Suasana kantin yang begitu ramai membuat siswa-siswi saling berdesak-desakan untuk memesan makanan di tenant yang telah disediakan. Shilla duduk di salah satu meja yang berada di sudut ruangan ini sementara Sivia sudah melenggang untuk memesan makanan dan minuman. Sekitar 10 menit kemudian Sivia sudah kembali dengan membawa nampan yang berisi; 1 porsi nasi goreng special, 1 porsi bakso kuah, dan 2 porsi jus alpukat.
"Siv," panggil Shilla seraya memandangi wajah Sivia dengan serius.
"Kamu kenapa? Kok ngeliatin aku gitu banget sih?" tanya Sivia mengernyitkan keningnya.
Shilla terdiam. Dia masih ragu untuk menanyakan hal yang mengganjal hati dan pikirannya sejak tadi. Terlebih juga melihat Sivia yang seperti sudah tidak tahan lagi ingin melahap bakso kuah yang ada di depannya tersebut.
"Malah ngelamun. Kamu kenapa sih Shil?" Pertanyaan ini terdengar kembali dari mulut Sivia.
"Ehm ... gak jadi deh. Nanti saja." Shilla tersenyum kepada Sivia lalu memulai melahap nasi goreng di hadapannya.
Sivia melihat ada perubahan terhadap Shilla tetapi akhirnya hanya diam saja dan melanjutkan melahap makanannya.
"Shil, aku mau lanjutin cerita aku yang tadi pagi ya, boleh kan?" Sivia tersenyum lalu menyeruput jus Alpukatnya.
Mendengar hal itu, Shilla langsung antusias mendengarkannya. Apalagi jawaban atas kegelisahannya memang ada di topik cerita ini. Shilla melirik Sivia dengan cepat "Lanjutin aja Sivia."
Sivia mengunyah kembali satu butir bakso hingga tandas ke dalam perutnya. "Oh, iya. Kamu tadi penasaran sama Anita kan?"
Ada rasa berbeda di dalam hati Shilla ketika mendengar nama Anita disebut. Perasaan itu seperti menyakitkan, padahal Shilla juga tidak mengenal Anita tapi karena ada nama kekasihnya disebut akhirnya dirinya membuat opini-opini sendiri yang mungkin bisa tidak masuk akal.
"Iya. Dia siapa? Hubungannya dengan Randy apa?" Shilla meletakkan sendok dan garpunya. Lalu, dengan seksama berusaha fokus hanya kepada Sivia seorang.
"Jadikan aku dekat sama Galang. Semalam Galang cerita orang di masa lalunya gitu sama aku. Nah namanya itu, Anita. Dia bilang sih dia putus sama Anita gara-gara sih gadis tersebut masih sayang sama orang masa lalunya gitu," jelas Sivia lalu ia menyeruput jus Alpukatnya kembali.
"Lalu, hubungannya sama Randy?" tanya Shilla mengernyitkan keningnya.
"Namun, kamu harus siap ya dan juga jangan marah, sedih ataupun hal lainnya," ucap Sivia lalu mengenggam tangan Shilla.
Perasaan Shilla makin tidak karuan saat ini. Opini yang di pikirkannya sepertinya memang benar terjadi.
"Apa?"
"Orang masa lalunya Anita tersebut adalah Randy," jawab Sivia memperhatikan raut wajah Shilla. Ia hanya tidak ingin sahabatnya menjadi sedih atau yang lainnya.
Dan, ternyata benar. Opini yang telah dipikirkan Shilla sedari tadi. Hatinya sungguh semakin sakit. Ia tidak pernah tahu rasa apa yang sedang dirasakannya kini. Namun rasa sakit memang makin menjadi-jadi.
"Oke Siv. Makasih ya kamu sudah ngasih tahu aku, biar nanti aku tanya langsung saja sama Randy," jawab Shilla tersenyum simpul melanjutkan melahap makanannya.
***
Hiruk-pikuk jalan raya begitu jelas terlihat dengan mata. Jalanan begitu ramai dengan cuaca yang cukup panas pasti hampir membuat semua orang merasakan kehausan. Randy menghentikan motornya tepat di depan kedai orang jualan makanan dan minuman ringan. Sementara Shilla yang berada di belakang Randy tetap duduk saja tanpa berniat untuk turun dari motor tersebut.
