Share

Isi hati Lily

Author: Ninna AL
last update Last Updated: 2021-07-29 23:32:47

Bab 8

Rino berlari meninggalkan sepeda motornya, membiarkan tergeletak begitu saja. Berlari menghampiri Lily, memastikan tidak terjadi hal buruk pada Lily.

Di alam terbuka seperti ini memang tak menutup kemungkinan banyak binatang liar keluar di malam hari untuk mencari makan.

Rino yang sekilas melihat bayangan hitam berlari dari belakang Lily, spontan berteriak agar Lily menghindari binatang tersebut.

 "Kamu gak kenapa-kenapa kan?"

Rino memastikan keadaan Lily, seraya melihat sekeliling mereka 

 "Gak kok, cuma kaget. Itu tadi seperti landak deh. Untung kamu teriak, kalau gak.. mungkin aku udah ketabrak tadi".

Lily membersihkan celananya yang terkena tanah akibat terjatuh saat menghindari binatang tadi.

 "Itu di depan ada desa. Kita akan segera mendapatkan bensin. Yuk!"

Rino mengajak Lily kembali berjalan.

Lily menurut. Berjalan di belakang Rino, masih terasa degup kencang jantungnya. Kejadian baru saja membuat pikirannya semakin kacau.

***

 " Habisin makannya, terus pulang. Besok aku kan sekolah.". Rino tampak sedang asyik memakan semangkuk mie ayam menggunakan sumpit.

Lily masih terdiam.

Terasa susah sekali menelan makanan kali ini.

Hanya teh hangat yang sedari tadi diseruputnya.

 "Kenapa Ly? Kok gak makan, tadi katanya lapar?"

Rino kemudian mengarahkan pandangannya ke depan. Melihat Lily meneteskan air mata.

Bulir bening itu seperti keluar tanpa kehendak si empunya.

 "Ly, Lily.. wooiiii!!"

Rino kembali memanggil Lily, melambaikan tangannya di depan wajah Lily.

 "Gimana kalau besok gak usah sekolah, temenin aku mau gak? Waktuku tinggal dua hari di rumah. Cutiku akan segera berakhir."

Lily tiba-tiba menatap Rino, seraya menghapus air matanya dengan tisu.

 "Gak bisa, besok aku ada ulangan. Habis pulang sekolah aja, gimana? Rino menjawabnya.

 "Gitu ya, yaudah oke. Aku jemput besok di depan gerbang ya!" Lily tersenyum.

***

Bell nyaring berbunyi. Rino segera merapikan buku pelajarannya, ingin segera lari keluar kelas. Lily pasti sudah menunggu di depan gerbang dari tadi.

Rino sudah janji untuk menemani Lily hari ini, entah ke mana mereka akan menghabiskan waktu kali ini. Tapi, pikiran Rino merasa ada yang tidak beres.

Langkahnya terhenti setelah melihat gadis di luar gerbang sekolah. Masih dengan penampilannya yang biasa saja. Celana jeans, kaos, sepatu kets, tas selempang. Tidak ada yang berubah dari gadis ini. Meskipun wajahnya tampak mulai terawat, dan rambutnya yang mulai memanjang dari sebelumnya. Namun untuk urusan penampilan, gadis ini masih memegang teguh prinsipnya. Masih sama seperti dulu ketika pertama mereka bertemu.

 "Haaaiii... Udah lama?" Rino tersenyum menyapa Lily.

 "Belum, baru saja. Kamu capek ya, makan dulu yuk. Baru habis itu jalan." Ajak Lily seraya memberikan satu helm untuk Rino.

Rino hanya mengangguk, kemudian memakai helm di kepalanya.

Lily memberikan kunci motornya pada Rino.

Motor kesayangan Lily sejak masih bersekolah.

Meskipun terbilang Tua, tapi motor ini penuh kenangan. Walaupun suaranya membuat orang lain terganggu, tapi bagi Lily, ini adalah suara paling merdu sedunia. Karena hanya motor ini yang mengerti kemauan Lily tanpa protes.

Melaju membelah jalanan kampung nan hijau, naik turun bukit nan indah.

Adalah suatu kenikmatan dunia, setidaknya memberikan rasa tenang pada pikiran.

Dua puluh menit berlaku, sampailah mereka berdua di sebuah Danau buatan di atas bukit, orang menyebutnya 'Embung'.

