Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan
Semua tak kan mampu mengubahkuHanyalah kau yang ada di relungkuHanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencintaKau bukan hanya sekedar indahKau tak akan terganti (tak akan terganti)Galang sudah mulai bernyanyi. Menyanyikan sebuah lagu dari Marcel dengan judul Takkan Tergantikan. Ia tersenyum dari atas panggung menatap Sivia. Yang ditatap semakin tersipu malu. Banyak pengunjung yang memuji Sivi karena diperlakukan begitu spesial oleh sang pujaan hati, samar-samar Sivia mendengarkan omongan orang-orang disekitar.
Setelah selesai bernyanyi, Galang mengucapakan terima kasih dan mengembalikan microfon ke pihak kafe yang bertugas. Ia langsung turun dari panggung dan kembali menghampiri Sivia.
"Gimana kamu bahagia sekarang?" tanya Galang tersenyum manis.
Wajah Sivia yang m
Shilla baru saja sampai ke sekolahnya. Tanpa sengaja ia melihat Randy yang juga baru sampai ke sekolah, untuk beberapa detik mereka saling menatap dalam diam. Shilla yang tersadar terlebih dahulu langsung membuang muka, rasa di hatinya masih merasakan sakit yang begitu dalam. Walaupun sebenarnya tidak dipungkiri kalau di hatinya nama Randy masih menjadi yang pertama dan paling utama. Ia langsung berjalan menuju kelas mengabaikan Randy yang masih diam di tempat menatapnya dari jauh.Shilla mengernyitkan keningnya. "Kenapa senyum-senyum sendiri, Siv?"Sivia tersadar dari lamunannya, lamunan tentang perlakuan Galang terhadapnya di kafe kemarin itu. Ia merasakan sangat bahagia, sebahagia orang baru jadian. "Gak apa-apa, Shil.""Yakin gak apa-apa? Ini masih pagi loh?!" lanjut Shilla lagi."Iya. Aku gak apa-apa kok. Maksudnya masih pagi itu apa?" balas Sivia dengan menekuk wajahnya."D
Galang masih terdiam seraya menatap kekasih barunya itu, Sivia yang kini tlah menjauh. Ia bingung sekali dengan keadaan ini. Pikirannya melayang ke "Apakah Sivia malu mengakuinya sebagai kekasih di sekolah atau di depan Shilla?""Arghh!" teriak Galang sebal.Randy yang baru saja menyaksikan tingkah Galang segera mendekat. Ia menatap Galang dengan sinis. "Ngapain kamu di sini?"Galang membalas tatapan Randy dengan tajam. "Bukan urusan kamu!""Iya sih. Gak penting juga, aku tahu urusan kamu!" jawab Randy seraya membulatkan matanya sekilas.Galang pun berniat pergi dari hadapan Randy daripada emosinya semakin menjadi-jadi. Namun, belum jauh ia berjalan, teriakan Randy membuatnya untuk menghentikan langkah."Urusan kita belum selesai. Aku tunggu kamu sepulang sekolah!" ajak Randy.Galang menoleh ke belakang. "Urusan apa lagi yang belum selesai?!"
Randy sudah berada di lapangan sekolah, saat pulang sekolah memang sudah tiba. Ia sudah tidak sabar menunggu Galang, musuh terbesarnya saat ini. Sorot mata Randy begitu tajam ketika melihat Galang sudah tiba dan akan segera menghampirinya."Ternyata, kamu sudah datang!" seru Galang setelah sampai di hadapan Randy.Randy masih menatap Galang dengan tajam, emosinya sudah tidak bisa di tahan lagi. Tanpa aba-aba Randy langsung memukul Galang tepat di bagian pipinya dan berhasil.Galang yang belum siap sama sekali tidak berhasil mengelak pukulan dari Randy tersebut, membuat pipi sebelah kanannya menjadi membiru. Galang memegangi pipinya yang terasa nyeri kemudian membalas menatap Randy dengan tatapan tajam."Ini balasan dari aku!" ucap Galang seraya memukul Randy dan berhasil.Randy memegangi bagian pipinya sebelah kiri, ada rasa nyeri di sana karena balasan dari Galang. "Gak usah ban
Shilla mengernyitkan keningnya. Ia bingung dengan isi pesan yang diterimanya barusan. Ada rasa khawatir dan tidak ingin peduli yang dirasakannya semua yang berhubungan dengan Randy.Sivia yang melihat Shilla ada perubahan ekspressi di wajahnya pun ikut mengernyitkan keningnya. "Kenapa ekspressi wajah kamu kayak gitu?"Shilla menatap Sivia dalam diam. Ia masih berpikir, apakah harus memberitahu Sivia atau malah diam saja."Eh, ditanya malah menatap aku kayak gitu!" seru Sivia bingung."Hmm, aku barusan dapat pesan dari orang misterius itu. Isi pesannya bilang kalau Randy dan Galang lagi berkelahi," jawab Shilla memberanikan diri.Wajah Sivia berubah menjadi merah. "Apa?!""Di mana mereka berkelahi? Kita harus segera ke sana untuk melerai mereka!" Sivia langsung berdiri dan berjalan keluar."Eh, tunggu dong, Siv! Main tinggal saja nih!" ger