"Shil, turun dong."
Shilla yang mendengar pun terkejut dan tersadar di mana tempat dia berada sekarang, kemudian langsung turun tanpa menjawab.
"Kenapa ke sini?"
"Masuk aja, deh."
Shilla terus saja menatap Randy dengan seksama. Terlalu banyak opini yang dia pikirkan hingga membuat hatinya sakit begitu saja tanpa tahu fakta yang terjadi.
"Shil, kamu kenapa?" Randy yang sadar atas perubahan kekasihnya tersebut akhirnya angkat suara
Tanpa basa-basi Shilla langsung menanyakan hal yang mengganjal hati dan pikirannya tersebut. "Kamu kenal dengan namanya, Anita?"
Randy tampak terdiam. "Anita? Siapa? Aku gak kenal?"
"Kamu yakin gak kenal sama Anita?" Kali ini Shilla semakin ingin mengintograsi kekasihnya.
"Kalau aku bilang gak kenal, ya bearti aku gak kenal Sayang."
Shilla masih merasa tidak puas dengan jawaban kekasihnya dan merasa masih ada yang di tutupi.
"Lalu, tadi kenapa kamu diam waktu aku sebut nama Anita pertama kalinya?"
"Aku tadi itu mikir, ada gak teman namanya Anita. Tapi ternyata gak ada, ya jadinya aku jawab gak kenal donk, Sayang," jawab Randy lalu tersenyum lebar.
Baru saja Shilla ingin melanjutkan ucapannya. Ibu yang jualan sudah membawakan 2 porsi burger dan 2 porsi es cappucino.
Randy dengan segera menyeruput minuman miliknya. "Panas, Sayang. Aku haus nih."
Shilla menghela napas dan ia juga menyeruput minuman miliknya.
"Daripada kamu nanya yang gak penting, lagian cuaca lagi panas. Mending kamu makan itu burger biar gak kelaparan." Randy tersenyum lebar memperhatikan raut wajah Shilla yang nampak begitu kesal.
"Mau aku suapin?" lanjut Randy kembali.
"Gak. Aku bisa sendiri kok," jawab Shilla lalu memulai mengigit burgernya dengan perlahan.
***
Shilla P.O.V
Aku tidak pernah tau apa yang sedang aku rasakan kini. Perasaan ini sungguh membuatku sakit. Apakah ini yang dinamakannya sakit hati? Tapi jika ini disebut sakit hati, gadis tersebut hanyalah orang masa lalunya. Bukan kekasihku ketahuan selingkuh bersama gadis lain saat ini juga. Lalu, pantaskah aku marah terhadapnya hanya karena hal ini? Hal yang tidak begitu jelas adanya.
Namun, mengapa Randy tidak mau berterus terang terhadapku? Apakah Randy memang jujur? Atau masih banyak yang ditutupi olehnya?
Selama ini aku bisa biasa saja melihat semua wanita yang mendekati kekasihku, karena, aku merasa bangga dimiliki oleh seorang yang paling popular di sekolah. Aku tidak pernah berpikir bahwa Randy akan menduakanku apalagi sampai selingkuh.
Namun, di mulainya aku mendengar nama Anita yang kata Sivia notabanenya itu orang masa lalu Randy, membuatku ingin mencari tahu apa saja yang tidak pernah aku ketahui selama ini.
Lagi pula kalau memang Sivia berbohong untuk apa? Aku sangat percaya sama sahabatku, Sivia.
Seandainya saja Galang yang berbohong tujuannya juga untuk apa?
Aku harus menyelidiki semuanya.
***
Tanpa sengaja Shilla melihat orang yang begitu ia kenal. Rasa sakit yang dirasakan hatinya makin terasa begitu sesak di dada. Ia hanya bisa terdiam lalu pandanganya hanya fokus ke sepasang orang berlawanan jenis yang duduk di kursi taman kota.
"Randy ..., " lirih Shilla tanpa di sadari air mata keluar dengan sendirinya.
Siapakah wanita tersebut?
Apakah itu yang namanya Anita?
Atau itu wanita lain lagi?
Bersambung ...