Danau ini sengaja dibuat untuk menampung air hujan ketika musim penghujan tiba, dan akan dialirkan ke sawah-sawah penduduk ketika kemarau tiba.

Airnya yang berwarna biru, serta bukit nan hijau menambah keindahan tempat ini. Di ujung pandangan, terlihat situs purba yaitu gunung berapi purba. Menjulang tinggi, seperti batu raksasa yang kokoh tak tertandingi.

Duduk di sebuah batu, menyanding sebotol air mineral dan sebungkus kacang tanah oven.

Mereka berdua terlihat asyik menikmati pemandangan sekitar.

Terdengar gelak tawa Lily yang tak pernah puas meladeni lawakan Rino.

 "Kamu mau balik kerja kapan? Lusa atau malah besok?". Rino tiba-tiba merubah suasana.

 "Lusa, sebenarnya gak pengen balik ke sana. Jujur aku gak kerasan di sana, aku merasa gak nyaman. Tapi aku pun gak betah di rumah terlalu lama. Jadi pilihan satu-satunya adalah aku harus balik kerja ke sana lagi. Setidaknya sampai aku mendapatkan pekerjaan yang lain, yang bikin aku nyaman."

Lily menjawab tanpa menoleh sedikitpun pada Rino. Pandangannya kosong, seperti tak ada lagi semangat hidup dalam dirinya.

Baru kali ini Ia terlihat amat terpuruk. Biasanya gadis ini selalu ceria.

"Kenapa begitu, biasanya kamu semangat banget?" Rino menimpali ucapan Lily.

 " Kamu gak pernah tau apa yang aku rasakan, karena aku gak pernah cerita pada siapapun tentang masalah ini. Aku selalu memendam sendiri luka-luka ini. Entah sampai kapan. Kamu lihat keluargaku dari luar saja, terlihat saking mengasihi. Saling support, saling mengisi, padahal tidak.

Kami seperti dalam lingkaran api. Setiap hari selalu saja ada pertengkaran di antara kami."

Lily mulai menceritakan apa yang selama ini menjadi beban hidupnya. Memandang jauh, jauh sekali. Hingga seolah tak ada sesuatu tertangkap oleh kornea matanya.

Rino masih diam. Ia tau, saat seperti ini yang harus dilakukan hanyalah diam. Tak usah bertanya maupun menjawab. Cukup mendengarkan saja, agar sahabatnya merasa lebih ringan setelah mengeluarkan beban di hatinya.

 "Setiap hari ada saja drama di keluarga kami. Ayahku adalah laki-laki keras kepala dan suka main tangan. Semenjak usahanya bangkrut, Ibu sering kena pukul Ayah.

Ibuku seorang yang suka banyak bicara, dan Ayahku tak suka. Kadang ketika Ibu mengomel, tanpa ba bi bu, Ayah menjambak rambut Ibu.

Pernah aku lihat Ibu sedang tiduran setelah mereka cekcok mulut. Tiba-tiba Ayah datang membawa piring keramik dan memukul kepala ibu dengan piring, hingga piring pun terbelah jadi dua.

Pernah juga aku lihat Ibu hampir mati karena lehernya dicekik Ayah. Tubuh Ibu dipepetkan ke tembok.

Tak hanya itu, Ibu pernah berkali-kali diseret dari kamar ke halaman depan tengah malam. Hingga banyak orang mendadak berkerumun."

Rino serius mendengarkan curhatan sahabatnya.

Meskipun tak tahu harus apa, namun hatinya ikut merasakan sakit yang Lily alami.

Betapa tidak, gadis ini ternyata tumbuh dalam lingkungan yang tak sehat. Banyak mengalami tekanan. Masih untung sekarang Lily baik-baik saja.

Tapi, bagaimana dengan mentalnya?

Lily masih duduk melanjutkan ceritanya.

Tak terasa bulir bening turun begitu saja. Membasahi wajah manisnya, meskipun tanpa polesan make up.

 "Aku seperti hidup di antara dua jurang. Hanya tersisa jalan kecil dan menanjak. Mau tidak mau aku harus melaluinya, untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik. Aku gak mau seperti kedua orangtuaku. Aku ingin jadi diriku sendiri.

Aku belum pernah merasakan hangatnya kasih sayang yang benar-benar tulus.