Shilla terdiam memandangi seorang lelaki yang baru saja memarkirkan sepeda motor yang ditumpangi di parkiran sekolah. Ia membuka helm lalu dikaitkan ke spion motornya. Lelaki itu terlihat begitu cool dengan seragam sekolah yang rapi dikenakannya, dan rambut cepak ala anak sekolah yang taat peraturan sekolah serta kulit putih, tinggi badan menjulang yang menawan. Wajar, saja kalau banyak kaum hawa di sekolah ini yang mengidolakannya. Namun, lelaki itu sudah memilih seorang wanita untuk menjadi kekasihnya dan wanita beruntung itu adalah Shilla.M"Melamun saja Shil!" ucap Randy melambaikan tangannya tepat di wajah Shilla. Randy memperhatikan gadis yang cantik, tinggi, putih dan langsing serta rambut sebahu itu."Sejak kapan kamu di sini?" tanya Shilla setelah tersadar dari lamunannya."Sejak tadi," jawab Randy sebal.Shilla menekukkan wajahnya. Ia sebal atas jawaban yang diberikan oleh Randy padahal dia juga bertanya dengan serius. "Ya sudah deh.""Ka
Suasana kantin yang begitu ramai membuat siswa-siswi saling berdesak-desakan untuk memesan makanan di tenant yang telah disediakan. Shilla duduk di salah satu meja yang berada di sudut ruangan ini sementara Sivia sudah melenggang untuk memesan makanan dan minuman. Sekitar 10 menit kemudian Sivia sudah kembali dengan membawa nampan yang berisi; 1 porsi nasi goreng special, 1 porsi bakso kuah, dan 2 porsi jus alpukat."Siv," panggil Shilla seraya memandangi wajah Sivia dengan serius."Kamu kenapa? Kok ngeliatin aku gitu banget sih?" tanya Sivia mengernyitkan keningnya.Shilla terdiam. Dia masih ragu untuk menanyakan hal yang mengganjal hati dan pikirannya sejak tadi. Terlebih juga melihat Sivia yang seperti sudah tidak tahan lagi ingin melahap bakso kuah yang ada di depannya tersebut."Malah ngelamun. Kamu kenapa sih Shil?" Pertanyaan ini terdengar kembali dari mulut Sivia."Ehm ... gak jadi deh. Nanti saja." Shilla tersenyum kepada Sivia lalu memula
Shilla berusaha dengan sekuat tenaga menenangkan diri. Ia menghela napas untuk beberapa kali dan menyeka air mata dengan jemari secara lembut. Ia memberanikan diri untuk menghampiri dua insan yang sedang duduk di salah satu taman kota itu. Perasaan sakit itu memang selalu ada bahkan menjadi-jadi kini."Randy ...." Shilla membuka suara ketika sudah di hadapan dua insan tersebut.Wajah Randy berubah menjadi merah padam. Ia begitu terkejut melihat sang kekasih hati ada di hadapannya kini. "Kamu kenapa ada di sini?"Shilla tidak sanggup untuk mengeluarkan satu kata pun. Perasaan sakit hati itu memang terlalu dalam. Ia hanya fokus memperhatikan seorang gadis yang berada di samping kekasihnya dan juga untuk menenangkan diri agar kemarahannya tidak meledak saat ini juga.Gadis tersebut bangkit dari bangku yang ia duduki lalu menghampiri Shilla dengan tersenyum lebar. Sementara, Shilla hanya mengernyitkan keningnya saja."Hallo kak. Apa kabarnya?" tanya wa
Semua siswa-siswi telah terdiam. Suasana kelas begitu sangat hening. Ibu Tina baru saja memasuki kelas. Secara tiba-tiba saja Ibu Tina melontarkan kalimat yang membuat semua isi kelas terkejut."Anak-anak, keluarkan kertas selembar. Kita ulangan hari ini," ucap Ibu Tina tersenyum."Kok gak bilang-bilang, Bu?" tanya Randy."Ibu sengaja, biar Ibu juga tahu mana yang benar-benar menyimak dan masuk ke otak siapa saja yang Ibu terangkan minggu lalu," lanjut Ibu Tina lagi.Semua siswa-siswi seisi kelas akhirnya hanya bisa pasrah saja, mereka semua mengeluarkan kertas selembar dan siap untuk mengerjakan soal ulangan. Setelahnya Ibu Tina membagikan kertas soal ulangan ke masing-masing siswa-siswinya."Semuanya harap tenang. Silakan mengerjakan soal-soalnya dengan benar dan tanpa suara sedikit pun." Ibu Tina memberikan pengarahan."Semua jawaban dari soal tersebut, terdapat di pela