyata, Dokter yang akan memeriksa Lily, datang bersama suster."Selamat pagi Lily. Apa kabar? Gimana punggungnya, apa yang dirasakan?"Dokter bertanya sembari akan memeriksa keadaan Lily.Sementara, suster meletakkan makanan dan minuman, serta beberapa obat yang harus diminum pagi ini."Saya merasa punggung saya seperti sedang menggendong beban berat, Dok."Jawab Lily."Lily, sebelumnya

  • Cinta Akhir Oktober   Kecelakaan

    Bab 16 "Telah terukir walau setitik, senyumanmu di hatiku. Meski nanti akan pergi, setidaknya aku pernah menemuimu. Ada rasa dalam jiwa ini, untukmu yang selalu di sampingku. Walau nanti takdir berganti, setidaknya masih tersisa hangat pelukmu. Haruskah beban ini ku pikul sendiri, jika berat Rindu ini semakin menjadi setiap hari?" Lily memandangi fotonya bersama Rino, yang sempat mereka abadikan ketika saat itu mereka berdua berada di pantai. Sejujurnya, hati kecil Lily menginginkan hubungan ini lebih dari pertemanan. Namun pikirannya selalu menolak, Ia sadar semua itu hanya akan membawanya dalam lingkaran sakit hati yang tak ujung henti. Keluarga Rino tau siapa dirinya, gadis desa yang kurang pendidikan. Berasal dari keluarga biasa. Parasnya pun pas-pasan. Tidak ada yang istimewa, yang bisa dibanggakan Rino atas dirinya. Apalagi usianya yang lebih tua dari Rino. Ini adalah hal yang memalukan, mana mungkin Rino

  • Cinta Akhir Oktober   Setahun berlalu

    Bab 15"Rino, ya?"Suara seseorang di balik kemudi mengagetkan Rino."Iya, Om." Jawab Rino, polos."Ayo masuk. Saya Edi, adiknya mas Gatot."Ajak orang itu, justru malah sambil membuka pintu mobilnya dan keluar.Kemudian berjalan ke arah belakang, rupanya dia berniat membuka pintu bagasi.Rino membawa barang-barangnya ke bagasi mobil, kemudian Ia masuk mobil dan duduk di samping Pak Edi.Mobil merah tersebut langsung tancap gas menuju ke sebuah rumah di komplek perumahan.Setelah memarkirkan mobilnya, Pak Edi turun. Begitupun Rino.Rino berdecak kagum melihat rumah yang bergaya minimalis itu. Meskipun tidak terlalu besar, namun rumah ini sangat rapi dan asri.Temboknya bercat putih keseluruhan, dengan pintu cokelat bergaya minimalis modern.Banyak tanaman bunga di halaman, mulai dari bunga mawar hingga tanaman menjalar.Di sisi lain, ada sebuah kolam kecil, dengan banyak ikan Koi di dalamnya. Ada pula

  • Cinta Akhir Oktober   Pergi menuntut Ilmu baru dan kehidupan baru

    Bab 14Rino melangkah masuk ruangan berukuran 3x5 itu. Tanpa babibu, Ia duduk di kursi panjang berwarna coklat muda."Bapak ada perlu apa?" Tanya Rino pada Pak Gatot." Tidak ada perlu, cuma mau kasih tau saja, ini kampus bagus buat kamu. Katanya kamu gak mau nerusin jadi seperti Bapakmu 'kan?"Pak Gatot menyodorkan selembar kertas katalog Universitas."Tapi ini jauh Pak.""Kamu kan laki-laki. Masa' kalah sama kakakmu yang perempuan, dia saja mau ditugaskan ke luar Jawa. Kamu, ke kota saja sudah ngeluh. Laki-laki macam apa kamu?""Sejujurnya saya ragu Pak. Bagaimana jika orang tua saya tidak mengijinkan, dari mana saya harus membayar biaya kuliah?""Rino, dulu saya jualan gorengan setelah selesai jam kuliah. Kalau pas hari libur, saya jualnya full seharian. Saya juga belajar makelar motor, ya demi bisa bayar uang kuliah. Lha wong orang tua saya cuma petani, uangnya tidak banyak, sedangkan saya masih punya adik yang harus dibiayai