Hingga suatu saat, aku mengenal seorang laki-laki. Dia menyukaiku. Begitupun aku. Kemudian orangtuaku melarang ku berhubungan dengannya lagi.

Aku merasa terpuruk, seburuk ini jalan hidupku. Aku bahkan tak tau bagaimana hari esok harus ku lalui."

Rino yang sedari tadi dian seribu bahasa, kaget mendengar cerita Lily, bahwa Ia mempunyai seseorang yang istimewa dalam hatinya.

Lalu selama ini, apa yang terjadi di antara mereka. Bukankah Lily selalu merasa bahagia saat bersamanya, bukankah Lily kemarin setuju tidur di pangkuannya, apakah itu bukan sebuah tanda bahwa Lily mencintainya?

Bermacam pertanyaan seketika berkecamuk dalam hati Rino. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Seperti dipenuhi banyak sekali batu kerikil. Badannya seketika lemas, serasa tak bertulang lagi.

Lily menoleh, menatap Rino yang masih saja diam dan menunduk.

 "Kamu gak pernah ya, ngerasain gimana sulitnya aku memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi hak ku, betapa sesaknya napas ku memikirkan semua ini.

Sangat sulit bagiku melangkah.

Banyak sekali mimpiku tertunda, atau bahkan tak akan pernah terwujud. 

Kali ini aku hanya ingin merasakan kehangatan. Tapi mereka pun tak merestuinya.

Padahal aku mencintainya. Namanya Agam.

Dia baik, sayang sama aku. Tapi, entahlah. Aku bingung."

Lily terus saja bercerita. Tak menghiraukan perasaan Rino yang sedari tadi menahan hatinya.

Selalu begitu, Lily gadis keras kepala. Tak perduli apapun di sekitarnya. 

Memang baginya, Rino hanyalah sahabatnya. Tidak lebih. Jadi, apa yang harus dikhawatirkan, tidak ada.

Rino pun tipe cowok yang pandai menyimpan rahasia. Jadi Lily merasa tenang dan aman untuk mencurahkan isi pikirannya.

 "Siapa laki-laki itu?"

Rini tiba-tiba merespon cerita Lily.

 "Dia, aku temui di tempatku bekerja. Kami berkenalan ketika dia memesan barang di toko kami. Kemudian kami saling bertukar nomor ponsel. Aku juga gak nyangka bakalan seperti ini, aku terlanjur menaruh hati padanya. Aku gak mungkin meninggalkannya. Aku mencintainya."

Lily kembali meneteskan air mata, menundukkan kepalanya sesenggukan.

Rino mendekat, meraih kepala Lily dan membenamkan di dadanya yang bidang.

Memberi kesempatan pada Lily untuk menenangkan pikirannya. Meskipun sakit menggerogoti hatinya, Rino tak punya pilihan lain.

Baginya, Lily adalah seseorang yang harus dilindungi dan dibuat nyaman, agar persahabatan mereka tetap baik-baik saja.

Berkecamuk rasa dalam hatinya, hingga Ia menyadari bahwa langkahnya kini terhalang dinding besar. Dinding yang menjulang, yang hampir tak mungkin Ia hancurkan hanya demi meraih hati seorang Lily.

 "Sudah, jangan nangis. Kita bisa lalui ini. Aku akan ada saat kau butuh. Tenang ya!"

Rino mengusap kembali rambut Lily.

Hari semakin sore, langit semburat jingga di ujung barat, menambah suasana haru.

Burung-burung bersiap kembali pulang ke peraduannya.

Udara dingin mulai menyusup ke sela jemari.

Sore itu, ada hati yang patah.

Ada jiwa yang terluka.

Namun semuanya harus rapat disembunyikan, harus tetap terjaga entah kapan.

Karena dunia tak mungkin terbalik begitu saja.

Dua anak manusia dipersatukan dalam hubungan persahabatan. Mungkin hanya sampai di sini, tidak lebih.

Jika seseorang mencoba mengingkari takdirnya, mungkinkah Tuhan akan tetap memberinya hidup?

Entahlah, tak pernah ada yang tau.

Namun satu hal yang harus diketahui, bahwa kasih Tuhan sangat besar. Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk makhluknya 

Tuhan tak pernah ingkar janji sedikitpun.

Manusia hanya harus menjalani dengan keiklasan.

Related chapters

  • Cinta Akhir Oktober   Mendapatkan hati Lily saja belum bisa, kok sudah membahas restu.