Suasana kantin yang begitu ramai membuat siswa-siswi saling desak-desakan untuk memesan makanan di tenant yang telah disediakan. Shilla duduk di salah satu meja yang berada di sudut ruangan ini sementara Sivia sudah melenggang untuk memesan makanan dan minuman. Sekitar 10 menit kemudian Sivia sudah kembali dengan membawa nampan yang berisi; 1 porsi nasi goreng special, 1 porsi bakso kuah, dan 2 porsi jus alpukat.
"Siv," panggil Shilla seraya memandangi wajah Sivia dengan serius.
"Kamu kenapa? Kok ngeliatin aku gitu banget sih?" tanya Sivia mengernyitkan keningnya.
Shilla terdiam. Dia masih ragu untuk menanyakan hal yang mengganjal hati dan pikirannya sejak tadi. Terlebih juga melihat Sivia yang seperti sudah tidak tahan lagi ingin melahap bakso kuah yang ada di depannya tersebut.
"Malah ngelamun. Kamu kenapa sih Shil?" Pertanyaan ini terdengar kembali dari mulut Sivia.
"Ehm ... gak jadi deh. Nanti saja." Shilla tersenyum kepada Sivia lalu memulai melahap nasi goreng di hadapannya.
Sivia melihat ada perubahan terhadap Shilla tetapi akhirnya hanya diam saja dan melanjutkan melahap makanannya.
"Shil, aku mau lanjutin cerita aku yang tadi pagi ya, boleh kan?" Sivia tersenyum lalu menyeruput jus Alpukatnya.
Mendengar hal itu, Shilla langsung atusias mendengarkannya. Apalagi jawaban atas kegelisahannya memang ada di topik cerita ini. Shilla melirik Sivia dengan cepat "Lanjutin aja Sivia."
Sivia mengunyah kembali satu butir bakso hingga tandas ke dalam perutnya. "Oh, iya. Kamu tadi penasaran sama Anita kan?"
Ada rasa berbeda di dalam hati Shilla ketika mendengar nama Anita disebut. Perasaan itu seperti menyakitkan, padahal Shilla juga tidak mengenal Anita tapi karena ada nama kekasihnya disebut akhirnya dirinya membuat opini-opini sendiri yang mungkin bisa tidak masuk akal.
"Iya. Dia siapa? Hubungannya dengan Randy apa?" Shilla meletakkan sendok dan garpunya. Lalu, dengan seksama berusaha fokus hanya kepada Sivia seorang.
"Jadikan aku dekat sama Galang. Semalam Galang cerita orang di masa lalunya gitu sama aku. Nah namanya itu, Anita. Dia bilang sih dia putus sama Anita gara-gara sih gadis tersebut masih sayang sama orang masa lalunya gitu," jelas Sivia lalu ia menyeruput jus Alpukatnya kembali.
"Lalu, hubungannya sama Randy?" tanya Shilla mengernyitkan keningnya.
"Namun, kamu harus siap ya dan juga jangan marah, sedih ataupun hal lainnya," ucap Sivia lalu mengenggam tangan Shilla.
Perasaan Shilla makin tidak karuan saat ini. Opini yang di pikirkannya sepertinya memang benar terjadi.
"Apa?"
"Orang masa lalunya Anita tersebut adalah Randy," jawab Sivia memperhatikan raut wajah Shilla. Ia hanya tidak ingin sahabatnya menjadi sedih atau yang lainnya.
Dan, ternyata benar. Opini yang telah dipikirkan Shilla sedari tadi. Hatinya sungguh semakin sakit. Ia tidak pernah tahu rasa apa yang sedang dirasakannya kini. Namun rasa sakit memang makin menjadi-jadi.
"Oke Siv. Makasih ya kamu sudah ngasih tahu aku, biar nanti aku tanya langsung saja sama Randy," jawab Shilla tersenyum simpul melanjutkan melahap makananya.
***
Hiruk-pikuk jalan raya begitu jelas terlihat dengan mata. Jalanan begitu ramai dengan cuaca yang cukup panas pasti hampir membuat semua orang merasakan kehausan. Randy menghentikan motornya tepat di depan kedai orang jualan makanan dan minuman ringan. Sementara Shilla yang berada di belakang Randy tetap duduk saja tanpa berniat untuk turun dari motor tersebut.
"Shil, turun dong."
Shilla yang mendengar pun terkejut dan tersadar dimana tempat dia berada sekarang, kemudian langsung turun tanpa menjawab.
"Kenapa ke sini?"