  • Cinta Akhir Oktober   Kelulusan Rino

    Bab 13 "Cukup!" Lily mendorong tubuh Rino. "Gak! ini gak akan cukup untuk mewakili rasaku padamu. Aku bahkan memikirkanmu setiap hari." "Rino, kamu terlalu baik untuk ku dapatkan. Masa depan seperti apa yang kau inginkan dariku?" "Masa depan yang indah tentunya, kita bisa bersama sampai tua. Sampai maut memisahkan kita." "Kamu masih anak SMA. Tau apa kamu soal masa depan hari tua?"Lily menyeka air matanya. "Ly, pliss beri aku kesempatan. Beri aku waktu untuk membuktikan. Aku gak mau kamu disakiti orang lain lagi."Rino menggenggam jemari Lily, meremas perlahan. "Aku sudah gak percaya apa itu cinta. Sebenarnya di balik cinta hanya ada nafsu belaka." Lily menunduk. "Tidak Ly, aku tidak seperti itu. Semua ini benar-benar tulus." "Rino, mendingan sekarang kamu pikirin masa depan kamu sendiri. Mau dibawa kemana nanti, mau jadi apa kamu nanti, mau seperti apa hidupmu nanti. Pikirkan dari sekarang."

  • Cinta Akhir Oktober   Ciuman pertama sepasang sahabat.

    Bab 12 "Hai,.." Rino menyapa Lily. "Masuk.." Lily mempersilahkan. Rino dan Anis memasuki ruangan bernuansa putih, diletakkannya sekeranjang buah yang sengaja Ia bawa dari rumah, di atas meja sudut ruangan. "Gimana kabar Ibu? Sudah mendingan?" Rino tersenyum menyalami tangan Ibu. "Alhamdulillah, sudah berkurang sakitnya. Paling besok bisa pulang. Ibu sudah sehat sekarang " "Ibu hanya rindu sama Lily berarti ya? He he he.." Rino terkekeh. "Iya, Ibu rindu sama Lily. Sekarang sudah di sini, jadi Ibu sudah sembuh. Ehm.. ini siapa Nak?"Ibu menoleh ke arah Anis. "Saya, Anis Bu. Teman Rino." Jawab Anis. "Dia pacarnya Rino, Bu" Lily menambahkan "Udah bukan, Kak. Kami selesai.". Anis tersenyum. "Lho, kenapa? Padahal kalian serasi. Apakah Rino merepotkanmu?". Seloroh Lily, diikuti tawa kecilnya.Ia heran mengapa cinta sesingkat itu, padahal

  • Cinta Akhir Oktober   Kepulangan Lily karena kabar sakitnya sang Ibu.

    Bab 11"Kenapa kamu keras kepala? Kenapa kamu gak peduli lagi dengan orangtuamu? Kenapa kamu berubah? Hanya demi cinta bodohmu itu, kau menggadaikan semua kasih sayang di sekitarmu. Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?"Sebuah pesan singkat tertuju untuk Lily, melalui ponselnya.Rino masih tertegun di dalam kamarnya.Jantungnya berdebar lebih cepat daripada biasanya. Hatinya tak berhenti bertanya-tanya apakah Lily baik-baik saja, apakah Lily memilih pendamping yang tepat, apakah.. apakah.. apakah..Semua berputar dalam pikirannya.Serumit ini menjadi dewasa.Beeepp..beeepp..Ponselnya bergetar, Rino segera menyambar dam membuka pesan diterima."Kamu, bukan siapa-siapaku. Ada Hak apa kamu ngurusin hidupku? Urus saja hidupmu sendiri." Pesan balasan dari Lily, semakin membuat Rino sebal.Ternyata selama ini yang Ia perbuat, tak ada harganya di mata Lily.Lalu, bagaimana selama

  • Cinta Akhir Oktober   Anis menjadi tambatan hati Rino.

    Bab 10Pagi gerimis, Rino memarkirkan motor bututnya di parkiran sekolah. Kemudian berjalan santai menuju ruang BK.Tujuannya tak lain adalah, sebagai pengantar surat.Ya, sudah sejak seminggu yang lalu Ia resmi menjadi kurir pribadi Pak Gatot.Tugasnya adalah mengantar surat dari Pak Gatot kepada Yanti, anak Ibu kantin.Begitu pula sebaliknya, Rino akan mengantarkan surat dari Yanti, kepada Pak Gatot.Ini harus Ia lakukan agar aman dari hukuman.Sejak kejadian tempo hari, Rino memilih tidur lebih awal, dari pada menemani Lily bercerita tentang pacarnya.Bel berbunyi, tanda kelas akan segera dimulai.Rino keluar dari ruang BK menuju kelasnya.Jam pertama adalah Kimia, pelajaran yang melelahkan otak.Ini adalah kelemahan Rino, dan di kelas itu hanya ada satu siswa yang mampu mematahkan anggapan bahwa Kimia itu sangat sulit.Dia adalah Anis."Nis.. Anis... Ssttt..."Rino menggoyangkan kursi Anis yang berad

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status