    Bab 9 Lily terlihat mengemasi baju-bajunya, memasukkan ke dalam sebuah tas ransel berwarna hitam.Hari ini sudah waktunya Ia kembali ke kota lagi untuk bekerja. Di luar sudah ada Rino yang menunggu untuk mengantarkan Lily ke terminal.Tersaji secangkir teh manis dan singkong goreng buatan Ibunya Lily. Rumah ini sepi. Hanya ada Lily dan Ibu yang sedang membantu Lily di kamar.Rino sudah lama tak berkunjung ke rumah ini, dahulu ada beberapa ekor burung dalam kandang, tergantung di teras rumah ini. Tapi sekarang hanya tinggal satu ekor. Itupun terlihat tak terawat, mungkin Ayah Lily sangat sibuk dengan pekerjaannya hingga tak sempat lagi mengurus hewan peliharaannya. "Reno, udah yuk berangkat. Takut kesiangan, nanti bisa-bisa gak dapet bus loh."Lily berjalan keluar menggendong tas ranselnya. "Oh, ya udah ayo. Masih ada yang ketinggalan gak? Inget-inget dulu biar gak repot nanti!"Rino beranjak dari kursi kayu yang sedari tadi Ia d

    Last Updated : 2021-08-01
  • Cinta Akhir Oktober   Anis menjadi tambatan hati Rino.

    Bab 10Pagi gerimis, Rino memarkirkan motor bututnya di parkiran sekolah. Kemudian berjalan santai menuju ruang BK.Tujuannya tak lain adalah, sebagai pengantar surat.Ya, sudah sejak seminggu yang lalu Ia resmi menjadi kurir pribadi Pak Gatot.Tugasnya adalah mengantar surat dari Pak Gatot kepada Yanti, anak Ibu kantin.Begitu pula sebaliknya, Rino akan mengantarkan surat dari Yanti, kepada Pak Gatot.Ini harus Ia lakukan agar aman dari hukuman.Sejak kejadian tempo hari, Rino memilih tidur lebih awal, dari pada menemani Lily bercerita tentang pacarnya.Bel berbunyi, tanda kelas akan segera dimulai.Rino keluar dari ruang BK menuju kelasnya.Jam pertama adalah Kimia, pelajaran yang melelahkan otak.Ini adalah kelemahan Rino, dan di kelas itu hanya ada satu siswa yang mampu mematahkan anggapan bahwa Kimia itu sangat sulit.Dia adalah Anis."Nis.. Anis... Ssttt..."Rino menggoyangkan kursi Anis yang berad

    Last Updated : 2021-08-02
  • Cinta Akhir Oktober   Anis menjadi tambatan hati Rino.

    Bab 10Pagi gerimis, Rino memarkirkan motor bututnya di parkiran sekolah. Kemudian berjalan santai menuju ruang BK.Tujuannya tak lain adalah, sebagai pengantar surat.Ya, sudah sejak seminggu yang lalu Ia resmi menjadi kurir pribadi Pak Gatot.Tugasnya adalah mengantar surat dari Pak Gatot kepada Yanti, anak Ibu kantin.Begitu pula sebaliknya, Rino akan mengantarkan surat dari Yanti, kepada Pak Gatot.Ini harus Ia lakukan agar aman dari hukuman.Sejak kejadian tempo hari, Rino memilih tidur lebih awal, dari pada menemani Lily bercerita tentang pacarnya.Bel berbunyi, tanda kelas akan segera dimulai.Rino keluar dari ruang BK menuju kelasnya.Jam pertama adalah Kimia, pelajaran yang melelahkan otak.Ini adalah kelemahan Rino, dan di kelas itu hanya ada satu siswa yang mampu mematahkan anggapan bahwa Kimia itu sangat sulit.Dia adalah Anis."Nis.. Anis... Ssttt..."Rino menggoyangkan kursi Anis yang berad

    Last Updated : 2021-08-02
  • Cinta Akhir Oktober   Kepulangan Lily karena kabar sakitnya sang Ibu.