"Masuk aja, deh."
Shilla terus saja menatap Randy dengan seksama. Terlalu banyak opini yang dia pikirkan hingga membuat hatinya sakit begitu saja tanpa tahu fakta yang terjadi.
"Shil, kamu kenapa?" Randy yang sadar atas perubahan kekasihnya tersebut akhirnya angkat suara
Tanpa basa-basi Shilla langsung menanyakan hal yang mengganjal hati dan pikirannya tersebut. "Kamu kenal dengan namanya, Anita?"
Randy tampak terdiam. "Anita? Siapa? Aku gak kenal?"
"Kamu yakin gak kenal sama Anita?" Kali ini Shilla semakin ingin mengintograsi kekasihnya.
"Kalau aku bilang gak kenal, ya bearti aku gak kenal Sayang."
Shilla masih merasa tidak puas dengan jawaban kekasihnya dan merasa masih ada yang di tutupi.
"Lalu, tadi kenapa kamu diam waktu aku sebut nama Anita pertama kalinya?"
"Aku tadi itu mikir, ada gak teman namanya Anita. Tapi ternyata gak ada, ya jadinya aku jawab gak kenal donk, Sayang," jawab Randy lalu tersenyum lebar
Baru saja Shilla ingin melanjutkan ucapannya. Ibu yang jualan sudah membawakan 2 porsi burger dan 2 porsi es cappucino.
Randy dengan segera menyeruput minuman miliknya. "Panas, Sayang. Aku haus nih."
Shilla menghela napas dan ia juga menyeruput minuman miliknya.
"Daripada kamu nanya yang gak penting, lagian cuaca lagi panas. Mending kamu makan itu burger biar gak kelaparan." Randy tersenyum lebar memperhatikan raut wajah Shilla yang nampak begitu kesal.
"Mau aku suapin?" lanjut Randy kembali.
"Gak. Aku bisa sendiri kok," jawab Shilla lalu memulai mengigit burgernya dengan perlahan.
***
Shilla P.O.V
Aku tidak pernah tau apa yang sedang aku rasakan kini. Perasaan ini sungguh membuatku sakit. Apakah ini yang dinamakannya sakit hati? Tapi jika ini disebut sakit hati, gadis tersebut hanyalah orang masa lalunya. Bukan kekasihku ketahuan selingkuh bersama gadis lain saat ini juga.
Lalu pantaskah aku marah terhadapnya hanya karena hal ini? Hal yang tidak begitu jelas adanya.
Tapi mengapa Randy tidak mau berterus terang terhadapku?
Apakah Randy memang jujur? Atau masih banyak yang ditutupi olehnya?
Selama ini aku bisa biasa saja melihat semua wanita yang mendekati kekasihku, karena, aku merasa bangga dimiliki oleh seorang yang paling popular di sekolah.
Aku tidak pernah berpikir bahwa Randy akan menduakanku apalagi sampai selingkuh.
Namun, di mulainya aku mendengar nama Anita yang kata Sivia notabanenya itu orang masa lalu Randy, membuatku ingin mencari tahu apa saja yang tidak pernah aku ketahui selama ini.
Lagi pula kalau memang Sivia berbohong untuk apa? Aku sangat percaya sama sahabatku, Sivia.
Seandainya saja Galang yang berbohong tujuannya juga untuk apa?
Aku harus menyelidiki semuanya.
Tanpa sengaja Shilla melihat orang yang begitu dikenal. Rasa sakit yangdi rasakan hatinya makin terasa begitu sesak di dada. Ia hanya bisa terdiam lalu pandanganya hanya fokus ke sepasang dua orang berlawanan jenis yang duduk di kursi taman kota.
"Randy ..., " lirih Shilla tanpa di sadari air mata keluar dengan sendirinya.
Siapakah wanita tersebut?
Apakah itu yang namanya Anita?
Atau itu wanita lain lagi?