    Bab 11"Kenapa kamu keras kepala? Kenapa kamu gak peduli lagi dengan orangtuamu? Kenapa kamu berubah? Hanya demi cinta bodohmu itu, kau menggadaikan semua kasih sayang di sekitarmu. Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?"Sebuah pesan singkat tertuju untuk Lily, melalui ponselnya.Rino masih tertegun di dalam kamarnya.Jantungnya berdebar lebih cepat daripada biasanya. Hatinya tak berhenti bertanya-tanya apakah Lily baik-baik saja, apakah Lily memilih pendamping yang tepat, apakah.. apakah.. apakah..Semua berputar dalam pikirannya.Serumit ini menjadi dewasa.Beeepp..beeepp..Ponselnya bergetar, Rino segera menyambar dam membuka pesan diterima."Kamu, bukan siapa-siapaku. Ada Hak apa kamu ngurusin hidupku? Urus saja hidupmu sendiri." Pesan balasan dari Lily, semakin membuat Rino sebal.Ternyata selama ini yang Ia perbuat, tak ada harganya di mata Lily.Lalu, bagaimana selama

    Last Updated : 2021-08-03
  • Cinta Akhir Oktober   Ciuman pertama sepasang sahabat.

    Bab 12 "Hai,.." Rino menyapa Lily. "Masuk.." Lily mempersilahkan. Rino dan Anis memasuki ruangan bernuansa putih, diletakkannya sekeranjang buah yang sengaja Ia bawa dari rumah, di atas meja sudut ruangan. "Gimana kabar Ibu? Sudah mendingan?" Rino tersenyum menyalami tangan Ibu. "Alhamdulillah, sudah berkurang sakitnya. Paling besok bisa pulang. Ibu sudah sehat sekarang " "Ibu hanya rindu sama Lily berarti ya? He he he.." Rino terkekeh. "Iya, Ibu rindu sama Lily. Sekarang sudah di sini, jadi Ibu sudah sembuh. Ehm.. ini siapa Nak?"Ibu menoleh ke arah Anis. "Saya, Anis Bu. Teman Rino." Jawab Anis. "Dia pacarnya Rino, Bu" Lily menambahkan "Udah bukan, Kak. Kami selesai.". Anis tersenyum. "Lho, kenapa? Padahal kalian serasi. Apakah Rino merepotkanmu?". Seloroh Lily, diikuti tawa kecilnya.Ia heran mengapa cinta sesingkat itu, padahal

    Last Updated : 2021-08-05
  • Cinta Akhir Oktober   Kelulusan Rino

    Bab 13 "Cukup!" Lily mendorong tubuh Rino. "Gak! ini gak akan cukup untuk mewakili rasaku padamu. Aku bahkan memikirkanmu setiap hari." "Rino, kamu terlalu baik untuk ku dapatkan. Masa depan seperti apa yang kau inginkan dariku?" "Masa depan yang indah tentunya, kita bisa bersama sampai tua. Sampai maut memisahkan kita." "Kamu masih anak SMA. Tau apa kamu soal masa depan hari tua?"Lily menyeka air matanya. "Ly, pliss beri aku kesempatan. Beri aku waktu untuk membuktikan. Aku gak mau kamu disakiti orang lain lagi."Rino menggenggam jemari Lily, meremas perlahan. "Aku sudah gak percaya apa itu cinta. Sebenarnya di balik cinta hanya ada nafsu belaka." Lily menunduk. "Tidak Ly, aku tidak seperti itu. Semua ini benar-benar tulus." "Rino, mendingan sekarang kamu pikirin masa depan kamu sendiri. Mau dibawa kemana nanti, mau jadi apa kamu nanti, mau seperti apa hidupmu nanti. Pikirkan dari sekarang."

    Last Updated : 2021-08-07
  • Cinta Akhir Oktober   Pergi menuntut Ilmu baru dan kehidupan baru

    Bab 14Rino melangkah masuk ruangan berukuran 3x5 itu. Tanpa babibu, Ia duduk di kursi panjang berwarna coklat muda."Bapak ada perlu apa?" Tanya Rino pada Pak Gatot." Tidak ada perlu, cuma mau kasih tau saja, ini kampus bagus buat kamu. Katanya kamu gak mau nerusin jadi seperti Bapakmu 'kan?"Pak Gatot menyodorkan selembar kertas katalog Universitas."Tapi ini jauh Pak.""Kamu kan laki-laki. Masa' kalah sama kakakmu yang perempuan, dia saja mau ditugaskan ke luar Jawa. Kamu, ke kota saja sudah ngeluh. Laki-laki macam apa kamu?""Sejujurnya saya ragu Pak. Bagaimana jika orang tua saya tidak mengijinkan, dari mana saya harus membayar biaya kuliah?""Rino, dulu saya jualan gorengan setelah selesai jam kuliah. Kalau pas hari libur, saya jualnya full seharian. Saya juga belajar makelar motor, ya demi bisa bayar uang kuliah. Lha wong orang tua saya cuma petani, uangnya tidak banyak, sedangkan saya masih punya adik yang harus dibiayai