Shilla berusaha dengan sekuat tenaga menenangkan diri. Ia menghela napas untuk beberapa kali dan menyeka air mata dengan jemari secara lembut. Ia memberanikan diri untuk menghampiri dua insan yang sedang duduk di salah satu taman kota itu. Perasaan sakit itu memang selalu ada bahkan menjadi-jadi kini."Randy ...." Shilla membuka suara ketika sudah di hadapan dua insan tersebut.Wajah Randy berubah menjadi merah padam. Ia begitu terkejut melihat sang kekasih hati ada di hadapannya kini. "Kamu kenapa ada di sini?"Shilla tidak sanggup untuk mengeluarkan satu kata pun. Perasaan sakit hati itu memang terlalu dalam. Ia hanya fokus memperhatikan seorang gadis yang berada di samping kekasihnya dan juga untuk menenangkan diri agar kemarahannya tidak meledak saat ini juga.Gadis tersebut bangkit dari bangku yang ia duduki lalu menghampiri Shilla dengan tersenyum lebar. Sementara, Shilla hanya mengernyitkan keningnya saja."Hallo kak. Apa kabarnya?" tanya wa
Semua siswa-siswi telah terdiam. Suasana kelas begitu sangat hening. Ibu Tina baru saja memasuki kelas. Secara tiba-tiba saja Ibu Tina melontarkan kalimat yang membuat semua isi kelas terkejut."Anak-anak, keluarkan kertas selembar. Kita ulangan hari ini," ucap Ibu Tina tersenyum."Kok gak bilang-bilang, Bu?" tanya Randy."Ibu sengaja, biar Ibu juga tahu mana yang benar-benar menyimak dan masuk ke otak siapa saja yang Ibu terangkan minggu lalu," lanjut Ibu Tina lagi.Semua siswa-siswi seisi kelas akhirnya hanya bisa pasrah saja, mereka semua mengeluarkan kertas selembar dan siap untuk mengerjakan soal ulangan. Setelahnya Ibu Tina membagikan kertas soal ulangan ke masing-masing siswa-siswinya."Semuanya harap tenang. Silakan mengerjakan soal-soalnya dengan benar dan tanpa suara sedikit pun." Ibu Tina memberikan pengarahan."Semua jawaban dari soal tersebut, terdapat di pela
Di perjalanan pulang Zahra begitu bahagia karena ia bisa pulang bersama Randy. Ia mencoba untuk melingkarkan tangannya di pinggang Randy. Beberapa kali ia ingin mencoba tapi ditariknya kembali. Setelah perasaan yakin itu memang telah dirasakan, diulanginya kembali untuk melingkarkan kedua tanganya itu, dan ... sekarang ke dua tangan milik Zahra sudah berada di pinggang Randy. Ia tersenyum dengan sendirinya.Randy merasakan ada yang berbeda berada di pinggangnya. Ia melihat ke arah pinggangnya, ia terkejut dengan apa yang Zahra lakukan. Ia menoleh ke belakang sebentar lalu melihat dari spion motornya terlihat Zahra yang begitu bahagia. Ia tersenyum lalu menarik tangan Zahra agar pelukannya semakin erat."Lebih erat ya peluknya biar gak jatuh," ucap Randy tersenyum.Zahra terdiam. Ia hampir tidak bisa berkata-kata. "Iya, Kak."Zahra mempererat pelukannya dan kepalanya di tenggelamkan di atas pundak Randy yan
Sivia sedang berada di kelasnya, ia duduk di bangkunya, tampaknya ia sedang berbicara serius dengan lawan bicara di hadapannya. Seorang lelaki yang bukan di miliki kelas ini."Jadi, ya, Kak. Sih Anita dan Zahra itu orang yang sama atau beda sih?!" Sivia memasang wajah bingung, ia melipat kedua tangannya di dada.Lelaki yang terlihat manis dan mempunyai alis tebal itu menghela napasnya. "Aku juga gak tahu. Kan aku juga belum pernah liat Zahra!""Kak Galang! Kan bisa kasih tahu aku fotonya Anita biar aku yang lihat sendiri!" Sivia makin penasaran saat ini."Kamu ini kenapa sih? Penasaran banget dengan namanya Anita! Memangnya kamu mau ngapain sama dia?" tanya Galang kemudian."Kamu tahu gak sih?! Aku itu sudah berusaha untuk melupakan Anita sebisa mungkin. Karena aku juga sudah terlanjur sakit hati oleh dia. Aku sudah gak mau sama sekali ingat tentang Anita. Tapi, malah kamu yang membuat aku
Di bangku panjang depan kelas mereka berempat duduk menunggu teman-teman yang lainnya. Randy menatap Shilla yang sibuk memerhatikan anak-anak yang sedang berolahraga. Sementara, Sivia sibuk dengan pikiran yang menggangunya sejak pagi tadi. Aditya dia sudah sibuk dengan permainan mobile legend di smartphonenya. Aditya ini adalah teman dekat dan juga teman sebangkunya Randy.Randy mendekati Shilla, menatapnya dengan lekat. "Shill, kamu kenapa sih? Aku ada yang salah?"Shilla menatapnya sekilas. "Nanti saja kita bahas!""Kapan? Sekarang saja biar semuanya selesai kan?" ujar Randy tersenyum."Nanti sepulang sekolah saja. Ada yang mau aku omongin," jawab Shilla datar."Yaudah kalau gitu mau kamu. Tenangin dulu hati kamu ya, biar nanti kita diskusikan secara kepala dingin," ucap Randy tersenyum berlalu duduk di samping Aditya kembali."Shill, orang misterius itu masih gang
Randy nampak berpikir sejenak lalu menjawab dengan mantap. "Iya. Dia sepupuku."Perasaan Shilla berkali-kali merasakan sakit. Bagaimana tidak sakit, seorang yang sangat dipercaya tega membohonginya. Apakah Randy memang tidak berbohong semuanya? Hanya Randy-lah yang tahu. Tapi melihat cara Randy yang bermesraan bersama Zahra sudah dua kali itu, membuat Shilla sangat sulit untuk percaya, kalau memang hubungan mereka hanya sepupu saja."Kamu yakin?" Shilla menaikkan salah satu alisnya. Membiarkan air mata mengalir di pipinya."Yakin, Sayang!" jawab Randy tersenyum."Jangan nangis lagi, Sayang. Aku sama Zahra hanya sepupu doang kok. Gak lebih. Atau jangan-jangan karena kemarin aku pulang bersama Zahra kamu jadi seperti ini?" ucap Randy seraya menghapus air mata Shilla.Shilla sudah tidak tahan lagi. Sebelumnya pertahanannya agar air mata tidak jatuh sudah tidak berhasil. Sekarang pertahanan em
Di koridor sekolah Randy berjalan seorang diri. Ia mengepal tanggannya kuat, rahangnya mengeras dan tatapannya tajam. Ia tidak peduli dengan lingkungan sekitar, mengabaikan semua orang yang berlalu lalang. Tujuannya hanya satu ke kelasnya Galang.Sesampainya di pintu kelas Galang. Ia memperhatikan seluruh penjuru isi kelas dan seisinya. Tepat di sudut ujung kelas terdapat beberapa gerombolan anak lelaki yang sibuk bercanda ria. Orang yang di carinya sudah dapat. Langsung saja ia memasuki kelas kakak tingkatnya itu tanpa meminta izin sedikitpun. Sementara sebagian anak perempuan ada yang sibuk cari perhatian kepada Randy dan lain-lain. Di acuhkan semua halnya. Ia hanya ingin menemui Galang."Ngapain ikut campur sama hubunganku dengan Shilla?" bentak Randy tiba-tiba. Suaranya cukup melengking.Segerombolan siswa itupun langsung menoleh ke sumber suara. Tanpa mereka sadari sudah ada Randy di sana. Semua hanya diam, termasuk G
Shila masih tidak menyangka dengan hal yang sedang dihadapinya kini. Rasanya ia baru saja merasakan bahagia yang luar biasa tetapi malah permasalahan tentang cinta membuat dirinya hancur. Sebenernya tidak bisa dibilang hancur lebih ke meratapi nasib yang sedang tidak berpihak dengannya. Setahun berpacaran dengan Randy tetapi tidak tahu perihal tentang Zahra. Bahkan dengan bodohnya ia masih bisa percaya dan bilang sesantai itu kalau Zahra memanglah sepupunya Randy. Harusnya dari awal ia mengungkapkan semuanya. Lagian, ia juga tidak habis pikir Randy bisa selingkuh dengan yang lain.Kamu itu ...Orang yang paling baik sekaligus orang yang paling jahat yang pernah aku kenal ... Randy.***"Siv, hubungan kamu sama, Galang gimana?" tanya gadis yang memakai seragam putih abu-abu menatap sahabatnya itu."Baik saja sih, Shil. Namun, ada beberapa hal yang masih janggal saja sih." Sivia tersenyum. Memeluk erat