    Last Updated : 2021-08-10
  • Cinta Akhir Oktober   Setahun berlalu

    Bab 15"Rino, ya?"Suara seseorang di balik kemudi mengagetkan Rino."Iya, Om." Jawab Rino, polos."Ayo masuk. Saya Edi, adiknya mas Gatot."Ajak orang itu, justru malah sambil membuka pintu mobilnya dan keluar.Kemudian berjalan ke arah belakang, rupanya dia berniat membuka pintu bagasi.Rino membawa barang-barangnya ke bagasi mobil, kemudian Ia masuk mobil dan duduk di samping Pak Edi.Mobil merah tersebut langsung tancap gas menuju ke sebuah rumah di komplek perumahan.Setelah memarkirkan mobilnya, Pak Edi turun. Begitupun Rino.Rino berdecak kagum melihat rumah yang bergaya minimalis itu. Meskipun tidak terlalu besar, namun rumah ini sangat rapi dan asri.Temboknya bercat putih keseluruhan, dengan pintu cokelat bergaya minimalis modern.Banyak tanaman bunga di halaman, mulai dari bunga mawar hingga tanaman menjalar.Di sisi lain, ada sebuah kolam kecil, dengan banyak ikan Koi di dalamnya. Ada pula

    Last Updated : 2021-08-12

Latest chapter

  • Cinta Akhir Oktober   Aku menyusulmu.

    Bab 18"Sudah ku cukupkan rasa ini sampai di sini. Seharusnya aku tau, kamu bukan tujuan utamaku.Seharusnya aku tau dari dulu, bahwa aku bukan apa dan siapa di hatimu dan pikiranmu. Maafkan aku yang terlalu berharap, aku sudahi perasaan ini. Tidak ada lagi yang harus kau pikirkan tentang aku. Biar saja semua berlalu begitu saja. Menguap seperti air di lautan, walau aku tahu akan tiba saatnya semua akan kembali tercurah bagaikan hujan.Sudah.Aku harus pergi dari hidupmu. Terimakasih, Lily."Sebuah pesan di ponselnya, membuat Lily terhenyak.Seketika Ia berderai air mata. Semua ini salah paham. Tidak seperti yang Rino lihat, sebenarnya Lily dan Erik hanya sebatas teman. Erik melakukan semua kebaikan itu, karena tanggung jawab telah membuat Lily harus dirawat."Rino, aku gak tahu lagi harus bagaimana. Sedangkan perasaanku sendiri sungguh aneh. Aku takut menyakitimu, tapi ini telah terjadi. Bahkan sebelum kita terikat."Lily masih melamun

  • Cinta Akhir Oktober   Kekhawatiran yang sirna seketika

    Bab 17"Bagaimana aku bisa tertidur di sini?"Lily berusaha bangkit, namun tak bisa. Nyeri di punggungnya masih terasa, bahkan semakin menjadi. Rasanya seperti sedang menggendong beban berat, melebihi berat badannya sendiri.Di samping tempat tidurnya, duduk lelaki yang baru beberapa hari yang lalu menabraknya.Masih terpejam matanya. Tubuh menyender di tembok belakangnya.'Tok. Tok. Tokk..'Suara pintu diketuk dari luar.Erik segera terbangun karena kaget.Ia kemudian berdiri dan melangkah ke arah pintu.Ternyata, Dokter yang akan memeriksa Lily, datang bersama suster."Selamat pagi Lily. Apa kabar? Gimana punggungnya, apa yang dirasakan?"Dokter bertanya sembari akan memeriksa keadaan Lily.Sementara, suster meletakkan makanan dan minuman, serta beberapa obat yang harus diminum pagi ini."Saya merasa punggung saya seperti sedang menggendong beban berat, Dok."Jawab Lily."Lily, sebelumnya

  • Cinta Akhir Oktober   Kecelakaan

    Bab 16 "Telah terukir walau setitik, senyumanmu di hatiku. Meski nanti akan pergi, setidaknya aku pernah menemuimu. Ada rasa dalam jiwa ini, untukmu yang selalu di sampingku. Walau nanti takdir berganti, setidaknya masih tersisa hangat pelukmu. Haruskah beban ini ku pikul sendiri, jika berat Rindu ini semakin menjadi setiap hari?" Lily memandangi fotonya bersama Rino, yang sempat mereka abadikan ketika saat itu mereka berdua berada di pantai. Sejujurnya, hati kecil Lily menginginkan hubungan ini lebih dari pertemanan. Namun pikirannya selalu menolak, Ia sadar semua itu hanya akan membawanya dalam lingkaran sakit hati yang tak ujung henti. Keluarga Rino tau siapa dirinya, gadis desa yang kurang pendidikan. Berasal dari keluarga biasa. Parasnya pun pas-pasan. Tidak ada yang istimewa, yang bisa dibanggakan Rino atas dirinya. Apalagi usianya yang lebih tua dari Rino. Ini adalah hal yang memalukan, mana mungkin Rino

  • Cinta Akhir Oktober   Setahun berlalu

    Bab 15"Rino, ya?"Suara seseorang di balik kemudi mengagetkan Rino."Iya, Om." Jawab Rino, polos."Ayo masuk. Saya Edi, adiknya mas Gatot."Ajak orang itu, justru malah sambil membuka pintu mobilnya dan keluar.Kemudian berjalan ke arah belakang, rupanya dia berniat membuka pintu bagasi.Rino membawa barang-barangnya ke bagasi mobil, kemudian Ia masuk mobil dan duduk di samping Pak Edi.Mobil merah tersebut langsung tancap gas menuju ke sebuah rumah di komplek perumahan.Setelah memarkirkan mobilnya, Pak Edi turun. Begitupun Rino.Rino berdecak kagum melihat rumah yang bergaya minimalis itu. Meskipun tidak terlalu besar, namun rumah ini sangat rapi dan asri.Temboknya bercat putih keseluruhan, dengan pintu cokelat bergaya minimalis modern.Banyak tanaman bunga di halaman, mulai dari bunga mawar hingga tanaman menjalar.Di sisi lain, ada sebuah kolam kecil, dengan banyak ikan Koi di dalamnya. Ada pula

  • Cinta Akhir Oktober   Pergi menuntut Ilmu baru dan kehidupan baru

    Bab 14Rino melangkah masuk ruangan berukuran 3x5 itu. Tanpa babibu, Ia duduk di kursi panjang berwarna coklat muda."Bapak ada perlu apa?" Tanya Rino pada Pak Gatot." Tidak ada perlu, cuma mau kasih tau saja, ini kampus bagus buat kamu. Katanya kamu gak mau nerusin jadi seperti Bapakmu 'kan?"Pak Gatot menyodorkan selembar kertas katalog Universitas."Tapi ini jauh Pak.""Kamu kan laki-laki. Masa' kalah sama kakakmu yang perempuan, dia saja mau ditugaskan ke luar Jawa. Kamu, ke kota saja sudah ngeluh. Laki-laki macam apa kamu?""Sejujurnya saya ragu Pak. Bagaimana jika orang tua saya tidak mengijinkan, dari mana saya harus membayar biaya kuliah?""Rino, dulu saya jualan gorengan setelah selesai jam kuliah. Kalau pas hari libur, saya jualnya full seharian. Saya juga belajar makelar motor, ya demi bisa bayar uang kuliah. Lha wong orang tua saya cuma petani, uangnya tidak banyak, sedangkan saya masih punya adik yang harus dibiayai

  • Cinta Akhir Oktober   Kelulusan Rino

    Bab 13 "Cukup!" Lily mendorong tubuh Rino. "Gak! ini gak akan cukup untuk mewakili rasaku padamu. Aku bahkan memikirkanmu setiap hari." "Rino, kamu terlalu baik untuk ku dapatkan. Masa depan seperti apa yang kau inginkan dariku?" "Masa depan yang indah tentunya, kita bisa bersama sampai tua. Sampai maut memisahkan kita." "Kamu masih anak SMA. Tau apa kamu soal masa depan hari tua?"Lily menyeka air matanya. "Ly, pliss beri aku kesempatan. Beri aku waktu untuk membuktikan. Aku gak mau kamu disakiti orang lain lagi."Rino menggenggam jemari Lily, meremas perlahan. "Aku sudah gak percaya apa itu cinta. Sebenarnya di balik cinta hanya ada nafsu belaka." Lily menunduk. "Tidak Ly, aku tidak seperti itu. Semua ini benar-benar tulus." "Rino, mendingan sekarang kamu pikirin masa depan kamu sendiri. Mau dibawa kemana nanti, mau jadi apa kamu nanti, mau seperti apa hidupmu nanti. Pikirkan dari sekarang."

  • Cinta Akhir Oktober   Ciuman pertama sepasang sahabat.

    Bab 12 "Hai,.." Rino menyapa Lily. "Masuk.." Lily mempersilahkan. Rino dan Anis memasuki ruangan bernuansa putih, diletakkannya sekeranjang buah yang sengaja Ia bawa dari rumah, di atas meja sudut ruangan. "Gimana kabar Ibu? Sudah mendingan?" Rino tersenyum menyalami tangan Ibu. "Alhamdulillah, sudah berkurang sakitnya. Paling besok bisa pulang. Ibu sudah sehat sekarang " "Ibu hanya rindu sama Lily berarti ya? He he he.." Rino terkekeh. "Iya, Ibu rindu sama Lily. Sekarang sudah di sini, jadi Ibu sudah sembuh. Ehm.. ini siapa Nak?"Ibu menoleh ke arah Anis. "Saya, Anis Bu. Teman Rino." Jawab Anis. "Dia pacarnya Rino, Bu" Lily menambahkan "Udah bukan, Kak. Kami selesai.". Anis tersenyum. "Lho, kenapa? Padahal kalian serasi. Apakah Rino merepotkanmu?". Seloroh Lily, diikuti tawa kecilnya.Ia heran mengapa cinta sesingkat itu, padahal

  • Cinta Akhir Oktober   Kepulangan Lily karena kabar sakitnya sang Ibu.

    Bab 11"Kenapa kamu keras kepala? Kenapa kamu gak peduli lagi dengan orangtuamu? Kenapa kamu berubah? Hanya demi cinta bodohmu itu, kau menggadaikan semua kasih sayang di sekitarmu. Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?"Sebuah pesan singkat tertuju untuk Lily, melalui ponselnya.Rino masih tertegun di dalam kamarnya.Jantungnya berdebar lebih cepat daripada biasanya. Hatinya tak berhenti bertanya-tanya apakah Lily baik-baik saja, apakah Lily memilih pendamping yang tepat, apakah.. apakah.. apakah..Semua berputar dalam pikirannya.Serumit ini menjadi dewasa.Beeepp..beeepp..Ponselnya bergetar, Rino segera menyambar dam membuka pesan diterima."Kamu, bukan siapa-siapaku. Ada Hak apa kamu ngurusin hidupku? Urus saja hidupmu sendiri." Pesan balasan dari Lily, semakin membuat Rino sebal.Ternyata selama ini yang Ia perbuat, tak ada harganya di mata Lily.Lalu, bagaimana selama

  • Cinta Akhir Oktober   Anis menjadi tambatan hati Rino.

    Bab 10Pagi gerimis, Rino memarkirkan motor bututnya di parkiran sekolah. Kemudian berjalan santai menuju ruang BK.Tujuannya tak lain adalah, sebagai pengantar surat.Ya, sudah sejak seminggu yang lalu Ia resmi menjadi kurir pribadi Pak Gatot.Tugasnya adalah mengantar surat dari Pak Gatot kepada Yanti, anak Ibu kantin.Begitu pula sebaliknya, Rino akan mengantarkan surat dari Yanti, kepada Pak Gatot.Ini harus Ia lakukan agar aman dari hukuman.Sejak kejadian tempo hari, Rino memilih tidur lebih awal, dari pada menemani Lily bercerita tentang pacarnya.Bel berbunyi, tanda kelas akan segera dimulai.Rino keluar dari ruang BK menuju kelasnya.Jam pertama adalah Kimia, pelajaran yang melelahkan otak.Ini adalah kelemahan Rino, dan di kelas itu hanya ada satu siswa yang mampu mematahkan anggapan bahwa Kimia itu sangat sulit.Dia adalah Anis."Nis.. Anis... Ssttt..."Rino menggoyangkan kursi Anis yang berad

DMCA.com Protection Status